DASARA 1999 HARI - 6

Wacana Bhagawan pada hari ke-6 perayaan Dasara, 19-10-1999,

BAKTI, YAJNA TERTINGGI



Bagaikan arus air yang mengalir turun dari perbukitan,
Keberanian timbul dalam hati manusia yang percaya
( dan memasrahkan dirinya kepada ) Tuhan.
Oh manusia, bagaimana engkau berharap dapat mencapai
Tuhan tanpa memahami dan menghayati asas kasih
yang merupakan wujud Tuhan?

( Puisi bahasa Telugu ).


Sejak zaman dahulu kala orang-orang di negeri Bhaarat yang suci ini memperoleh kebahagiaan jiwa dengan mengikuti tradisi Veda dan melakukan upacara serta pengurbanan. Dalam tradisi Veda disarankan empat jenis pemujaan kepada Tuhan yaitu: Satyavati, anggavati, anyavati, dan nidhaanavati.

Satyavati menyatakan bahwa Tuhan meliputi seluruh alam semesta sebagaimana halnya rasa manis ada dalam setiap tetes sirup dan mentega terkandung dalam setiap tetes susu. Para resi zaman dahulu dengan pandangan batinnya melihat Tuhan dalam segala makhluk dan dalam segala wujud. Sebagaimana layar ( yang tidak terlihat ) merupakan dasar bagi gambar-gambar yang diproyeksikan ke atasnya, Tuhan merupakan dasar utama segenap ciptaan, tetapi tidak terlihat. Layar meliputi semua gambar yang diproyeksikan di atasnya, demikian pula Tuhan meliputi segenap ciptaan. Karena itu, cara pemujaan Tuhan yang digolongkan dalam jenis satyavati didasarkan pada kemahaadaan Tuhan. Cara ini memperlihatkan kemanunggalan dalam keanekaragaman dan menggemakan pernyataan Veda,

“Ekam sat viprah bahudha vadanti.”

Artinya,
‘Tuhan itu Maha Esa, tetapi para cendekiawan menyebut Beliau dengan berbagai nama’.


Tuhan adalah perwujudan kebenaran. Itulah sebabnya para resi zaman dahulu menyanjung Beliau sebagai Satya Swaruupa. Trikaala baadhyam satyam. Artinya ‘kebenaran itu tidak berubah dalam ketiga periode waktu ( masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang )’. Kebenaran semacam itu memancar dalam diri setiap makhluk dalam bentuk kasih. Bila kaupenuhi hatimu dengan kasih, engkau akan menjadi perwujudan kasih.

Jenis pemujaan kepada Tuhan yang disebut anggavati berkaitan dengan pemujaan kelima unsur alam: tanah, air, api, udara, serta eter karena kelima unsur alam ini dianggap sebagai manifestasi Tuhan. Tanah atau bumi menanggung beban gunung-gemunung yang sangat besar, lautan yang tak terhingga luasnya, rimba belantara, pedesaan, dan kota kecil maupun besar. Demikian pula keempat unsur alam yang lain diperlukan untuk memelihara atau memberi makan ciptaan. Para putra Bhaarat ‘orang India atau mereka yang mengikuti darma abadi’ memuja bumi sebagai Bhuudevi ‘ibu bumi’, air sebagai Ganggaadevi ‘dewi air’, api sebagai Agnideva ‘dewa api’, udara sebagai Vaayudeva ‘dewa angin’, dan mereka menyampaikan hormat bakti kepada unsur-unsur alam itu.

Dalam jenis pemujaan kepada Tuhan yang disebut anyavati, Tuhan Yang Mahabesar dan memiliki berbagai aspek digambarkan dalam berbagai nama serta wujud dan dipuja. Misalnya Shiva dilukiskan sebagai Pinakapaani ‘yang menyandang busur pinaka’, Raama dilukiskan sebagai Kodandapaani ‘yang menyandang busur Kodanda’.

