DASARA 2000, HARI - 4

Wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 4 Oktober 2000.

LIMA KESENGSARAAN YANG MENIMPA MANUSIA
( PANCAKLESHA )


Jalan kita di dunia ini diterangi cahaya darma. Tiada lampu atau penerangan lain dapat menunjukkan jalan kehidupan yang benar kepada kita. Sesungguhnya perkataan Sai merupakan kebenaran.

( Puisi bahasa Telugu ).

Perwujudan kasih!

Di dunia ini kita tidak menjumpai orang yang tidak mengalami kesedihan dan penderitaan. Entah ia seorang raja, petani, hartawan, atau orang miskin, setiap manusia harus menghadapi lima jenis klesha ‘penderitaan’.


Lima Penderitaan yang Menimpa Manusia

Yang pertama di antara kelima penderitaan (klesha) ini adalah avidyaa klesha ‘penderitaan yang disebabkan oleh kebodohan’ ( yang dimaksud dengan kebodohan di sini adalah menyamakan diri dengan tubuh; keterangan penerjemah ). Pangkal penyebab kebodohan ini adalah kelekatan pada tubuh. Kini manusia terlalu mementingkan tubuhnya dan melakukan berbagai usaha untuk pemeliharaan dan kesenangan badannya. Dalam perjuangan hidupnya ia kehilangan kendali diri, karena itu, ia menderita.

Pendidikan yang diberikan dewasa ini bukan pendidikan yang benar ( vidyaa ). Segala yang kaupelajari hanya dimaksudkan untuk memelihara badan. Pendidikan semacam itu tidak dapat disebut atma vidyaa. Untuk memelihara tubuh manusia menginginkan berbagai hal. Jika tidak berhasil memperolehnya, ia merasa kecewa, dan ini pada gilirannya menyebabkan ia tertekan, murung, serta menderita. Itulah sebabnya selama ini Aku telah memperingatkan engkau dan menekankan agar engkau tidak terlalu melekat pada tubuh. Tubuh inilah yang menyebabkan manusia bahagia atau sengsara.

Pertama tingkatkan kelekatan pada atma, setelah itu, pikirkan tubuhmu. Jika engkau tidak menyadari atma, kelekatanmu pada tubuh akan menyebabkan engkau menderita. Kelekatan pada tubuhlah yang menyebabkan segala keinginan serta penyakit yang diderita manusia

Penderitaan kedua yang menimpa manusia adalah abhinava klesha yaitu penderitaan yang disebabkan oleh pikiran. Pikiran mengejar segala sesuatu di dunia ini. Itulah sebabnya dikatakan, “Mano muulam idam jagat.” Artinya ‘dunia ini didasari oleh pikiran’. Banyak hal yang dicemaskan oleh pikiran. Dari lahir sampai mati manusia menderita berbagai masalah yang timbul dari pikirannya. Banyak sekali hal yang diinginkan pikiran. Jika manusia tidak berhasil memuaskan semua keinginan pikiran ini, ia merasa kecewa. Tanpa kesadaran badan dan kesulitan yang ditimbulkan oleh pikiran ini, sesungguhnya manusia bebas dari segala kecemasan.
Manusia harus berusaha menemukan cara untuk melepaskan diri dari aneka kecemasan ini. Ia harus melepaskan diri dari khayal bahwa hanya badanlah yang merupakan landasan hidupnya. Ia harus melampaui kesadaran badan dan mengatasi kelemahan pikiran.

Penderitaan ketiga yang menimpa manusia adalah asthita klesha. Penderitaan ini disebabkan oleh keinginan manusia yang tidak terbatas digabung dengan kelekatannya pada tubuh dan kecenderungan pikirannya yang selalu berubah-ubah.

Kini manusia tidak mampu memahami keinginan macam apa yang seharusnya dimilikinya. Ia tidak mampu menyelidiki dan membedakan antara hal yang baik dan buruk, kebenaran dan kepalsuan, antara hal yang kekal dan sementara, antara hal yang patut diinginkan dan tidak patut diinginkan. Ia ingin memiliki apa saja yang dilihatnya, dan ia dikuasai oleh hasrat atau ketagihan sensual.

