KRISHNA JANMAASHTAMI 2000

Wacana Bhagawan pada hari Krishna Janmaashtami, 22 Agustus, 2000

BUNGA YANG TIDAK PERNAH LAYU



Ada delapan bunga yang menyenangkan Tuhan. Persembahkan kepada Beliau bunga ahimsa dan pengendalian indra, Welas asih kepada semua makhluk, Kesabaran, dan kedamaian, Tapa, meditasi, dan terutama kejujuran. Inilah bunga-bunga yang disukai Tuhan.

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Pengejawantahan kasih!

Tuhan tidak mengharapkan engkau melakukan berbagai upacara atau mempelajari kitab-kitab suci. Yang dikehendaki-Nya darimu hanya delapan jenis bunga.


Ahimsa dan Pengendalian Indra

Bunga ahimsa ‘tanpa kekerasan’ adalah yang pertama dari delapan bunga yang harus dipersembahkan manusia kepada Tuhan. Ahimsa berarti tidak menyakiti atau merugi-kan makhluk hidup yang mana saja dengan pikiran, perkata-an, dan perbuatan. Kita dapati para dokter mengoperasi pasien untuk mengobati penyakitnya. Dalam proses operasi itu, dokter memotong tubuh dengan pisau. Engkau tidak dapat menyebutnya sebagai tindak kekerasan karena perbuatan itu bermanfaat bagi pasien. Sejumlah orang mungkin membantah bahwa memotong sayuran pun merupa-kan tindak kekerasan karena sayuran dan pepohonan itu memiliki kehidupan. Tentu saja sayuran dan pepohonan itu mempunyai kehidupan, tetapi, mereka tidak mempunyai manas ‘peralatan batin dalam fungsinya untuk berpikir’. Akibatnya mereka tidak menderita rasa nyeri. Hanya manusialah yang mempunyai lima selubung yaitu: selubung makanan, selubung kehidupan, selubung manas, selubung kebijaksanaan, dan selubung kebahagiaan. Makhluk yang memiliki manas mengalami sakit dan senang. Manusia, binatang, unggas, dan serangga diberkati dengan manas, tetapi pepohonan dan sayuran tidak. Beberapa pohon mengalirkan getah bila buahnya kaupetik. Mengalirnya getah pohon ini merupakan gejala alami, tetapi beberapa orang keliru mengiranya sebagai air mata penderitaan. Pohon itu tidak menderita rasa sakit karena mereka tidak mempunyai manas.

Pengendalian Lidah

Yang kedua adalah bunga indriya nigraha ‘pengendalian indra’. Segala latihan rohani akan sia-sia saja, jika manusia tidak mengendalikan indranya. Pengendalian indra sangat penting bagi semua. Kurangnya pengendalian indra merupakan penyebab utama segala keresahan, kerusuhan, dan kekacauan yang kaujumpai di dunia dewasa ini. Bagaimana manusia dapat mengendalikan indranya? Pertama-tama ia harus mengendalikan lidah.


“Oh lidah yang selalu menyukai rasa manis, Kuberitahukan kepadamu apa yang manis, tetapi memberikan kesehatan yang baik. Semua ini terkandung dalam perkataan yang manis: Goovinda, Damoodara, Maadhava ( aneka nama Tuhan,keterangan penerjemah ).”

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Engkau harus mengendalikan lidahmu karena ia selalu menghasratkan berbagai makanan yang lezat. Engkau harus mengajukan pertanyaan ini, “Oh lidah, berapa karung beras, gandum, dan sayuran yang telah kaulahap? Berapa banyak makanan lezat yang telah kauhabiskan? Sungguh memalukan, jika engkau masih belum puas.” Bhikshannam deharakshartham ‘sesuap makanan sudah cukup untuk memelihara badan’. Seharusnya engkau makan untuk memuaskan rasa lapar dan memelihara tubuh. Jangan terlalu mementingkan cita rasa.