Jenis pemujaan kepada Tuhan yang disebut nidhanavati berkaitan dengan sembilan jalan bakti yaitu: shravanam ‘mendengarkan pembacaan kitab-kitab suci’, kiirtanam ‘menyanyikan nama Tuhan’, Vishnusmaranam ‘merenungkan Tuhan’, paadasevanam ‘memuja kaki Tuhan’, vandanam ‘bersujud’, archanam ‘melakukan upacara pemujaan’, dasyam ‘mengabdi’, sneham ‘bersahabat dengan Tuhan’, dan aatmanivedanam ‘pasrah diri’.

Suatu ketika di Itali ada seorang lelaki bernama Antoni. Ia mencari nafkah dengan membuat biola. Karena Antoni sangat mengutamakan kesempurnaan, ia memerlukan waktu setahun untuk membuat sebuah biola. Teman-temannya menegurnya dengan berkata, “Hai orang sinting, bagaimana Anda bisa mencari nafkah, bila Anda lewatkan waktu setahun penuh untuk membuat satu biola?” Antoni menjawab, “Tuhan adalah penngejawantahan kesempurnaan. Apa pun yang Beliau kerjakan sempurna sepenuhnya. Tuhan hanya akan senang bila kita lakukan tugas kita dengan cara yang paling sempurna. Segenap pekerjaan saya akan sia-sia belaka, bila Tuhan tidak merasa puas.” Dalam kaitan ini Veda menyatakan,

“Puurnamadah puurnamidam
puurnat puurnamudachyathe
Puurnasya puurnamaadaaya
Puurnameva vasishyathe.”

Artinya,

‘Yang sempurna ( Tuhan ) adalah dasarnya. Segala yang ada di sini ( ciptaan ) adalah yang sempurna. Yang sempurna ( ciptaan ) timbul dari yang sempurna ( Tuhan ). Pada waktu yang sempurna ( ciptaan ) timbul dari yang sempurna ( Tuhan ), yang sempurna ( Tuhan ) tetap sempurna’.


Engkau hanya dapat menyenangkan Tuhan dengan kasih yang menyeluruh. Kesempurnaan timbul dari kasih. Tiada apa pun yang lebih luhur daripada kasih. Melantunkan berbagai nama Tuhan tidak ada manfaatnya bila tiada kasih di dalam hatimu. Cukuplah bila engkau mengucapkan satu nama Tuhan dengan tulus dan penuh kasih. Segala pekerjaanmu harus kaupersembahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Pekerjaan itu harus kaulakukan dengan penuh kasih dan hati yang murni. Inilah intisari cara pemujaan Tuhan jenis Satyavati.

Biola buatan Antoni sangat terkenal dan bernilai tinggi karena Anton membuatnya dengan perasaan yang suci dan penuh bakti. Ia tidak pernah merasa bahwa ia membuang-buang waktu. Ia selalu merasa bahwa ia menguduskan waktunya dengan melakukan pekerjaannya secara sempurna dan dengan demikian menyenangkan Tuhan. Engkau harus mengikuti teladan Antoni. Kualitaslah yang dihargai Tuhan, bukan kuantitas. Mungkin engkau memberi makan kaum miskin secara besar-besaran, tetapi tanpa kemurnian hati, engkau tidak dapat menyenangkan Tuhan. Tuhan akan merasa senang dengan sesuap makanan yang dipersembahkan dengan perasaan yang suci. Segala usaha/pekerjaan yang kaulakukan dengan hati yang murni akan terselesaikan dengan baik. Lakukan pekerjaanmu dengan baik dan sempurna, tidak mengapa bila dalam proses itu engkau menghabiskan waktu lebih banyak. Akan tetapi, jangan tergesa-gesa dan melakukan pekerjaan dengan setengah hati.