Untuk menjaga agar tubuh tetap terkendali dan pikiran dapat dijinakkan, orang-orang zaman dahulu melakukan beberapa latihan tertentu seperti misalnya dhyaana ‘meditasi, yoga, dan sebagainya. Jika badan dan pikiran tidak dikendalikan, mereka bertingkah laku sesuka hatinya dan menghancurkan engkau. Cara terbaik untuk menjaga agar mereka tetap terkendali yaitu dengan terus menerus mengidungkan kemuliaan Tuhan.

Kalian semua tahu bahwa kuda tidak dapat diam dengan tenang. Sepanjang waktu hewan itu selalu menggerak-gerak-kan bagian badannya. Kuda melambangkan ketidakstabilan. Jadi, bagaimana penunggangnya dapat mengendalikan hewan semacam itu? Ia memasang penutup pada bagian samping mata binatang itu dan sebuah kekang ( sepotong besi ) dipasang pada mulutnya lalu tali kekang itu dipegangnya. Dengan cara ini, bahkan kuda yang tegap dan kuat pun akan dapat dikendalikan. Demikian pula, jika manusia dapat mengendalikan lidahnya, separo masalahnya akan lenyap. Itulah sebabnya mengapa orang-orang zaman dahulu melakukan maunam ‘tirakat tidak berbicara’. Mereka tidak pernah melakukan praktek-praktek yang tidak bermakna. Setiap kegiatan atau tugas mereka mengandung arti yang mendalam. Latihan diam tidak berbicara ini membantumu mengendalikan pikiran yang pada gilirannya membuat engkau dapat menaklukkan aneka keinginan dan akhirnya hal ini memberimu kebahagiaan.

Penderitaan keempat yang menimpa manusia adalah raaga klesha. Avidyaa, abhinava, dan asthita klesha bergabung dan menimbulkan raaga klesha. Raaga klesha yaitu kelekatan yang berlebih-lebihan dan hasrat yang besar untuk memperoleh kekayaan serta harta benda. Karena raaga atau ‘keinginan’ ini, manusia menginginkan segala sesuatu yang ada di dunia. Keinginan inilah yang menyebabkan segala penyakit ( roga ) yang diderita manusia. Manusia lemah yang tidak mampu memenuhi aneka keinginannya lalu berusaha mendekati orang-orang yang kaya dan berkuasa. Kalau orang-orang kaya atau berkuasa itu tidak memenuhi aneka keinginannya, ia lalu membenci mereka.

Hal ini menimbulkan penderitaan kelima yaitu dweesha klesha ‘penderitaan yang disebabkan oleh kebencian’.

Jika manusia terikat oleh kelima klesha ini, bagaimana ia dapat merasa bahagia dan tenteram?

Pangkal penyebab semua penderitaan ini adalah kelekatan pada tubuh dan kurangnya pengendalian pikiran. Untuk melenyapkan kelekatan pada tubuh ini, para resi zaman dahulu meninggalkan rumahnya dan menempuh hidup yang suci di hutan. Di hutan, pikiran tidak mempunyai banyak peluang untuk berkelana. Karena di sana tidak ada daya tarik duniawi, pikiran dapat dikendalikan. Meskipun demikian, tinggal di hutan bukan satu-satnya cara untuk mengendalikan badan dan pikiran. Bahkan pada waktu menempuh hidup berkeluarga pun engkau dapat mengendalikan badan dan pikiranmu. Tirakat diam berguna untuk ini. Kaum bijak zaman dahulu menganggap maunam ‘tirakat diam’ sangat penting. Bicara yang terbatas membantu mereka menjaga agar pikiran dan keinginan mereka terkendali. Jika engkau sedikit bicara, kesempatan berbohong juga berkurang. Karena itu, agar dapat mengendalikan pikiran, engkau harus membatasi bicaramu, diam, dan mengendalikan aneka keinginanmu.



