DASARA 2000, HARI KE III

Wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 3 Oktober 2000.

TEMPUHLAH HIDUP YANG BAIK DAN BERMAKNA


Tiada penyakit yang lebih fatal daripada ketamakan. Tiada musuh yang lebih berbahaya daripada kemarahan. Tiada kesedihan yang lebih menyiksa daripada kemiskinan. Tiada sukacita yang lebih besar daripada kebijaksanaan.

( Sloka bahasa Sanskerta ).

Perwujudan kasih!

Di dunia ini sampai batas-batas tertentu kita jumpai sifat tamak dalam setiap orang. Walaupun manusia sudah memperoleh lebih dari cukup, ia tidak mampu menikmatinya sendiri ataupun membaginya dengan orang lain. Sifat semacam ini adalah kekikiran. Jika demikian, untuk apa semua harta ini? Kini manusia kurang mempunyai sifat atau pikiran yang baik, tetapi ia mempunyai banyak kemarahan.

Tidak ada musuh yang lebih besar bagi manusia selain dari kemarahannya sendiri. Jika rasa marah ini menjadi semakin kuat, manusia akan kehilangan sifat-sifat kemanusiaannya dan menjadi jauh dari Tuhan.

Tidak ada kesengsaraan yang lebih parah bagi manusia daripada kemiskinan. Sifat kikirlah yang menyebabkan manusia menderita. Walaupun kaya, secara praktis ia menjadi orang yang melarat atau pengemis karena kekikirannya. Akan tetapi, manusia yang bijak menikmati kebahagiaan jiwa. Sebagai orang yang bijak, ia tidak mengenal ketamakan. Akan tetapi bagi orang-orang yang bodoh ( yang dimaksud dengan bodoh di sini adalah menyamakan diri dengan tubuh, keterangan penerjemah ) kehidupan di dunia ini penuh dengan kemarahan, penderitaan, kemiskinan, dan kebijaksanaan.
Vivekaananda

Walaupun manusia modern tahu banyak, ia tidak melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia tampak seperti orang yang benar-benar bodoh. Misalnya saja, kemarin dalam wacana-Ku Aku berkata bahwa para siswa seharusnya tidak menyapa hadirin sebagai “saudara saudari” secara dibuat-buat tanpa benar-benar menghayati maknanya. Hari ini pembicara mengubah sapaan yang mereka gunakan dan menghindari penggunaan kata-kata tersebut. Hari ini mereka mulai menyapa hadirin sebagai “para bakta”, “hadirin yang terhormat”, dan sebagainya. Ini keliru. “Saudara saudari” adalah sapaan yang tepat. Setiap siswa menganggap Swami sebagai ibu dan ayah mereka dan mereka juga berkata demikian. Bila Swami adalah ibumu, bukanlah orang-orang ini sadara dan saudarimu? Jadi, menyapa hadirin sebagai saudara-saudari itu tidak salah. Dijiwai oleh semangat kebudayaan India yang sejati, Vivekaananda pun menyapa hadirin di Chicago sebagai saudara-saudari. Dalam Bhagawad Gita dikatakan,

“Tvameva maataa cha pitaa tvameva. Tvameva bhandushcha sakhaa tvameva. Tvameva vidyaa dravinam tvameva. Tvameva sarvam mamadeva deva.”

Artinya,

‘Oh Tuhan, Engkau ibuku, Engkau ayahku,
Engkau kerabatku, Engkau sahabatku,
Engkau kecerdasan-Ku, Engkau hartaku,
Engkau segala-galanya bagiku’.


Karena itu, kalau Tuhan adalah ibu dan ayahmu, maka pasti semuanya adalah saudara dan saudarimu. Mengapa engkau tidak memiliki pandangan luas dan perasaan yang mulia? Walaupun memiliki pandangan yang luas, engkau tidak mampu memahami makna perkataan-perkataan ini dengan baik. Kalau engkau memahami hal ini, pasti hari ini engkau tidak akan mengubah cara sapaanmu. Sesungguhnya semua adalah saudara dan saudarimu. Ini kebenaran. Apa pun yang dikatakan orang lain, jangan pernah menyimpang dari jalan kebenaran. Dewasa ini para siswa tidak mampu memahami makna kata-kata tertentu. Apa pun yang dikatakan kepada mereka, mereka ikuti secara membabibuta. Jika pernyataanmu kauubah hanya karena komentar orang lain, ini memperlihatkan bahwa engkau tidak mempunyai kemantapan pikiran atau ketetapan hati.