Sejak zaman dahulu di negeri Bhaarat yang suci ini telah dilangsungkan berbagai jenis yagna. Yagno vai Vishnuhu, artinya ‘yagna adalah wujud Vishnu’. Ada sejumlah orang yang mempunyai anggapan keliru bahwa mereka dapat menyenangkan Tuhan dengan mempersembahkan benda-benda yang sangat berharga. Yang harus kau persembahkan kepada Tuhan adalah hati yang murni. Yad bhaavam tad bhavati. Artinya, ‘sebagaimana perasaannya, maka demikianlah hasilnya’. Bila engkau mengharapkan hasil yang baik, persembahkan perasaan-perasaan yang baik saja kepada Tuhan dan harus ada keselarasan yang sempurna dalam pikiran, perkataan, dan perbuatanmu.

Manaasyekam vachasyekam karmanyekam mahaatmanam.

Artinya,
‘Orang yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah jiwa yang mulia’.


Adveshtaa sarva bhuutaanam.

Artinya,
‘Jangan membenci siapa saja’.


Pada tanggal 24 November 1926 Aurobindo menghentikan maunam ‘tirakat tidak bicara’ yang telah dilakukannya sejak lama, hanya untuk mengumumkan bahwa Tuhan telah menjelma kemarinnya. Setelah memberikan pernyataan penting ini, ia melanjutkan tirakat maunamnya. Tuhan hanya dapat dikenali oleh mereka yang hatinya murni.


Aurobindo

Suatu kali ketika yajna sedang diselenggarakan, ada orang yang mengecam para pendeta Veda dengan mengatakan bahwa mereka membuang-buang ghii ‘minyak susu’ yang berharga karena para pendeta itu menuangkannya ke dalam api pengurbanan. Kemudian seorang cendekiawan Veda yang bernama Aamnaaya Vaachaspathi memberikan jawaban yang tepat sebagai berikut. “Engkau tidak menyebut petani membuang-buang padi bila ia menaburkan empat karung padi di ladangnya karena setelah beberapa bulan ia akan menuai empat puluh karung beras. Demikian pula halnya dengan yajna. Asap suci yang timbul dari api pengurbanan sarat dimuati nama Tuhan dan mantra-mantra Veda yang suci; ini akan membersihkan polusi di udara.” Suatu acara yang disiarkan oleh Pemancar Radio Delhi dapat didengar di seluruh negeri. Hal ini terjadi karena adanya gelombang listrik di udara. Demikian pula mantra-mantra Veda yang dikidungkan oleh para pendeta akan menyebar ke mana-mana.

Veda Purusha Sapthaha Yajna diselenggarakan untuk mencapai kebenaran. Tuhan adalah Veda Purusha. Yajna ini dilangsungkan selama tujuh hari. Tujuh adalah angka yang bertuah karena sama dengan jumlah resi ( sapta rishi ), samudra ( sapta samudra ), warna ( sapta varna ), dan suara ( sapta swara ).

Sebelum Vaalmiki menjadi seorang resi agung, ia dikenal sebagai Ratnakara. Ia adalah pemburu dan sering merampok barang-barang orang yang sedang bepergian. Suatu hari ia bertemu dengan Sapta Resi ( tujuh resi agung ). Mereka merasa iba melihat Ratnakara dan ingin menyalakan pelita kebijaksanaan dalam dirinya. Mereka mendesak Ratnakara agar menghentikan perbuatan jahatnya. Ratnakara berkata bahwa ia tidak dapat melakukan hal itu karena baginya berburu dan merampok merupakan satu-satunya cara untuk memberi makan istri dan anak-anaknya. Kemudian Sapta Resi meminta agar Ratnakara bertanya kepada istri dan anak-anaknya apakah mereka bersedia ikut menanggung dosa yang dilakukannya demi mereka. Ratnakara pulang ke rumah dan bertanya kepada istri serta anak-anaknya, “Bersediakah kalian ikut menanggung dosaku sebagaimana kalian ikut menikmati hasil rampokanku setiap hari?” Ternyata mereka tidak bersedia. Istrinya berkata bahwa ia sendirilah yang harus bertanggung jawab atas pahala atau dosa yang dilakukannya. Peristiwa ini membuat Ratnakara insaf. Ia kembali menemui Sapta Resi, bersujud di hadapan mereka, dan mohon bimbingan spiritual. Mereka memberitahu Ratnakara agar merenungkan Avatar Sri Raama dan mengucapkan nama Beliau dengan tiada putusnya. Ratnakara melakukan hal itu. Sebagai hasilnya wajahnya bersinar dengan kecemerlangan suci Sri Raama. Pikiranmu memainkan peran yang penting dalam pembentukan kepribadian.
Valmiki