Demikian pula, beritahu matamu agar melihat Tuhan dan bukannya menonton film-film yang tidak suci di televisi atau video. Ajarlah telingamu agar mendengarkan aneka kisah Tuhan, bukannya mendengarkan gosip yang tidak berguna.
“Oh telinga, engkau berminat mendengarkan gosip yang tidak berguna dan cerita-cerita mengenai orang lain, tetapi engkau hampir tidak berminat bila kisah Tuhan yang menakjubkan dituturkan.”

( Nyanyian bahasa Telugu ) .


Pikirkan sejenak, manfaat apa yang kauperoleh dengan mendengarkan hal-hal yang tidak suci. Sebenarnya dalam proses itu engkau mencemarkan hatimu. Segala yang kaulihat dan kaudengar tertera di hatimu. Bila hatimu tercemar, hidupmu menjadi tidak berarti. Beberapa hari yang lalu ketika berbicara kepada para bakta dari Visakhapatnam, hal ini Kusebutkan. Hati manusia itu ibarat pen. Warna perkataan yang kautulis akan sama dengan warna tinta di dalam pen. Demikian pula bila hatimu kauisi dengan kasih, segala yang kaupikir, kaukatakan, dan kaulakukan akan dijiwai cinta kasih. Tuhan mengharapkan engkau mengisi hatimu dengan kasih dan menempuh hidup yang suci.


Welas Asih ( Daya ) dan Kesabaran ( Kshama )

Yang ketiga adalah bunga welas asih kepada semua makhluk hidup ( daya ). Bhagawad Gita ( bab 12 sloka 13 ) menyatakan, ”Adveshtaa sarva bhuutaannaam ….”, ‘jangan membenci siapa pun’. Hiduplah bersahabat dengan semua, tetapi jangan terlalu banyak berhubungan dengan orang-orang lain.

Yang keempat adalah bunga kesabaran ( kshama ) yang sangat istimewa dan penting. Paandava sangat menderita akibat ulah Kaurava. Akan tetapi Dharmaraaja ( nama lain untuk Yudhishthira ) tidak pernah hilang kesabarannya, bahkan ketika Draupadi dilecehkan oleh Kaurava. Keutamaan kesabaran inilah yang melindungi Paandava dan membuat mereka menjadi ideal bagi seluruh dunia. Bunga kesabaran ini sangat disukai Tuhan. Tuhan hanya akan senang kepadamu dan memberimu anugerah, bila kaupersembahkan kepada Beliau bunga-bunga yang Beliau sukai ini. Tidak ada manfaat yang timbul dari persembahan bunga-bungaan yang kemudian layu dan membusuk. Bunga ahimsa ‘tanpa kekerasan’, pengendalian indra, welas asih, dan kesabaran yang selalu mekar inilah yang disukai Tuhan.


Kisah Abu Ben Adhem

Mungkin kalian sudah pernah mendengar kisah Abu Ben Adhem yang selalu mempersembahkan kepada Tuhan, bunga sarva bhuutaa daya pushpam ‘welas asih kepada segala makhluk’. Setiap hari ia biasa pergi berkeliling di jalan untuk menolong orang-orang miskin serta cacat dan pulang ke rumah larut malam. Suatu malam ketika ia kembali ke rumah, didapatinya di kamarnya ada seorang malaikat yang sedang menuliskan sesuatu. Ketika Abu bertanya apa yang sedang ditulisnya, malaikat itu menjawab bahwa ia sedang membuat daftar nama orang-orang yang mencintai Tuhan. Pada waktu ditanya oleh Abu Ben Adhem apakah namanya ada dalam daftar tersebut, malaikat menyatakan tidak. Malam berikutnya ketika Abu Ben Adhem pulang ke rumah, ia mendapati malaikat itu ada di situ lagi sedang menuliskan sesuatu. Abu bertanya, “Ibu, apa yang sedang Ibu tuliskan?” Malaikat itu menjawab, “Nak, aku menuliskan nama-nama mereka yang dikasihi Tuhan.” Abu ingin tahu apakah namanya ada dalam daftar tersebut. Malaikat menjawab bahwa namanya tertulis paling atas.