Anak-anak-Ku terkasih!

Anggaplah semuanya sebagai saudara dan saudarimu. Tuhan adalah ayah dan ibumu. Apa pun yang dikatakan orang lain; jangan kauubah keyakinanmu. Miliki keyakinan yang teguh seperti itu dan sebarluaskan semangat persaudaraan yang merupakan kebenaran hakiki ini.



Sifat-sifat Buruk Mendatangkan Bencana

Di dunia ini tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kekikiran. Hal ini dapat dipahami dari sejarah Bhaarat. Dalam Mahaabhaarata, Duryodhana dan Dushshaasana adalah raja yang sangat berkuasa dan kaya. Akan tetapi, mereka tidak memiliki sifat-sifat luhur. Ketamakan merekalah yang menyebabkan kehancuran mereka beserta seluruh marganya. Karena itu, sifat-sifat buruk tidak hanya menghancurkan seseorang, tetapi juga mendatangkan nama buruk bagi sanak keluarganya. Kita hanya dapat memperoleh kebahagiaan, jika apa pun yang kita miliki kita bagi dengan orang lain. Weda juga menyatakan hal ini,

“Na karmanaa na prajayaa dhanena tyaagenaikena amrutattvamanashuh.

Artinya,
‘Keabadian hanya dapat dicapai dengan pengorbanan, bukannya dengan harta, keturunan,
atau perbuatan yang baik’.


Kekuasaan dan kedudukan tidak dapat memberi kebahagiaan kepada manusia. Hanya pengorbananlah yang menimbulkan kebahagiaan. Namun, kini sedikit pun kita tidak menemukan semangat pengorbanan dalam diri manusia. Apa sebabnya? Ia sudah menjadi kikir. Ketamakannyalah yang menyebabkan manusia tidak mempunyai semangat pengorbanan. Krishna minta kepada Kaurava agar setidak-tidaknya memberikan lima desa kepada Paandava. Jika ia memiliki seluruh negeri Bhaarat yang luas ini, tidak dapatkah Duryodhana memberikan lima desa saja? Jangan dikata memberikan desa, memberikan wilayah seujung jarum pun, ia tidak mau. Alangkah tamaknya ia! Sesungguhnya kerajaan itu milik Raja Pandu. Dhritaraashtra menganggap kerajaan itu sebagai miliknya, walaupun bukan kepunyaannya, dan ia tidak mau membagikannya kepada Pandava yang sesungguhnya berhak. Ketamakannya menyebabkan terjadinya perang Mahaabhaarata.



Raamaayana juga melukiskan bagaimana ketamakan akan kenikmatan menyebabkan Raavana hancur. Raavana sangat kaya. Ia tinggal dalam benteng emas. Langka tampak bagaikan surgaloka. Karena kekayaannya ini, Raavana jadi memiliki keinginan yang berlebih-lebihan. Walaupun ia menguasai kerajaan yang luas dan mempunyai permaisuri yang luhur budinya, ia menghasratkan Siitaa. Siitaa bukan miliknya, melainkan permaisuri Sri Raama. Siitaa adalah milik Sang Avatar dan Raavana menculiknya. Apakah ia memiliki ketenangan dan kebahagiaan setelah membawa Siitaa secara paksa? Tidak. Siitaa adalah putri Ibu Bumi dan Raama adalah landasan utama bumi. Raavana mengabaikan landasan dasar ini dan menginginkan Siitaa karena nafsu kama dan ketamakannya. Sifat jahat Raavana ini menyebabkan ia kehilangan hidup, kerajaan, dan hartanya.


Hiranyakashipu dan Hiranyaaksha juga merupakan korban kemarahan serta ketamakannya sendiri. Akhirnya apa yang terjadi pada mereka? Mereka tidak hanya mendatangkan kehancuran bagi dirinya sendiri, tetapi juga menyebabkan binasanya marga raksasa. Kini keluhuran budi manusia lenyap karena ia menjadi budak sifat-sifat jahat seperti nafsu kama, kemarahan, ketamakan, kesombongan, dan aneka keinginan.

Pangkuan ibu merupakan sekolah dan tempat ibadah bagi anak kecil. Ia aman dan bahagia dalam asuhan ibunya. Setelah manusia meninggalkan pangkuan ibunya dan menyerahkan diri kepada dunia, ia mengalami penderitaan.