Ratu Madaalasaa Ibu yang Ideal

Semua kegiatan yang dilakukan orang-orang zaman dahulu mengandung makna dan tujuan. Mereka membimbing dengan teladan. Kini manusia tidak mampu menyadari hal ini.

Dahulu ada seorang ratu bernama Madaalasaa. Ia selalu tertawa bila raja menamai anak mereka yang baru lahir. Ketika raja menanyakan mengapa ia tertawa, ratu menjawab, “Dapatkah Tuan memberi nama atma yang abadi? Seandainya pun hal itu Tuan lakukan, tidak ada jaminan bahwa si anak akan bertingkah laku sesuai dengan namanya. Karena itu, tidak akan pernah ada nama yang benar-benar tepat, maka jangan mencoba menamainya.”

Hidup di dunia ini ibarat tidur yang lama. Segala pengalaman kita di dunia ini hanya ibarat mimpi. Karena itu, Madaalasaa membaringkan anak-anaknya dalam ayunan dan menyanyikan lagu ninabobo tentang kebijaksanaan sebagai berikut.

“Engkau adalah ( atma ) yang selalu murni, selalu bijaksana, dan selalu sangat bahagia. Namun, khayal duniawi membuat engkau tidak menyadari kenyataanmu yang sejati. Kehidupan di dunia ini ibarat tidur dengan mimpi yang memperdayakan. Begitu lahir, engkau menjadi sasaran aneka cobaan dunia. Setelah lahir dari rahim seorang ibu, janganlah engkau lahir lagi.

Nyanyiannya yang lain lagi berbunyi sebagai berikut.

“Dalam ayunan Omkara, dengan tilam kebijaksanaan, dengan kesadaran sebagai bantalmu, oh Nak sayang, tidurlah dalam kemanunggalan dengan diri sejatimu.”

Demikianlah Madaalasaa membentuk anak-anaknya menjadi perwujudan kebijaksanaan. Madaalasaa merupakan ideal yang patut diteladan kaum ibu. Ia melaksanakan darmanya tanpa melekat pada dunia. Sesungguhnya ia bahkan mengirim anak-anaknya ke hutan dengan berkata, “Anak-anak! Kalian keliru jika mengira bahwa kesenangan dan kebahagiaan hanya terdapat di istana. Di hutanlah engkau memiliki kebahagiaan dan kesunyian sejati.”

Hutan adalah tempat yang tenang dan hening. Pepohonan di hutan mengambil zat asam arang yang kita embuskan dan memberi kita zat asam yang menopang hidup kita. Penyakit tidak mempunyai peluang di hutan karena orang-orang tidak banyak bicara dan keinginannya pun lebih sedikit. Karena itu, umur mereka pun lebih panjang. Dengan demikian hutan mengajar kita untuk menempuh hidup yang tenang dan terpencil.


Orang Tua Bertanggung Jawab atas Kelakuan Buruk Anak-anaknya

Dewasa ini kaum ibu memenuhi pikiran dan perasaan anak-anaknya dengan aneka keinginan duniawi sehingga fisik anak-anak itu lemah. Renungkan lagu ninabobo yang dinyanyikan seorang ibu zaman ini. Sang ibu berkata, “Di dekat tepian waduk, pamanmu menanam benih kacang hijau. Pergi dan mintalah bagianmu, oh Nak, Shangkara.” Ketika Shangkara melakukan hal itu dan menuntut bagiannya, sang paman menjawab, “Engkau tidak membantu ketika aku menanam benih atau menuai ladang. Mengapa hasilnya harus kubagi dengan engkau?” Shangkara membantah, “Bukankah ibu saya adalah kakak Paman? Mari kita selesaikan persoalan ini di pengadilan.” Shangkara dan pamannya pergi ke pengadilan desa. Di sana para pinisepuh menentukan bahwa sang paman tidak saja harus membagikan harta miliknya, tetapi juga harus memberikan anak gadisnya untuk menikah dengan Shangkara. Sebagaimana terlihat dalam kejadian ini, anak-anak zaman ini dibesarkan dalam perbudakan ( pada kesenangan duniawi dan ragawi ).