Intisari kisah ini adalah Tuhan senang, bila engkau menolong dan melayani sesamamu manusia. Kitab-kitab suci telah menetapkan sembilan jalan bakti yaitu: shravanam ‘mendengarkan kisah-kisah Tuhan’, kiirtanam ‘menyanyikan kemuliaan Tuhan’, Vishnusmaranam ‘mengingat nama Tuhan’, paadasevanam ‘melayani kaki Tuhan yang suci’, archanam ‘pemujaan’, vandanam ‘sembah sujud’, daasyam ‘pengabdian’, sneham ‘persahabatan’, aatmanivedanam ‘mempersembahkan diri kepada Tuhan atau pasrah diri sepenuhnya’. Akan tetapi, jalan pengabdianlah yang terluhur.

Manusia menyeberangi lautan kehidupan duniawi bukannya dengan bertapa, berziarah, atau mempelajari kitab-kitab suci; manusia hanya dapat menyelamatkan hidupnya dengan melakukan darmabakti.
( Sloka bahasa Sanskerta ).




Abu Ben Adhem menerima kasih Tuhan karena ia melewatkan seluruh waktunya untuk menolong dan melayani sesama manusia. Tuhan mengasihi semuanya karena Beliau adalah pengejawantahan kasih. Akan tetapi, Beliau akan memberikan dirinya sendiri kepada mereka yang memperlihatkan welas asih kepada semua makhluk.


Shaanti dan Tapa

Yang kelima adalah bunga shaanti ‘kedamaian’. Manusia harus tetap tenang menghadapi pasang surut kehidupan. Hanya dengan demikianlah ia dapat memperoleh karunia Tuhan. Para abdi Tuhan yang agung seperti Tyaagaraaja, Tukaram, dan Draupadii mengalami berbagai kesengsaraan. Mereka menanggung segala penderitaan itu dengan sabar. Tyaagaraaja berkata, “Tanpa ketenteraman batin, manusia tidak dapat mencapai kebahagiaan.” Manusia membutuhkan ketenteraman atau kedamaian pada taraf fisik, mental, dan spiritual. Kedamaian tidak ada di dunia luar, melainkan di dalam batin. Engkau adalah perwujudan kedamaian. Dalam kehidupan duniawi pasti banyak kesulitan, tetapi janganlah engkau terpengaruh. Engkau harus menanggung segenap penderitaan itu dengan tabah dan sabar. Kehidupan manusia ini dianugerahkan bukan sekadar untuk menikmati kesenangan duniawi seperti unggas dan margasatwa. Hidup hanya bermakna, bila manusia menghayati kedamaian yang timbul dari dalam hatinya.


Yang keenam adalah bunga tapa. Tapa tidak berarti menyepi di hutan lalu hidup hanya dari buah-buahan dan umbi-umbian. Sesungguhnya kehidupan semacam itu dapat disebut sebagai kehidupan yang tamasika ‘tumpul’, bukan tapa. Tapa sejati terletak pada pengendalian emosi, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang timbul dari sifat-sifat sattvika, rajasika, serta tamasika. Engkau harus merenungkan Tuhan sepanjang waktu dan mencapai keselarasan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Manasyeekam vachasyeekam karmanyeekam mahaatmanaam
orang yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah manusia mulia’.

Jangan terpengaruh oleh suka atau duka. Bhagawad Gita mengajarkan, “Sukhadukha samekruthva labhalabhau jayajayau ….” ‘manusia harus tetap tenang dalam suka atau duka, untung atau malang, kalah atau menang’. Engkau harus melaksanakan kewajibanmu dan mengabdi masyarakat tanpa pamrih. Ketenangan dan sikap tanpa pamrih inilah yang merupakan tapa sejati.