Jalan Kebajikan Membawamu Menuju Kebahagiaan

Perwujudan kasih!

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus memahami kebenaran yang berkaitan dengan kebahagiaan. Setiap orang mendambakan sesuatu, tetapi tidak seorang pun menyadari bahwa segala hal yang diinginkannya sudah ada di dalam dirinya. Dewasa ini manusia mengarahkan pandangannya ke ( dunia ) luar. Ia menyelidiki dunia luar. Karena itu, ia tidak mampu menyadari kebenaran sejati. Manusia teperdaya karena mengira bahwa sifat-sifat yang luhur berada di luar dirinya. Kedamaian, kemurnian, dan kebahagiaan ada di dalam dirimu. Akan tetapi, karena khayal, engkau berusaha mencari hal itu di dunia luar. Pandangan manusia yang mengarah ke ( dunia ) luar merupakan pangkal penyebab segala kecemasannya. Jika ia mengarahkan padangannya ke dalam batin, ia dapat menemukan segala sesuatu di dalam dirinya sendiri.

Kini manusia mengira bahwa Tuhan ada di dalam pura, di Kailaasa, atau Vaikuntha. Akan tetapi, di manakah Vaikuntha? Dalam Sumathi Shataka dikatakan bahwa kebahagiaan seseorang merupakan surganya, dan kesedihan seseorang merupakan neraka baginya. Kalau begitu, mengapa engkau mencarinya di luar? Engkau mengatakan sesuatu dan melakukan hal yang lain. Engkau tidak melaksanakan apa yang kaukatakan dan kaupikirkan, itulah sebabnya engkau menderita. Ucapkan kebenaran; ini akan memberimu kebahagiaan.

Tuhan tidak tinggal di luar dirimu. Sesungguhnya hatimu adalah persemayaman Tuhan. Akan tetapi, engkau mengabaikan hal ini dan pergi ke berbagai pura. Engkau mencari Tuhan di dalam ( patung-patung ) batu dan dengan demikian merosot ke tingkat kemanusiaan yang paling rendah. Jika pandangan yang picik ini kaubuang, sifat-sifat baik akan berkembang dalam dirimu. Aneka keutamaan ini akan membuat tingkah lakumu bajik. Kebajikan memberikan persatuan dan persatuan memberikan kedamaian. Kedamaian membuat engkau berbudi luhur, dan sesungguhnya inilah jalan yang mudah untuk menuju kebahagiaan. Walaupun engkau memiliki aneka keutamaan, engkau tidak menyadarinya. Karena itu, engkau tidak memiliki kedamaian.

Oh manusia, kebahagiaan jiwa hanya dapat diperoleh dengan keutamaan, dan keutamaan dicapai dengan persatuan, persatuan diperoleh dengan disiplin yang pada gilirannya dicapai dengan darma. Karena itu, engkau harus berusaha agar selalu mengamalkan darma. Kini manusia tidak mengerti makna darma yang sesungguhnya. Engkau harus memahami darmamu. Karena kalian semua anak-anak, kalian harus mengikuti darma yang berkaitan dengan tahap kehidupanmu.

Tempat terbaik bagi seorang anak adalah pangkuan ibunya. Mendengarkan perkataan ibu merupakan hal yang terbaik bagi anak. Sedikit demi sedikit anak ini tumbuh ke tingkat remaja. Sebagai pemuda engkau harus mengikuti darma kaum muda dan meninggalkan darma masa kanak-kanak. Ada darma yang sesuai untuk setiap tahap kehidupan. Masa remaja bergulir menuju masa dewasa dan selanjutnya ke masa tua. Orang-orang lanjut usia harus mengikuti darma yang sesuai dengan tahap kehidupannya. Tidak benarlah, jika engkau mengira bahwa darma itu sama untuk setiap orang. Apakah darma kaum muda? Budi pekerti yang luhur penting bagi kaum muda.

Tujuan pendidikan adalah keluhuran budi. Tingkatkan pikiran-pikiran yang luhur dalam hatimu dan perkaya hidupmu dengan kelakuan yang baik. Hati dan perbuatanmu berada dalam pengendalianmu. Suka dan duka berada dalam jangkauanmu. Rakyat yang berwatak baik memperkaya negerinya dengan nilai-nilai ( kemanusiaan ). Kalau warga masyarakat bersifat baik, negaranya juga akan menjadi baik. Sebagaimana perasaan seseorang, maka demikianlah yang terjadi. Di antara orang-orang yang lebih tua, anak muda harus membawa diri dengan rendah hati. Kerendahan hati juga harus tercermin dalam bicaramu. Engkau harus bercita-cita mencapai hal yang sesuai untuk kaum muda ( watak yang baik, pikiran yang baik, dan kelakuan yang baik ).