Perwujudan kasih!

Orang yang selalu merenungkan Tuhan tidak akan pernah mengalami kesengsaraan. Mungkin engkau membantah bahwa engkau tetap menderita walaupun sudah merenungkan Tuhan sepanjang waktu. Bagaimana engkau dapat berkata bahwa merenungkan Tuhan sama sekali tidak membantu meringankan keadaanmu? Pasti hal itu telah meringankan penderitaanmu tanpa kauketahui. Rahmat Tuhan pasti akan meringankan penderitaanmu. Dengan mengidungkan nama Tuhan, bahkan gunung gemunung dosa pun akan lenyap bagaikan kabut yang menghilang di udara.


Sarvada sarvakaaleshu sarvatra Harichintanam.

Artinya,

‘Renungkan Tuhan di mana saja, sepanjang waktu,
dan dalam segala keadaan’ dengan kasih yang murni dan keyakinan total.

Doamu hanya akan ditanggapi bila engkau memiliki ketulusan dan kesungguhan hati.

Ketika Aku kembali ke Puttaparthi dari Uravakonda ( se-kitar tahun 1940 keterangan penerjemah ), ada dua pria dari Anantapur: Subbaiah Shetty dan Kodanda Shetty, datang menemui Aku. Salah seorang di antara mereka mendapat kesulitan mencari jodoh buat anak perempuannya. Ia berkata, “Sathya Sai Baba, saya hanya akan percaya bahwa Swami adalah Avatar, jika saya dapat segera menemukan jodoh yang sesuai untuk putri saya. Saya akan membangun Chitikelameda ‘rumah gadang gemeretak’ buat Swami kalau anak perempuan saya bisa menikah bulan ini.” Setiap orang merasa ingin tahu apa gerangan bangunan itu.

Ternyata putrinya berhasil dinikahkan pada bulan itu. Ia datang ke mandir lama membawa piring berisi sebutir kelapa dan sejumlah bunga. Ia berkata, “Swami, Swami sudah memenuhi keinginan saya. Sekarang saya harus memenuhi janji saya. Izinkan saya membangun chitikelameda untuk Swami.” Banyak orang yang memperhatikan dengan rasa ingin tahu. Bahkan Subbaammaa pun datang ke situ karena mengira bahwa ia akan membangun sebuah rumah yang besar untuk Swami. Aku tahu benar apa yang direncanakannya. Ia melakukan aarati lalu bertanya, “Swami, apakah Swami mengizinkan saya membangun chitikelameda sekarang?” Untuk menyenangkan hadirin yang menonton, Aku berkata, “Baik, lakukan.” Ia mulai menggosokkan ibu jari dengan jari tengah tangan kanannya sehingga timbul bunyi yang nyaring. Hal itu dilakukannya di sekeliling-Ku sambil berkata, “Ini dinding pertama, ini dinding kedua, ini atapnya,” dan seterusnya. Terakhir sekali ia berkata, “Ini Avatar,” lalu ia bersujud di kaki-Ku dan memecahkan kelapa.

Demikianlah ada orang-orang yang menggunakan siasat licik dan bahkan berusaha menipu Tuhan! Mereka pasti akan menanggung akibat perbuatannya sendiri.