Saint. Tukaram


Meditasi ( Dhyaana ) dan Kebenaran ( Satya )

Yang ketujuh adalah bunga meditasi. Meditasi tidak berarti duduk dalam sikap padmasaana ‘bersila’ dengan mata terpejam merenungkan Tuhan. Ini adalah kegiatan jasmani dan duniawi. Tentu saja kegiatan ini juga diperlukan, tetapi meditasi sejati adalah menyatukan pikiranmu dengan Tuhan. Sebagaimana susu dan air tidak dapat dipisahkan, demikian pula manas yang telah menunggal dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan. Sebuah bola besi yang dilemparkan ke dalam api akan menyatu dengan api itu. Demikian pula kasihmu harus menyatu dengna kasih Tuhan. Kebenaran ini terkandung dalam pernyataan Veda,

“Brahmavid Brahmaiva bhavati,”

Artinya,
‘Yang mengetahui Brahman menjadi Brahman’.

Beberapa orang merenungkan Tuhan sebentar pada pagi dan sore hari. Ini tidak dapat disebut meditasi.
Sarvadaa sarva kaaleeshu, sarvatra Hari chintanam

‘renungkan Tuhan sepanjang waktu, di segala tempat,dalam segala keadaan’.


Lakukan segala tugasmu dengan pikiran terpusat kepada Tuhan. Itulah meditasi yang benar. Memikirkan Tuhan selama beberapa waktu tidak dapat disebut sebagai meditasi. Itu hanya bakti sementara waktu. Bakti sementara waktu hanya memberikan karunia sementara waktu. Engkau harus memiliki bakti sepanjang waktu agar memperoleh karunia Tuhan sepanjang waktu.

Yang kedelapan adalah bunga kebenaran ( satya ). Ini sangat penting.

“Seluruh dunia berasal dari kebenaran, dipelihara oleh kebenaran, dan akhirnya menunggal ke dalam kebenaran. Tiada tempat tanpa prinsip kebenaran.”

( Puisi bahasa Telugu ).


Trikaalaa-badhyam satyam ‘kebenaran tidak berubah sepanjang tiga periode waktu’ yaitu masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Segala sesuatu mungkin lenyap, tetapi kebenaran tetap ada selama-lamanya. Karena itu, kebenaran adalah Tuhan, hiduplah dalam kebenaran.


Hanya Darmabaktilah yang Dapat Memberimu

Kebahagiaan Jiwa

Tuhan hanya akan senang, bila engkau memuja Beliau dengan kedelapan jenis bunga ini. Pendeta di pura memuja Tuhan dengan berbagai jenis bunga. Namun Tuhan tidak menghendaki bunga-bunga semacam ini. Beliau berkata, “Oh Pendeta, inikah yang kaupelajari selama bertahun-tahun? Engkau memuja-Ku dengan segerobak mawar dan melati yang sebentar saja menjadi layu. Bukan inilah bunga-bunga yang Kuharapkan darimu. Pujalah Aku dengan bunga-bunga kedamaian, kasih, tanpa kekerasan, dan sebagainya, yang tidak akan pernah layu.”


Perwujudan kasih!

Orang-orang memuja Tuhan dengan tulus dan penuh bakti, tetapi Tuhan tidak puas dengan pemujaan lahiriah. Engkau harus melayani masyarakat. Hanya darmabaktilah yang dapat memberimu kebahagiaan jiwa. Dengan melakukan bakti sosial untuk masyarakat, engkau tidak hanya meringankan penderitaan orang banyak, tetapi engkau juga dapat menimbulkan perubahan dalam hidup mereka.

Yad bhaavam tad bhavati

Artinya,
‘Sebagaimana perasaannya, maka demikianlah hasilnya’.

Jika engkau melakukan bakti sosial dengan perasaan yang suci, pasti hasilnya pun akan suci. Layani masyarakat sejauh kemampuanmu. Engkau menyanyikan kidung suci setiap pagi dan sore. Kepuasan yang kauperoleh dengan mengikuti kidung suci hanya bersifat sementara, sedangkan darmabakti memberikan kepuasan yang langgeng. Beberapa menit yang lalu para siswa menyanyikan, “Bhaja Goovindam”; dalam lagu itu dikatakan,

“Maa kuru dhanajana yauvana garvam, harati nimeshaat kaalah sarvam.”