Jagalah Pandanganmu

Kendalikan pandanganmu. Inilah yang pertama dicapai oleh Buddha dan paling penting. Beliau mengajarkan samyak drishti ‘pandangan yang benar’. Pandangan yang benar membawa manusia menuju pikiran yang benar, pikiran yang benar membawanya menuju perbuatan yang benar, dan perbuatan yang benar membawanya menuju keyakinan yang benar. Karena itu, pertama-tama engkau harus meningkatkan pandangan yang benar. Kaum muda modern tidak mempunyai pandangan yang benar. Mereka melihat segala sesuatu baik dan buruk; mereka mengatakan apa yang mereka mau, makan apa yang mereka gemari, dan melakukan apa saja yang mereka sukai. Dengan kelakuan seperti itu dapatkah mereka menyebut dirinya manusia? Engkau harus melihat apa yang patut, mendengarkan apa yang baik, dan melakukan apa yang pantas. Hanya dengan demikianlah engkau dapat menyebut dirimu manusia sejati. Kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan merupakan ciri khas manusia sejati, maka inginkan hal itu.

Walaupun berpendidikan tinggi, Kaurava, Raavana, Hiranyaaksha, dan Hiranyakashipu tidak mempunyai keluhuran budi pekerti. Mereka tidak pernah bisa hidup dengan damai. Sesungguhnya Hiranyaaksha dan Hiranyakashipu adalah ilmuwan terkenal. Tidak ada ilmuwan zaman modern yang dapat menyamai Hiranyakashipu. Sementara ilmuwan zaman sekarang hanya dapat mencapai bulan, Hiranyakashipu bahkan bisa mencapai Bintang Kutub.
Walaupun diberkati dengan kemampuan intelektual dan kekuatan jasmani yang besar, ia tidak mempunyai kebajikan. Keperkasaan tanpa kebajikan tidak ada gunanya. Keutamaan yang harus dibinakan dalam diri manusia adalah pikiran yang baik, kelakuan yang baik, bakti, disiplin, dan rasa tanggung jawab. Pertama, mulailah dengan mengendalikan pandanganmu.

Dewasa ini manusia mendambakan umur yang panjang, tetapi bukan kehidupan yang suci. Sudah menjadi kebiasaan di antara para pinisepuh untuk memberikan restu panjang umur kepada kaum muda yang menyampaikan hormat baktinya kepada mereka. Apa gunanya umur yang panjang tanpa keluhuran budi? Tidak ada gunanya mendambakan umur yang panjang, jika orang kekurangan berbagai kebutuhan hidup yang utama seperti pangan, papan, dan sandang. Keutamaanlah yang membuat hidup panjang umur bermakna. Tidak ada salahnya engkau menginginkan umur yang panjang. ( Akan tetapi ) daripada menginginkan panjang umur, seharusnya engkau mendambakan keluhuran budi pekerti dan pandangan yang luas.


Hindari Kemunafikan

Mempunyai keinginan itu tidak ada salahnya. Namun, perbuatanmu harus sesuai dengan keinginanmu. Engkau cenderung membuang waktu melakukan upacara pemujaan tanpa berusaha memahami makna yang mendasari ritual itu. Memuji Tuhan dengan kata-kata kosong tanpa keyakinan yang teguh tidak ada gunanya. Dua pembicara yang tadi berceramah menyanjung-nyanjung Swami. Aku tidak suka hal ini dan kepala-Ku pening mendengar sanjungan semacam itu.

Tingkatkan kelakuan yang baik dan kembangkan berbagai keutamaan, itu akan membuat Aku bahagia. Jika tidak, pembicaraanmu menjadi olok-olok dan itu berarti menipu pendengar.