Anak laki-laki zaman sekarang mempunyai pacar. Ini hanya memperlihatkan betapa tidak sucinya kelakuan mereka, betapa jahat dan tidak adil! Inikah yang harus diinginkan oleh anak laki-laki? Bila engkau mau, engkau selalu bisa menikah pada usia yang tepat, jika engkau sudah mampu hidup mandiri. Tidak ada yang akan mencegahmu. Namun, alangkah berdosanya melibatkan dirimu dalam percintaan dengan seorang gadis yang kelak mungkin akan menjadi istri orang lain! Siapa tahu di kemudian hari mungkin gadis itu bahkan menjadi iparmu.

Orang tua zaman sekarang bahkan senang sekali dan mendukung kegiatan yang penuh dosa semacam itu. Mereka mengira bahwa dengan cara itu pernikahan putranya dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun. Namun, apakah mereka memikirkan kemerosotan nilai-nilai moral yang timbul sebagai akibatnya? Bagaimana seorang lelaki dapat menjaga keluhuran budi pekertinya dalam situasi semacam itu?

Orang tua wajib mengawasi anak-anaknya. Pengawasan ini harus dilakukan sesuai dengan usia si anak. Anak-anak harus dibentuk sedemikian rupa sehingga mereka mendatang-kan nama baik dan kemasyhuran bagi orang tuanya. Dalam hal ini, Madaalasaa merupakan teladan. Sejak lahir dibimbingnya anak-anaknya pada jalan yang benar. Ada dikatakan, “Mulailah awal, kemudikan perlahan-lahan, dan sampailah dengan selamat.”

Sebuah batu diikatkan pada labu ular yang sedang tumbuh agar labu itu tumbuh lurus. Demikian pula, orang tua harus mengikatkan batu disiplin pada anak-anaknya. Membiarkan mereka bebas tanpa pembatasan apa pun hanya akan mendatangkan nama buruk bagi mereka di kemudian hari. Hal ini mungkin bahkan akan mempengaruhi kehormatan dan reputasi keluarga. Kebebasan harus diberikan jika perlu, tetapi tidak dalam hal-hal yang dapat menjatuhkan kehormatan keluarga. Karena leluhur kita menjaga reputasi keluarga, kini Bhaarat mempunyai nama dan kemasyhuran seperti ini.


Idealisme Raja Harishchandra

Raja Harishchandra adalah perwujudan kebenaran. Ia siap mengorbankan hidupnya untuk menegakkan kebenaran. Permaisurinya, Chandramatii, juga mengikuti teladan suami-nya. Untuk menepati janjinya, Harishchandra terpaksa menjual istri dan putranya. Chandramatii mendukungnya dengan berkata, “Tuanku, mungkin kita hidup atau mati, tetapi jangan sampai kita mengingkari janji kita. Jangan sampai kita menodai reputasi kita.”

Mereka tiba di kota Kashi dan di sana pun janjinya ditagih. Karena tidak berdaya, Harishchandra melelang dirinya sendiri. Dengan cara ini ia mengorbankan seluruh hidupnya demi kebenaran. Demikianlah para putra Bhaarat zaman dahulu selalu menepati janjinya. Mereka mengabdikan hidupnya untuk menjaga kehormatannya.

Meskipun demikian, dewasa ini banyak orang yang tidak menyadari nilai kehidupan. Mereka mengira bahwa hidup di dunia ini hanya untuk mencari uang dan mengumbar nafsu. Namun, sesungguhnya hidup itu merupakan suatu tantangan dan manusia harus menghadapinya. Kita harus menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Kita harus mengatasinya dan menjunjung nama baik keluarga kita. Kita harus mengikuti teladan luhur yang diberikan leluhur kita. Harus ada ibu-ibu seperti Madaalasaa. Kita harus menganggap Madaalasaa sebagai ideal dan mendapatkan inspirasi dari teladannya. Tidak seorang pun dapat menyamai Madaalasaa dalam cara mengasuh dan membina anak-anaknya.