Artinya,
‘jangan merasa bangga pada kekayaan,keturunan, dan kemudaanmu, arus waktu dapat menghancurkan semua itu dalam sekejap’.

Sucikan Waktumu dengan Darmabakti

Masa muda dan kekayaan itu ibarat awan yang berlalu. Jangan mempunyai terlalu banyak keinginan. Lakukan kewajibanmu dengan tulus. Apa pun yang terjadi, baik atau buruk, terimalah sebagai anugerah Tuhan. Pahamilah bahwa hal itu baik untukmu. Waktu merupakan anugerah Tuhan yang paling berharga, tetapi engkau menyia-nyiakannya untuk mengejar berbagai hal yang tidak berguna dan perasaan-perasaan yang tidak suci. Sucikan waktu yang diberikan kepadamu dengan melayani masyarakat. Hanya dengan darmabaktilah engkau dapat bebas dari kekhawatir-an, ego, kemegahan, sifat suka pamer, serta sifat-sifat buruk lainnya.

Kitab-kitab Veda menyatakan, “Chittasya shuddhaye karmah,” ‘kegiatan dimaksudkan untuk memurnikan pikiran dan perasaan’. Hanya darmabaktilah yang dapat memurnikan pikiran dan perasaan. Kini orang membuang-buang banyak waktu, harta, dan tenaga untuk melakukan berbagai kegiatan yang tidak membantu meningkatkan kemurnian pikiran. Itulah sebabnya mereka tidak mengalami kedamaian batin. Kedamaian yang diperoleh dari kegiatan duniawi bersifat sementara, hal itu timbul dan lenyap bagaikan awan yang berlalu. Engkau harus bercita-cita mencapai kedamaian sejati dan langgeng yang timbul dari lubuk hati.

Walaupun Paandava mengalami berbagai kesulitan dan kesengsaraan, Dharmaraaja selalu tetap tenang. Ketika Draupadii dihina oleh Kaurava, Bhiima sangat berang dan mencoba menyerang Dushshaasana dengan gadanya. Dharmaraajalah yang menenangkan Bhiima dengan berkata bahwa mereka yang mengikuti darma akhirnya akan tampil berjaya. Tidak semua orang dapat meraih tingkat ketenangan yang dicapai Dharmaraaja. Hal ini hanya mungkin bagi beberapa orang. Di mana ada kedamaian, di situ engkau mendapati kekuatan dan karunia Tuhan serta kemasyhuran. Kaurava banyak jumlahnya, sedangkan Paandava hanya berlima. Namun, kemasyhuran Paandava di masyarakat tetap langgeng. Dharmaraaja disukai semua orang.


Berbicaralah dengan Ramah dan Lemah Lembut

Kini kerusuhan dan kekerasan mencekam dunia karena kebenaran ( satya ) dan kebajikan ( dharma ) dalam hati manusia telah merosot. Segala yang kaujumpai di luar tak lain adalah cerminan, reaksi, dan gema perasaan batinmu. Kehidupan sebagai manusia itu sangat suci, berharga sekali, dan bersifat ketuhanan. Jangan kausia-siakan hidupmu dengan melakukan berbagai kegiatan yang tidak suci. Hidupmu harus kautempuh dengan baik dengan mengendalikan kesepuluh indramu ( lima indra pengetahuan: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa, serta lima indra kegiatan: tangan, kaki, organ bicara, dan kedua pelepasan, keterangan penerjemah ). Berbicaralah dengan ramah dan lemah lembut. Engkau tidak bisa selalu mengikuti kemauan orang lain, tetapi engkau dapat selalu berbicara dengan sopan dan ramah. Berdoalah untuk kesejahteraan semuanya.

Lookaah samastaah sukhinoo bhavantu

Artinya,
‘semoga penghuni segala loka berbahagia’.