Engkau melukiskan Tuhan sebagai ibu dan ayahmu. Lalu, mengapa engkau tidak menyapa hadirin sebagai saudara dan saudari? Engkau berkata, “Para bakta yang berhimpun di sini.” Bagaimana engkau bisa memastikan bahwa mereka bakta? Ini sama sekali tidak benar. Kalau engkau beranggapan bahwa sebutan saudara saudari itu salah, maka menyebut mereka bakta bahkan merupakan kebodohan yang lebih parah. Aku menyapa umat sebagai “perwujudan kasih” karena setiap orang dianugerahi dengan keutamaan kasih. Engkau pun dapat melakukan hal ini.
“Tuhan menciptakan segala sesuatu berdasarkan kebenaran. Akhirnya segenap ciptaan akan manunggal dalam kebenaran. Manusia tidak akan pernah menjumpai suatu tempat yang tidak memperlihatkan sinar kebenaran. Inilah kebenaran yang murni, tanpa cela."

( Puisi bahasa Telugu )


Benih kejujuran hanya akan tumbuh dalam dirimu bila engkau memahami prinsip kebenaran ini; jika tidak, segala bentuk kepalsuan akan tumbuh dan berakar.

Dalam ceramahmu seharusnya engkau berbicara mengenai masalah yang sesuai dan dapat melenyapkan kecemasan orang banyak. Bahkan engkau dapat menceritakan pengalamanmu dengan Swami. Akan tetapi, Aku tidak pernah menyukai wacana yang hanya sanjungan belaka. Perkataan dan perbuatanmu harus memperlihatkan bahwa engkau adalah bakta Swami. Di mimbar engkau seorang pahlawan, tetapi dalam pelaksanaannya engkau bukan apa-apa. Aku hanya akan senang, jika engkau menjadi pahlawan dalam segala bidang kehidupanmu.


Perwujudan kasih!

Tanpa kauketahui, engkau melakukan beberapa kekeliruan. Namun, engkau harus berusaha agar hal itu tidak terulang. Segala perbuatanmu harus pada tempatnya. Akan tetapi, hari ini tidak demikian. Semua pikiranmu harus benar. Engkau harus meluaskan pandanganmu dan melenyapkan keinginan-keinginan yang mementingkan diri sendiri. Tuhan merasa bahagia bila engkau menempuh hidup seperti itu. Bersamaan dengan itu, engkau harus mengerti bahwa Tuhan tidak menunggumu untuk memberi Beliau kebahagiaan karena kebahagiaan memang merupakan sifat Tuhan. Sebagaimana dikatakan “Tuhan selalu bahagia, Beliau adalah kebahagiaan tertinggi, perwujudan kebijaksanaan mutlak, melampaui segala dualitas, Mahabesar dan meliputi segala sesuatu bagaikan angkasa, tujuan yang ditunjukkan oleh mahaavaakya Tat tvamasi ( pernyataan Weda yang berarti ‘Engkau adalah Itu atau Tuhan Yang Mahabesar dan tidak terlukiskan ), Yang Maha Esa, abadi, murni, tidak berubah, dan saksi universal.”

Sebagai aspek Tuhan, engkau juga harus mengalami kebahagiaan tertinggi. Segala sesuatu ada di dalam dirimu. Walaupun sesungguhnya engkau bersifat non-dualitas, kebahagiaan jiwa yang abadi itu tidak terlihat pada dirimu. Jika pada suatu saat engkau bahagia, pada saat berikutnya mungkin engkau merasa sedih. Apa yang menyebabkan hal ini? Karena engkau melakukan segala yang dilarang. Itulah sebabnya kesedihan mengejarmu. Engkau harus meningkatkan ketenangan yang merupakan ciri khas bakti. Kelembutan dan semangat kerja sama juga harus meliputi hidupmu.

Para siswa berbicara tentang kerjasama ( coo-peration ), tetapi hanya melakukan kerja biasa ( operation ). Engkau harus hidup bersama orang-orang lain dalam persatuan, kesabaran, dan kerja sama. Walaupun engkau sudah menempuh pendidikan di sini selama bertahun-tahun, di manakah keluasan perasaanmu? Para siswa tumbuh secara fisik, tetapi tidak tumbuh dalam keutamaan! Tujuan pendidikanmu hanya akan tercapai, jika engkau mengamalkan kebajikan. Pendidikan harus membentukmu menjadi orang yang baik; engkau tidak perlu menjadi orang yang hebat.