Tuhan tidak menyukai atau membenci siapa pun. Apa pun yang dialami seseorang merupakan akibat perbuatan-perbuatannya sendiri. Dalam kaitan ini ada bakta yang berdoa kepada Tuhan sebagai berikut. “Oh Tuhan, Engkau menampakkan diri sebagai Yama ( dewa kematian ) kepada Kamsa yang membenci-Mu. Sebaliknya, kepada Ugrasena, ayah Kamsa, Engkau menampakkan diri sebagai Yang Mahakuasa. Engkau menampakkan diri sebagai Naaraayana kepada Prahlaada yang memiliki keyakinan sangat besar kepada Naraayana, sedangkan kepada Hiranyakashipu yang memusuhi-Mu, Engkau menampakkan diri sebagai Dewa Kematian. Kepada Vibhiishana yang percaya kepada-Mu, Engkau menampakkan diri sebagai Sri Raama. Akan tetapi, kepada Raavana yang menantang-Mu, Engkau menjadi Yama.” Jadi Yama dan Raama itu satu dan sama. Seseorang melihat Tuhan sebagai Raama ( atau Yama ) tergantung pada perasaannya sendiri. Santo Purandaradaasa pernah berkata, “Siapa yang menanam pohon di puncak gunung dan mengairinya? Siapa yang menganugerahkan paruh merah kepada burung kakak tua yang berbulu hijau? Siapa yang menganugerahkan warna-warna mengagumkan pada bulu merak dan bunga-bunga di seluruh dunia? Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan.” Mungkin engkau membuat seikat anggur atau bunga teratai dari plastik, tetapi adakah lebah madu yang akan menghampirinya? Tidak. Akan tetapi, mereka datang merubung bunga teratai alami yang diciptakan Tuhan dan mengisap madunya. Ciptaan Tuhan sangat suci dan mengagumkan. Tidak ada yang mampu memahami misteri Tuhan. Kehendak Tuhan dapat mencapai apa saja dan segala sesuatu.

Setiap mantra Veda yang dikidungkan dalam yajna mengandung makna yang mendalam. Setiap mantra dipersembahkan kepada dewata ( atau aspek kekuatan Tuhan yang menguasai bidang ) tertentu. Setiap surat dengan alamat yang jelas dapat sampai ke jalan di dekat ( tempat tinggal si pengirim ) atau ke tempat yang sangat jauh. Mantra dapat diibaratkan sebagai alamat dewata. Bila dikidungkan dengan lafal yang tepat, mantra itu akan menimbulkan hasil yang diinginkan.

Waktu adalah Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan disanjung sebagai Kaalaya namah, Kaala Kaalaya namah, Kaalatiitaya namah. Artinya, ‘Hormat bakti kepada Tuhan yang merupakan perwujudan waktu dan melampaui waktu’. Waktulah yang menyebabkan kelahiran dan kematian. Tidak ada seorang pun yang dapat menaklukkan waktu kecuali mereka yang memperoleh rahmat Tuhan. Ada sebuah contoh kecil sebagai berikut.

Resi Mrukandu mempunyai seorang putra bernama Markandeya yang hanya dianugerahi jangka hidup selama 16 tahun, tetapi anak laki-laki itu tidak mengetahui hal tersebut. Suatu malam pemuda remaja itu mendapati ayah ibunya sedih sekali. Ketika ia bertanya, mereka memberitahukan bahwa akhir hidupnya sudah mendekat dan karena itulah mereka merasa sangat sedih. Mendengar ini, Markandeya pergi ke pura Iishvara. Dipeluknya Shiva Lingga di pura itu kemudian ia mulai mengidungkan, “Om namah Shivaayah,” dengan sepenuh hati. Pada saat yang telah ditetapkan, Yama ‘Dewa Kematian’ melemparkan tali jeratnya pada leher remaja tersebut. Karena Markandeya memeluk lingga, jerat itu juga jatuh menjerat lingga. Iishvara menampakkan diri di situ dan menegur Yama, “Betapa beraninya engkau menjerat Aku?” Dibakar-Nya Yama hingga menjadi abu. Karena merasa senang pada bakti Markandeya, Iishvara menganugerahkan berkat keabadian kepadanya. Sebenarnya Iishvaralah yang telah menetapkan jangka hidup 16 tahun bagi Markandeya. Akan tetapi, karena bakti Markandeya yang sangat mendalam dan kepasrahannya yang mutlak, Iishvara terpaksa mengubah kehendak Beliau. Di dunia ini tidak ada yang lebih hebat daripada bakta sejati.