Sucikan indramu dengan menolong dan melayani semua makhluk. Bila indramu kaukendalikan, engkau dapat mencapai apa saja dalam hidupmu. Jika Tuhan tidak merasa senang kepadamu, engkau akan dipandang rendah oleh semua orang di dunia. Mungkin engkau berpikir bahwa engkau telah memberikan sepuluh karung beras untuk amal dan membagikan pakaian untuk lima ratus orang. Perhitungan semacam itu seharusnya disampaikan ke Kantor Pajak Penghasilan, dan bukan kepada Tuhan. Tuhan tidak berminat pada jumlah, Beliau melihat perasaan di balik perbuatanmu. Karena itu, kegiatan amal apa pun yang kauupayakan, lakukan dengan semangat kasih dan pengorbanan.

Apakah Darmamu?

Apakah ajaran Bhagawad Gita? Beberapa orang mengatakan bahwa jalan kegiatan merupakan ajaran utama Bhagawad Gita. Beberapa lainnya mengatakan bahwa Bhagawad Gita mengajarkan jalan bakti. Ada lagi yang menyatakan bahwa jalan kebijaksanaan merupakan ajaran utama Bhagawad Gita. Akan tetapi, semua itu tidak benar. Apakah sloka pertama dalam Bhagawad Gita?

Dharma-kshetre kuru-kshetre Samavetaa yuyut-savah Maamakaah pandavaash-caiva Kim akurvata Sanjaya?

( Bhagawad Gita 1:1 ).

Dan sloka terakhir berbunyi sebagai berikut. Yatra Yogeshvarah Krshno Yatra Paartho dhanur-dharah Tatra shriir-vijayo bhuutir Dhruvaa niitir-matir-mama.

( Bhagawad Gita 18:78 ).


Bila kaugabungkan kata terakhir pada sloka terakhir dengan kata pertama pada sloka pertama, akan kaudapati kata, “mama dharma,” artinya ‘darmaku’. Inilah yang diajarkan Bhagawad Gita. Apakah darmamu? Darmamu adalah menempuh hidup sebagai manusia. Ingatkan dirimu bahwa engkau adalah manusia, bukan binatang. Setelah lahir sebagai manusia, engkau harus meningkatkan pengamalan nilai-nilai kemanusiaan. Jangan bertingkahlaku seperti binatang. Ikuti kebenaran dan kebajikan.

Segenap ciptaan dilandaskan pada kebenaran. Di mana ada kebenaran, di situ engkau mendapati kelimpahan dan kemakmuran. Kehidupan manusia tidak dimaksudkan untuk menikmati kesenangan jasmani dan duniawi yang bersifat sementara. Kehidupan manusia dimaksudkan untuk memberikan contoh kepada orang-orang lain di dunia. Setelah menempuh hidupmu selama sekian tahun ini, teladan apa yang telah kauberikan? Apa yang telah kaucapai? Tanyalah dirimu sendiri. Jawabnya adalah nol besar. Mungkin engkau telah melakukan beberapa perbuatan baik dalam hidupmu, tetapi ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan jumlah perbuatan buruk yang mungkin telah kaulakukan. Itu bukan sifat manusia. Tingkatkan pikiran yang baik, ucapkan perkataan yang baik, dan lakukan perbuatan yang baik. Itulah sifat manusia yang sejati. Nama para resi dan kaum bijak waskita purwakala tetap dikenang sampai sekarang karena perbuatan baik yang mereka lakukan. Lakukan kepada orang lain apa yang engkau ingin agar dilakukan orang lain kepadamu. Jangan memperturutkan keinginan tubuh karena tubuh itu seperti gelembung air. Jangan sembarangan mengikuti manas ‘pikiran dan perasaanmu’ karena manas itu seperti kera gila. Ikuti suara hatimu yaitu asas atma. Hidupmu akan mencapai pemenuhan bila engkau menyenangkan Tuhan dengan mempersembahkan kepada Beliau, bunga yang telah dijelaskan sebelum ini. Kasihlah yang merupakan dasar semua ini. Karena itu, tempuhlah hidup yang sarat diliputi kasih.

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Prema Mudita Manase Kaho ….” ‘Dengan Hati Penuh Kasih …’.

Dari wacana Bhagawan pada hari Krishna Janmaashtami, 22-8-2000, di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam.

Alih Bahasa : Dra. Retno Buntoro