Mengapa engkau terkelabui oleh aneka keinginan? Sebagaimana gedung-gedung besar yang terlihat dalam mimpi itu tidak nyata, kesenangan yang diperoleh dari pemenuhan aneka keinginan ini pun hanya bersifat sementara. Karena itu, kendalikan pikiranmu dan kurangi kelekatan pada tubuhmu. Bila kelekatan pada tubuh ini kaukurangi, badanmu akan selamat. Engkau harus menjaga agar badanmu sehat dan bebas dari penyakit. Akan tetapi, kendalikan aneka keinginanmu.

“Bhikshanam deharakshaartham; Vastram shiktanivaaranam.”

Artinya,

‘Makanan dimaksudkan untuk memelihara badan;
Pakaian dikenakan untuk melindungi tubuh dari hawa dingin’.


Jangan pernah memusatkan dirimu pada tubuh. Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesadaran atma. Hanya jika engkau mencapai ( kesadaran ) atma, penguasa semuanya, maka tujuan hidupmu terpenuhi.


Anak-anak-Ku terkasih!

Engkau harus semakin bersifat spiritual. Jangan sampai engkau sengsara karena mengembangkan aneka keinginan yang tidak perlu. Engkau adalah perwujudan kebahagiaan. Jangan pernah membiarkan kecemasan meliputi dirimu. Pengendalian keinginan itu sangat penting. Janganlah engkau mencemarkan kebudayaanmu. Engkau harus menjunjung kehormatan keluarga. Jika kelakuanmu tercela, engkau menghancurkan kehormatan keluargamu.


Junjunglah Kehormatan dan Reputasi Keluargamu

Dewasa ini orang tua tidak memberikan nasihat yang benar kepada anak-anaknya. Jika anak-anak yang sudah berkeluarga semuanya tinggal bersama orang tua dalam satu keluarga besar, kalian dapat memperoleh banyak pelajaran. Para pinisepuh memberi nasihat dan menjaga agar situasi tetap terkendali jika ada perselisihan dalam keluarga. Kini pasangan yang baru menikah menuntut tempat tinggal yang terpisah. Akan tetapi, mengapa engkau harus memberi mereka rumah tersendiri? Engkau dapat memberikan salah satu kamar di rumahmu. Kemudian jika timbul pertengkaran-pertengkaran kecil di antara mereka, engkau dapat mencegah-nya. Aneka masalah keluarga dapat diselesaikan sejak awal.

Kaum muda masa kini tidak memiliki kesabaran. Mereka bertengkar untuk masalah-masalah kecil, kemudian meninggalkan rumah. Dengan demikian hidupnya menjadi amat menyedihkan. Hidup manusia ini sangat bernilai dan ideal. Mengapa kita merusaknya? Entah kaya atau miskin, seharusnya orang tua mempertahankan para putranya yang telah menikah agar tetap tinggal di rumahnya. Masalahnya berbeda jika tempat kerja putranya dipindahkan ke kota lain, tetapi jika tinggal di kota yang sama, janganlah mereka memikirkan tempat tinggal yang terpisah. Orang tua memanjakan dan merusak anak-anak mereka.

Jika orang tua menempuh hidup yang baik, maka hampir tidak ada peluang bagi anak-anaknya untuk menempuh jalan yang sesat. Orang tua harus mengendalikan anak-anaknya. Akan tetapi, kini sulit menjumpai hal semacam ini. Kaum muda dewasa ini menempuh hidupnya seperti mobil tanpa rem. Mereka tidak tahu ( hidupnya ) mengarah ke mana. Orang tua wajib berperan sebagai pengendali. Hanya dengan demikianlah anak-anak mereka akan menjadi baik dan sejahtera. Jika tidak, orang tua harus bertanggung jawab karena merusak watak anak-anaknya. Keluarga yang hidup tanpa kendali akan hancur.