Markandeya

Suatu kali Vishnu bertanya kepada Naarada, manakah yang paling hebat di antara kelima unsur alam? Naarada menjawab bahwa bumilah yang paling hebat. Kemudian Vishnu mengatakan bahwa ¾ bagian bumi digenangi air. Dalam keadaan seperti itu, mana yang lebih hebat di antara kedua unsur alam tersebut? Naarada setuju bahwa air lebih hebat. Vishnu berkata, “Akan tetapi Resi Agastya meminum habis air samudra dengan sekali teguk. Jadi siapa yang lebih hebat, Agastya atau air?” Naarada menjawab, “Paduka benar, Agastya lebih hebat daripada air.” Vishnu bertanya lagi, “Namun Agastya sekarang adalah sebuah bintang kecil di langit. Jadi, mana yang lebih hebat, bintang ini atau angkasa?” Naarada menjawab, “Angkasalah yang lebih hebat.” Vishnu setuju dan berkata, “Pengertianmu benar. Memang angkasa lebih hebat. Ketika Tuhan menjelma sebagai Avatar Vaamana, Beliau minta hadiah tanah seluas tiga langkah kepada Raja Bali. Ketika akan mengukur tanah itu dengan langkah Beliau, Vamaana mengambil wujud Trivikrama dan memenuhi seluruh bumi dengan satu langkah, langkah kedua memenuhi angkasa dari bumi sampai ke langit sehingga tidak ada tempat lagi untuk menginjakkan langkah yang ketiga. Raja Bali harus mempersembahkan kepalanya untuk langkah ketiga. Jadi sekarang, siapa yang lebih besar, Tuhan atau angkasa?” Naarada menjawab, “Swami, jika hanya satu kaki Tuhan memenuhi seluruh angkasa, betapa jauh lebih besar wujud Beliau? Tentu saja Tuhan lebih besar daripada angkasa.” “Tuhan yang meliputi seluruh alam semesta bersemayam dalam hati bakta Beliau. Jadi sekarang mana yang lebih besar, hati bakta atau Tuhan?” tanya Vishnu. Naarada menjawab, “Kalau begitu, bakta lebih besar daripada Tuhan.”

Vamaana

Tuhan adalah bhakta paraadhiina ‘pelayan bakta Beliau’. Di dunia ini tidak ada yang lebih unggul daripada seorang bakta. Hati Tuhan hanya dapat diluluhkan dengan kasih. Karena itu, kembangkan kasih yang menyeluruh dan tidak terbatas. Ini bukan cinta kasih duniawi seperti rasa sayang yang ada di antara orang tua dan anak-anaknya, antara suami dan istri, atau rasa sayang kepada teman dan handai taulan. Cinta duniawi dicemarkan oleh sifat mementingkan diri, tetapi kasih Tuhan bersifat tanpa pamrih sepenuhnya. Hidupmu hanya akan disucikan bila engkau mencapai kasih Tuhan yang suci.

Cepatlah, cepatlah, dengarkan panggilan Sai yang nyaring,
Sarat dengan kasih semanis madu,
Memberi isyarat kepadamu agar datang ke dekat Beliau
Dan menasihati engkau agar mencapai Tuhan.
Tidak perlu melakukan yoga atau latihan spiritual apa saja.
Cepatlah, cepatlah, dengarkan perkataan Sai yang penuh kasih.