Kebaikan dan Kehebatan

Raama adalah orang yang baik. Beliau telah menguasai segala jenis pengetahuan. Raavana juga seorang cendekiawan yang hebat, tetapi akhirnya ia menghancurkan dirinya sendiri karena menempuh jalan yang tidak benar. Raama itu baik, sedangkan Raavana itu hebat. Engkau harus memahami dengan jelas perbedaan antara kebaikan dan kehebatan. Kebaikan yaitu melihat Tuhan dalam semuanya, bahkan dalam diri iblis. Raavana menganggap Raama sebagai manusia, tetapi Raama mengenali Tuhan, walaupun di dalam diri Raavana. Raama memberitahu Lakshmana, “Oh Lakshmana, Raavana tampak mulia seperti Indra.” Raama merasa sedih karena Raavana menghancurkan dirinya sendiri akibat satu sifat buruk. Bahkan Mandodari, istri Raavana, tidak menyukai perbuatannya. Mandodari menasihatinya, “Oh Raavana, Tuan seorang maharaja yang hebat, Tuan sangat perkasa, tetapi Tuan melakukan hal yang sangat rendah. Mengapa Tuan bawa Ibu Siitaa ke sini? Menculik istri orang lain itu dosa yang paling buruk. Bayangkan, bagaimana perasaan Tuan seandainya ada orang yang menculik saya? Karena Tuan menculik permaisuri Sri Raama, Beliau datang untuk bertempur dengan Tuan. Itu kewajiban Beliau. Karena itu, bodohlah Tuan, jika marah kepada Beliau.”


Warga Negara Masa Mendatang

Anak-anak-Ku sekalian, kelak kalian akan menjadi warga negeri ini. Karena itu, kalian harus meningkatkan pandangan yang luas dan sifat-sifat yang baik. Keutamaan juga harus tumbuh seiring dengan pertumbuhan badanmu. Saksikan situasi yang nyata dalam kehidupan ini. Seekor anak sapi dilahirkan oleh lembu betina. Sementara anak sapi itu tumbuh, tumbuh pula tanduknya. Pada zaman modern, tanduk ini diolesi air keras agar pertumbuhannya terhenti. Demikian pula, sifat-sifat baik dalam diri manusia harus dibina sejak masa kanak-kanak. Akan tetapi, dewasa ini manusia menghambat pertumbuhan kebajikan dengan melakukan berbagai perbuatan jahat. Dengan demikian, ia menghancurkan dirinya sendiri.

Segala perasaan yang baik dan suci ada di dalam diri kita. Tidak ada sifat baik yang tidak berada dalam diri manusia. Kita harus memupuk sifat-sifat baik itu agar berkembang, dan berusaha mengendalikan perasaan-perasaan buruk begitu mereka timbul. Jika timbul suatu pikiran, tanyalah dirimu sendiri apakah pikiran itu baik atau buruk, benar atau salah. Jangan bergegas melakukannya. “Ketergesa-gesaan menyebab-kan pemborosan, pemborosan menyebabkan kecemasan, karena itu, jangan tergesa-gesa”. Engkau harus membuang gagasan buruk dengan berpikir, “Aku seorang siswa. Sebagai siswa, bagaimana aku bisa mempunyai perasaan semacam ini?”

Kebanggaan dan Kerendahan Hati

Engkau harus mendongak atau menunduk, tergantung pada situasinya. Ketika Hanumaan pergi menemui Raavana, ia mendongakkan kepala dan berbuat sesuka hatinya. Ia berkata, “Oh Raavana! Engkau akan kuberi pelajaran. Kaukira engkau sangat hebat, tetapi perbuatanmu amat hina. Aku ( berpura-pura ) menyerah kepada Indrajit agar dapat melihat istanamu. Karena sekarang aku berada di hadapanmu, aku mendongak. Akan tetapi, jika berada dalam kehadiran Sri Raama, aku menunduk karena Beliau penuh kebajikan. Aku tidak mengindahkan kekuatan, aku mengindahkan dan menghormati orang yang berbudi luhur.”

Engkau juga harus mengajarkan kebenaran dengan cara seperti itu. Engkau bukan kera, walaupun manasmu seperti kera. Kendalikan manas yang seperti kera ini, dan miliki sifat manusia yang sejati. Hanya dengan demikianlah engkau bisa seperti Hanumaan.

Engkau harus berusaha menegakkan kebaikan dan menghancurkan kejahatan. Engkau harus menjadi siswa yang baik. Dengan cara ini engkau harus mengungkapkan kebenaran kepada dunia. Jika engkau mengikuti kebenaran, engkau tidak perlu merasa takut kepada apa pun juga. Hiduplah dalam kasih. Hanya dengan demikianlah engkau akan menjadi orang yang baik. Jangan terhambat oleh apa pun.


Tuhan Tidak Memerlukan Pujian

Engkau harus mengerti bahwa Tuhan tidak memerlukan puji-pujianmu; banyak sekali orang-orang baik yang telah memuji Beliau. Tuhan tidak melihat sanjunganmu. Beliau melihat kelakuanmu. Karena itu, kelakuanmu harus baik. Kembangkan sifat-sifat yang baik, kemudian engkau akan menjadi teladan yang baik bagi seluruh bangsa.

Tidak ada salahnya menginginkan umur yang panjang, tetapi engkau juga harus mengembangkan berbagai keutamaan. Lebih baik berumur pendek dengan budi pekerti yang luhur, daripada hidup panjang umur, tetapi jahat. Panjang umur dan pandangan yang luas harus berjalan seiring. Hanya dengan demikianlah umurmu yang panjang akan bermakna. Kini, jika bangun tidur pagi hari, setiap orang berdoa memohon umur yang panjang, tetapi tidak seorang pun memohon kehidupan yang bajik dan suci. Perasaan-perasaan yang baik dan suci harus ditanamkan di dalam hati agar manusia mempunyai umur yang panjang.


Para siswa! Kaum muda!

Kalian harus menempuh jalan yang suci, kemudian kalian akan memiliki pikiran dan perasaan yang suci. Kalian masih muda, jalan yang harus kalian tempuh masih panjang. Baik dan buruk tergantung pada kalian. Kalian mengemban masa depan dunia. Kalian memiliki kekuatan untuk menanggung beban ini. Kalian harus berdoa untuk kesejahteraan suluruh dunia, bukan hanya untuk Bhaarat ‘India’. Lokaah samastaah sukhino bhavantu. Artinya, ‘Semoga penghuni segala loka berbahagia’. Vishvam Vishnu mayam. Artinya, ‘Tuhan meliputi seluruh alam semesta’. Seluruh dunia bersifat suci. Karena itu, seluruh dunia harus berbahagia. Janganlah engkau memiliki prasangka apa pun; jangan membenci siapa pun. Ikuti ideal Swami. Swami mengasihi semuanya. Karena itu, tingkatkan kasihmu bagi semua ( makhluk ). Karena engkau mengikuti wejangan Swami, Swami menyayangi engkau. Akan tetapi, untuk memperbaiki engkau, kadang-kadang Swami berpura-pura marah kepadamu. Ini bukan karena marah atau benci. Ini karena kelakuanmu. Kadang-kadang kelakuanmu membuat Aku merasa tidak senang, karena itu Aku tidak ingin melihatmu. Jika kelakuanmu baik, Aku akan memandangmu dan berbicara kepadamu. Karena itu, jagalah agar kelakuanmu selalu baik.

Jangan terlalu banyak bicara. Persahabatan yang terlalu erat juga tidak baik. Jangan mempunyai terlalu banyak kontak. Ini akan menghancurkan engkau. Engkau datang ke sini untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan. Pusatkan pikiran dan perasaanmu pada tujuan. Lakukan kewajibanmu dengan sungguh-sungguh, maka Aku akan berbicara kepadamu. Kadang-kadang engkau Kuabaikan untuk memperbaiki dan memberimu pelajaran. Aku tidak pernah membenci siapa pun, kapan saja. Janganlah engkau menjadi orang yang munafik. Tempuhlah hidupmu dalam kerendahan hati.


Bagaimana seharusnya sikap seorang siswa?

Pendidikan harus menanamkan kerendahan hati dalam dirimu. Sebagaimana dikatakan, “Pendidikan memberikan kerendahan hati, kerendahan hati menimbulkan kelayakan, kelayakan membuat engkau kaya. Kekayaan membuat orang berderma serta mengamalkan darma, dan kebahagiaan timbul dari hal itu.”

( Puisi bahasa Telugu ).


Itulah kualitas pendidikan yang sejati. Selalulah rendah hati dan sedikit bicara. Tempuhlah hidup yang berdisiplin dan suci.
Bhagawan mengakhiri wacana Beliau dengan kidung suci, “Govinda Krishna Jai, Gopaala Krishna Jai ….”

Dari wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 3 Oktober 2000.

Penerjemah : Dra. Retno Buntoro