Engkau harus mengendalikan aneka keinginan dan kelekatanmu. Jika rasa benci timbul dalam dirimu, jangan segera bereaksi. Ambillah waktu untuk menyejukkan kemarahanmu. Orang yang pemarah tidak akan pernah sukses. Ia akan selalu mempunyai masalah. Ia akan melakukan banyak kesalahan dan akan dipermalukan. Ia akan kehilangan harta milik dan tidak dihormati. Hidupnya akan gagal total. Karena itu, di antara semua sifat buruk, kemarahan adalah cacat yang paling jelek. Dengan demikian, kemampuan mengendalikan rasa marah akan menjamin hidup yang ideal dan penuh kebahagiaan.

Tidak ada gunanya jika para siswa hanya berbicara tentang bakti atau kehidupan Raamakrishna Paramahamsa dan Vivekananda dalam ceramah mereka tanpa mengikuti ideal yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh tersebut. Para siswa seharusnya berbicara mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan keadaan dunia masa kini dan menyarankan penyelesaikan untuk keresahan dan pen-deritaan dunia. Praktiskah melakukan kidung suci, jika orang tenggelam dalam kesedihan dan kesengsaraan? Yang pertama dan terpenting bantulah meringankan penderitaan mereka, kemudian secara otomatis kidung suci akan menyusul. Pengertian bakti sekarang disimpangkan.

Pertama, junjunglah kehormatan dan nama baik keluargamu. Hanya kesabaran dan simpati di antara anggota keluargalah yang dapat menolong memelihara kehormatan keluarga. Tanpa kesabaran dan simpati, tidak akan ada ketenteraman dalam keluarga.

Harta tidak akan pernah dapat memberikan kebahagiaan kepada siapa pun. Sebagian besar orang-orang terpelajar dan penduduk kota besar terobsesi oleh keinginan untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Bagaimana cara mereka mengumpulkan harta? Mereka mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan untuk tujuan ini. Apa guna uang bagi seseorang jika ia kehilangan keutamaannya? Hidup ( bajik ) yang terhormat lebih layak diinginkan daripada harta. Dengan demikian, engkau dapat berusaha memberikan kebahagiaan kepada keluargamu. “Uang datang dan pergi, tetapi moralitas datang dan berkembang.” Moralitas merupakan hal yang paling penting dalam hidup manusia. Inilah bentuk pendidikan yang tertinggi.

Sekadar ceramah yang panjang mengenai kehidupan tokoh-tokoh yang mulia tidak ada gunanya. Engkau harus memberikan ideal yang tepat pada saat yang tepat. Jika seorang anak diberi nama, apakah ia akan bertingkah laku sesuai dengan nama itu? Mungkin seorang anak kaunamai Dharmaraja, tetapi bisa saja kelakuannya bertentangan dengan nama itu. Kini orang-orang memilih nama dari novel dan film untuk menamai anak-anaknya. Nama hanya akan sesuai jika kelakuan si anak cocok dengan nama itu.

Orang tualah yang menyebabkan merosotnya kelakuan anak-anak dewasa ini. Jika orang tua berdisiplin, anak-anak mereka juga akan berdisiplin. Orang tua harus memberi teladan kepada anak-anaknya. Ketenteraman dan disiplin dalam keluarga membantu mengembangkan kedamaian dunia. Supaya dunia menjadi lebih baik, orang tua harus menjaga agar tingkah lakunya ideal.

Kini dunia menghadapi kesulitan karena huru hara dan kekacauan. Kita wajib memikirkan teladan apa yang harus kita berikan agar dunia damai. Sebagai anggota masyarakat, sangat kelirulah jika engkau tidak memikirkan kesejahteraan masyarakat. Engkau harus ikut mengemban tanggung jawab masyarakat. Manusialah yang paling penting dalam masyarakat. Jika engkau membuang nilai-nilai kemanusiaan dan hidup seperti hewan, apa yang akan terjadi dengan masyarakat? Engkau tahu bahwa engkau adalah manusia, bukan binatang, karena itu, jagalah agar kelakuanmu sesuai sebagai manusia. Dapatkan nama baik ke mana pun engkau pergi.


Para Siswa Harus Memberi Teladan kepada Orang-orang Lain

Di mana pun engkau berada, jagalah agar kelakuanmu selalu baik. Berbicaralah dengan sopan dan ramah. Kelakuanmu harus sopan dan patut.

Mengumpulkan harta itu tidak terlalu penting. Banyak orang bermigrasi ke mancanegara untuk mencari uang. Ini sama saja dengan mengemis, suatu hal yang dapat kaulakukan di negerimu sendiri. Tidak seorang pun melarangmu mencari uang dan menempuh hidup bahagia sambil berdarmabakti melayani tanah airmu sendiri. Akan tetapi, apakah engkau lahir hanya untuk mencari uang? Apa gunanya uang jika tidak ada nilai-nilai kemanusiaan? Orang-orang yang berpendidikan tinggi di negeri kita pergi ke negara lain. Kadang-kadang mereka melakukan berbagai pekerjaan yang tidak tetap di sana, bahkan mencuci cangkir di rumah-rumah makan. Tidak dapatkah mereka mencuci peralatan dapur di rumahnya sendiri di sini dan membuat ibu mereka senang? ( Hadirin bertepuk tangan ). Sebaliknya, mereka membanggakan diri karena berada di luar negeri dan tidak mau menolong ibunya di dapur. Orang-orang semacam itu tidak mempunyai tempat di rumah. Carilah uang, tetapi hormati juga orang tuamu. Pedih hati-Ku melihat bahwa kaum muda sekarang tidak demikian halnya. Jika tidak diperingatkan secara keras, tidak ada yang mengindahkan nasihat yang diberikan. Karena itu, Aku hendak mengajarkan kepada mereka nilai-nilai ( kemanusiaan ) yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Tidak ada gunanya berbicara dengan mereka mengenai bakti, kebijaksanaan, dan ketidakterikatan. Sesungguhnya semua ini akan timbul dengan sendirinya, jika engkau meresapkan kebaikan.

Jadilah siswa yang baik dengan kelakuan yang ideal. Inilah ciri khas pendidikanmu. Sucikan hidupmu dengan berkelakuan yang ideal. Itulah kehidupan yang benar. Hiduplah dengan perasaan-perasaan yang baik dan suci. Buanglah hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan hidupmu dan masyarakat. Jika masyarakat dalam lingkunganmu merosot, engkau pun akan ikut merosot. Karena itu ada dikatakan, “Katakan kepadaku siapa temanmu, maka akan kukatakan kepadamu siapa engkau.” Sebagaimana pergaulanmu, maka engkau pun akan menjadi demikian. Jadilah orang yang ideal, maka engkau akan dihormati.

Engkau sama sekali tidak berusaha menyadari keluhuran kebudayaan Bhaarat. Alangkah suci kebudayaan ini! Engkau terpengaruh oleh gemerlap negara-negara lain. Orang-orang mendambakan kebebasan dan kekayaan di manca negara. Namun, semua ini hanya maya.

Kini kaum muda mengesampingkan makanan lezat yang dibuat dengan penuh kasih oleh ibunya di rumah dan mencari makanan yang busuk di luar. Mereka sama sekali tidak memikirkan hal ini.

Kuberikan satu contoh kecil. Sebuah toko obat bersebelahan dengan sebuah rumah makan. Pemilik toko obat biasa pergi ke rumah makan dan berkata, “Kepala saya pening, tolong berilah saya secangkir kopi panas.” Sebaliknya, pemilik rumah makan biasa datang ke toko obat sambil berkata, “Saya juga sakit kepala, tolong berilah saya tablet saridon.” Keduanya pengobatan untuk sakit kepala yang sama, tetapi mereka tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Beginilah keadaan para siswa yang menyedihkan dewasa ini. Mereka menginginkan pakaian warna warni yang dikenakan anak-anak lain dan mengesampingkan pakaian yang diberikan oleh orang tuanya. Sesungguhnya pakaian warna warni ini juga menakutkan sapi! Pakaian putih melambangkan kemurnian, ketabahan, dan kasih. Jika kotor, mudah diketahui dan bisa segera dicuci. Sedangkan pakaian warna warni jika kotor tidak kentara. Para siswa tidak segan-segan mengenakan pakaian semacam itu tanpa ganti selama berhari-hari. Walaupun tidak kelihatan kalau kotor, kita harus mengenakan pakaian yang bersih. Jauhkan dirimu dari segala yang kotor. Dengan demikian pikiran serta perasaanmu akan tenang dan engkau akan memiliki ketenteraman batin. Kita harus mengetahui jalan menuju kedamaian dan kelakuan yang diperlukan untuk itu.


Anak-anak-Ku terkasih!

Dalam ceramahmu engkau boleh mengisahkan berbagai peristiwa dari Raamaayana dan Mahaabhaarata untuk menunjukkan teladan ideal kepada orang banyak. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, perhatikan dan selidikilah apa yang menyebabkan kegelisahan serta kerusuhan yang lazim terdapat dalam masyarakat dewasa ini. Engkau akan menjadi siswa ideal jika engkau bekerja untuk memperbaiki masyarakat di lingkungan tempat tinggalmu.

Di dunia ini tidak ada hal yang tidak berkaitan dengan atma. Kelakuan kita, kegiatan menulis, membaca, kegiatan makan, segala sesuatu berkaitan dengan spiritualitas. Tuhan laten dalam segala sesuatu. Perbuatan yang membuat engkau melupakan Tuhan yang laten dalam dirimu dan memusatkan perhatianmu ke luar, tidak dapat disebut bakti. Engkau harus memiliki keyakinan yang teguh bahwa Tuhan selalu menyertaimu, berada di dalam dirimu, di sekelilingmu, di atasmu, dan di bawahmu. Engkau harus merasa tenteram walaupun sendirian.

Sebelum melakukan perbuatan apa saja, tanyalah dirimu sendiri apakah perbuatan itu benar atau salah. Perbaiki kesalahanmu sebelum ada orang lain yang menunjukkannya kepadamu. Berpegang teguhlah pada jalan yang benar sekalipun ada orang yang mengecammu. Untuk itu, tingkatkan kebaikan dan jauhkan dirimu dari kejahatan. Jika kautempuh hidup semacam itu, engkau akan menjadi manusia yang ideal.


Perwujudan kasih! Para siswa!

Kalian sama sekali tidak mengetahui situasi di dunia luar. Kelakuan orang-orang di sana sangat memuakkan. Apa pun yang mungkin dipikirkan orang lain, engkau harus menempuh hidup yang baik! Dapatkan nama baik bagi dirimu sendiri. Itu akan membuat Swami senang. Orang-orang harus meneladan engkau sebagai siswa perguruan Sai yang mengikuti ajaran Swami dan ikut ambil bagian dalam kegiatan Sai serta kidung suci.

Kalian harus meningkatkan aneka keutamaan yang sesuai untuk siswa. Di mana pun kalian berada, jadilah manusia yang ideal sebagaimana seharusnya seorang siswa perguruan Sai. Jika kalian mengikuti ajaran Swami dan meningkatkan kebaikan di dalam batin, maka kalian tidak perlu merasa takut pada apa pun juga. Jadilah pemberani; perhatikan hal yang tadi telah dijelaskan dan penting untuk hidupmu. Dengan demikian engkau akan dihormati semua orang.

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Goovinda Hare, Goopala Hare, Hey Goopii Goopa Bala …”


Dari wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 4 Oktober 2000.

Diterjemahkan : Dra. Retno Buntoro