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Tuhan meminta agar engkau datang mendekat, tetapi engkau mengeluyur jauh dari Beliau. Mungkin engkau telah melihat di pura Tirupathi, satu tangan Venkateshwara ( patung yang menggambarkan penjelmaan Vishnu ) diangkat dalam sikap abhaya hasta ( memberi berkat perlindungan ) dan tangan yang satu lagi menunjuk kaki Beliau. Apa artinya? Berlindunglah pada kaki Tuhan, maka engkau akan dijaga dan dilindungi. Serahkan dirimu kepada Tuhan, Beliau akan membuat engkau tak mengenal takut. Ada orang yang menyimpangkan makna isyarat itu dan berkata, “Hey! Engkau mau naik atau jatuh ke lubang?”

Venkateshwara

Sebagaimana kalian ketahui, pagi tadi Swami meletakkan batu pertama untuk Universitas Musik. Tidak hanya musik, lirik, dan tarian, bahkan kesenian rakyat tradisional seperti Hari Katha ( darmawacana dari epik dan Puraana yang dinyanyikan dengan iringan musik ) dan drama desa juga akan diajarkan di sini. Selain musik Karnatik dan Hindustani, segala jenis musik di dunia akan berkembang di sini. Universitas ini akan diresmikan pembukaannya pada bulan Oktober tahun depan. Usaha apa pun yang kami lakukan akan selesai dalam waktu beberapa bulan. Kalian tidak perlu menunggu penyelesaiannya hingga bertahun-tahun.

Universitas ini akan dibangun dengan biaya milyaran rupiah dan akan merupakan perpaduan antara bentuk kesenian kuno dan modern. Banyak artis ternama akan datang ke sini.

Ahli musik yang terkenal di seluruh dunia, Indira Chakravarthi, akan menjadi wakil rektor universitas ini. Ia sangat berpengalaman karena sudah bekerja di berbagai akademi musik di seluruh dunia. Sekarang ia tinggal di kota Benares. Ia akan datang ke sini.

Kalian semua tahu bahwa abang Ravi Shangkar, ( almarhum ) Uday Shangkar, adalah penari yang hebat. Istrinya akan menyumbangkan semua alat musik dan perlengkapan tarinya untuk Lembaga Pendidikan Kesenian kita. Sejumlah perlengkapan ini tidak dapat ditemukan di mana pun juga di dunia

Rencana bangunan telah disiapkan. Kompleks Universitas Musik ini akan dibangun dalam bentuk berbagai alat musik seperti mrudanggam, tanpura, sangka di tengah, sitar, dan sebagainya. Sekadar memandang gedung itu dari luar akan membuat orang tahu bahwa tempat itu merupakan pusat musik yang bermutu tinggi.


Keajaiban yang sama akan terjadi di Prashanti Nilayam. Coba bayangkan, Puttaparthi yang dahulu hanya sebuah desa kecil berpenduduk 106 orang sudah berkembang menjadi kota yang berpenduduk ratusan ribu orang. Tidak hanya itu, tunggu dan saksikan, dalam waktu yang amat singkat Puttaparthi akan tampak menonjol di peta dunia. Seperti telah dikatakan oleh C.Srinivas, bentuk bangunan rumah sakit kita membuat kita bangga karena tercantum dalam buku pedoman untuk bentuk-bentuk bangunan lembaga medis Amerika. Tidak hanya itu. Puttaparthi akan menjadi nama yang penting di setiap negara maju di dunia seperti: Jepang, Jerman, Itali, Perancis, dan sebagainya. Peta dunia di mana saja akan menandai Puttaparthi sebagai tempat yang penting. Para siswa di Puttaparthi harus menyadari kemujuran mereka. Hanya dengan demikianlah hidup mereka akan benar-benar bermakna dan penting.


Anak-anak-Ku terkasih, liburan kalian dimulai besok. Kalian bisa pulang ke rumah orang tua kalian dan melewatkan waktu dengan baik lalu kembali dengan persetujuan orang tua kalian.

Wacana Bhagawan pada hari ke-6 perayaan Dasara, 19-10-1999, di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam.

Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro