GURU PURNIMA 2001

Wacana Bhagawan pada Perayaan Guru Purnima, 5 Juli, 2001

AKU DAN ENGKAU ITU SATU


Orang yang mengusahakan tanaman kasih di ladang hatinya adalah orang Kristen sejati, orang Sikh sejati, orang Hindu sejati, dan orang Muslim yang sejati. Sesungguhnya ia adalah manusia sejati dan guru yang sejati.
( Puisi bahasa Telugu ).


Ketahuilah Rahasia Kelima Unsur Alam

Tuhan meliputi segala sesuatu dan bersemayam dalam setiap makhluk. Demikian pula kelima unsur alam—yang tak lain adalah perwujudan Tuhan—juga ada di mana-mana dan menguasai segala-galanya.

Seluruh dunia ini diliputi oleh kelima unsur alam, diikat oleh kelima unsur alam, dan berfungsi karena adanya kelima unsur alam. Dunia tidak dapat berfungsi seandainya salah satu di antara kelima unsur itu tidak ada. Karena itu, kelima unsur alam ini dapat diibaratkan sebagai lima prana yang menopang hidup setiap manusia.

Tidak seorang pun dapat memahami kemampuan dan kekuatan unsur-unsur alam ini. Meskipun demikian, setiap manusia perlu mengetahui makna unsur-unsur tersebut. Hanya orang yang memahami maknanya dan bertindak sesuai dengan pemahaman tersebut adalah orang yang benar-benar terberkati dan berpahala. Sesungguhnya ia tentu mencapai tujuan hidup manusia yaitu purushaartha.

Setiap manusia wajib mengetahui makna dan pentingnya unsur-unsur ini. Suka duka dan kebaikan serta keburukan yang dialami manusia disebabkan oleh kelima unsur ini. Kelima unsur alam memberikan kebahagiaan atau kesengsaraan kepada manusia tergantung pada bagaimana ia menggunakan mereka. Nama dan wujud unsur-unsur ini mungkin tampak sederhana, tetapi kemampuan mereka luar biasa.

Setelah lahir, manusia hidup selama beberapa tahun dan akhirnya meninggalkan raganya. Kelima unsur alam bertanggung jawab atas kelahiran, pertumbuhan, dan kematian manusia. Kelima unsur alam ini terbentang dari mikrokosmos sampai makrokosmos. Mereka ada dalam diri manusia dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Karena itu, perlu sekali manusia mengetahui rahasia unsur-unsur ini.

Setelah memahami makna kelima unsur alam ini dengan baik, Buddha mengerahkan segenap kemampuannya untuk mengendalikan kelima indranya. Beliau mengajarkan, “Buddham sharanam gachchami, sangham sharanam gachchami.” Beliau menggunakan kemampuan akal budinya untuk memahami kebenaran dan memberikan pengetahuan bijaksana ini kepada masyarakat. Pertama-tama Beliau mengendalikan pandangannya.

Di antara kelima indra persepsi, mata dianugerahi kemampuan yang luar biasa besarnya. Mata mempunyai 4000.000 berkas cahaya. Kini manusia menyalahgunakan indranya, akibatnya dari hari ke hari tubuhnya menjadi semakin lemah. Jangka hidup manusia berkurang karena pandangannya tidak suci dan karena ia mengumbar diri dalam kesenangan sensual. Ratusan ribu berkas cahaya dalam matanya musnah akibat pandangannya yang tidak suci. Itulah sebabnya timbul gangguan penglihatan pada manusia.

Kini banyak orang menjalani operasi katarak untuk memperbaiki penglihatannya. Para dokter mungkin berkata bahwa gangguan penglihatan pada manusia disebabkan oleh katarak, tetapi sebenarnya itu diakibatkan oleh pandangan yang tidak suci. Karena itu, manusia harus mengendalikan pandangannya dengan baik.

Manusia tidak dapat memperoleh manfaat dari latihan spiritual apa pun yang dilakukannya, jika ia tidak mengendalikan pandangannya. Semua latihan spiritual seperti japa, tapa, dan meditasi hanya memberikan kepuasan yang bersifat sementara. Aneka latihan spiritual itu tidak dapat menolong engkau mengendalikan pandanganmu. Sesungguhnya seluruh ciptaan ( srishti ) ini didasarkan pada pandanganmu ( drishti ). Netra, ‘mata’ sesungguhnya adalah shaastra, ‘kitab-kitab suci’.


Kendalikan Kelima Indramu

Seiring dengan pengendalian pandangan, engkau perlu mengendalikan lidahmu. Pada lidah manusia terdapat 300.000 saraf pengecap rasa. Karena manusia sudah menjadi budak selera, ia makan berbagai penganan yang lezat dan dalam proses itu ia merusak lidahnya.
Tidak hanya itu, ia mengucapkan kata-kata yang tidak suci dengan lidahnya, dan melukai perasaan orang lain dengan perkataan yang kasar. Jangka hidupnya semakin berkurang akibat penyalahgunaan lidah seperti ini.

Demikian pula semua indra kehilangan kemampuannya karena disalahgunakan dan akibatnya memperpendek jangka hidupnya. Karena itu, pertama-tama manusia harus mengendalikan mata dan lidahnya. Jika kedua organ ini dikendalikan, energi manusia akan dihidupkan dan digiatkan lagi.

Kemampuan yang tidak dapat dicapai dengan tapa brata selama bertahun-tahun, bisa diperoleh bila manusia menggunakan mata dan lidahnya dengan baik dan suci.

“Oh lidah yang mengetahui cita rasa! Engkau sangat suci. Ucapkan kebenaran dengan ramah dan sangat menyenangkan. Lantunkan nama suci Goovinda, Maadhava, dan Damoodara dengan tiada putusnya. Inilah tugas utamamu.”

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Jangan menyakiti hati orang lain dengan perkataan yang kasar. Sesungguhnya orang lain itu bukan orang lain, melainkan dirimu sendiri karena prinsip atma yang sama ada dalam semuanya. Orang yang menyakiti, dan orang atau makhluk yang menderita karena disakiti itu sebenarnya satu dan sama. Karena itu, jangan pernah berbicara sedemikian rupa sehingga menyakiti hati orang lain. Itulah sebabnya Aku sering menasihati engkau, kurangi bicaramu, tetapi engkau tidak menanggapi perkataan-Ku secara serius. Engkau tidak mampu memahami resiko bahaya apa yang akan kaualami kelak akibat berbicara terlalu banyak.

Jangan melihat yang buruk, lihatlah apa yang baik. Hanya dengan demikianlah matamu mencapai kemampuan suci yang memungkinkan engkau melihat wujud kosmis Tuhan. Latihan spiritual akan memberikan ganjaran yang lebih besar, jika indramu terkendali.

Tanpa mengindahkan kemampuan indra dan tanpa menggunakannya dengan sepatutnya, manusia terpengaruh khayal dan mengira bahwa ia dapat memperoleh ganjaran yang besar dengan melakukan berbagai latihan yang ( sebenarnya hanya ) bersifat jasmani dan duniawi. Namun, sebenarnya manusia tidak dapat memperoleh apa-apa dari aneka latihan itu kecuali kepuasan sementara.

Pertama-tama manusia harus mengendalikan indranya. Jangan pernah mendengarkan apa pun yang jahat. Jika timbul suatu situasi ( yang tidak baik ), segera tinggalkan tempat itu. Jangan mendengarkan hal yang jahat, jangan melihat hal yang jahat, dan jangan berbicara yang jahat. Berusahalah sedapat-dapatnya menjauhkan diri dari hal-hal yang jahat. Hanya dengan demikianlah kemampuan spiritualmu akan tumbuh dan berkembang.

Mengapa para resi dan kaum bijak waskita zaman dahulu pergi menyepi ke hutan untuk melewatkan hidupnya dalam kesunyian? Hanya untuk mengendalikan indranya. Latihan spiritual yang benar terletak pada pengendalian indra. Tanpa pengendalian indra, semua latihan spiritual akan sia-sia saja.

Daripada menggunakan lidah untuk mengucapkan perkataan yang jahat, mengapa engkau tidak melantunkan nama Tuhan seperti Raama, Krishna, dan Goovinda?

Engkau menumpuk dosa karena menyalahgunakan indra. Dosa yang telah kautimbun mungkin tidak kasat mata, tetapi dosa-dosa itu pasti akan membuat engkau menderita. Hal yang tidak kasat mata itu akan membuat engkau mengalami akibat-akibat perbuatanmu. Oh manusia, pahamilah rahasia karma ini.


Perwujudan kasih!

Indra itu ibarat prinsip kehidupan bagi manusia. Jika indramu sudah kaukendalikan, hidupmu akan tenteram. Tidak saja engkau harus menghindari pembicaraan yang jahat, tetapi engkau juga harus mengurangi bicaramu. Bicaramu harus singkat dan menyenangkan.

Kaum bijak waskita seperti Vaalmiki, Vyaasa, dan bakta Tuhan yang agung seperti Potana, menyusun kitab-kitab suci dan menguduskan hidupnya. Ikuti kehidupan luhur mereka dan hiduplah sebagai teladan. Bacalah kitab-kitab suci yang ditulis oleh para mahatma seperti itu.

Kini orang-orang membaca berbagai buku yang mengotori pikirannya. Ini kebiasaan yang sangat buruk. Apakah dalam hal membaca, menulis, melihat, atau berbicara, semuanya harus baik. Jangan melakukan kesalahan apa pun secara sengaja. Jika kaugunakan indramu dengan sepatutnya, engkau dapat menghayati ( penampakan ) Tuhan dalam umat manusia. Engkau dapat melihat manifestasi Tuhan dan mencapai ( kesadaran ) Tuhan hanya dengan penggunaan indra secara suci.

Karena tidak menyadari potensi ketuhanan yang terkandung dalam dirinya, manusia menganggap dirinya rendah, dan menempuh hidupnya dalam khayal. Dikiranya ada kekuasaan yang lebih tinggi dari dirinya dan ia berusaha mencapainya. Tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi darinya. Ekam sat vipraah bahudhaa vadanti. ‘Kebenaran itu satu, tetapi para cendekiawan menyebutnya dengan berbagai nama’. Hanya ada satu ( eksistensi ), bukan dua. Merupakan tanda kebodohanlah, jika engkau mengira bahwa ada sesuatu yang berbeda dari engkau, lalu kaucari. Keanekaragaman adalah imajinasimu sendiri. Ekoham bahusyam, ‘Aku satu, Aku akan melipatgandakan diri-Ku’. Jika indramu kaukendalikan, engkau akan dapat memahami kebenaran ini.

Orang-orang mempunyai anggapan yang keliru bahwa mereka akan bahagia, jika keinginannya terpenuhi. Sesungguhnya kebahagiaan bukannya timbul bila aneka keinginan terpenuhi, melainkan ( justru ) bila hal itu dikendalikan. Manusia dapat menikmati kebahagiaan jiwa yang intens dengan mengendalikan aneka keinginannya. Orang yang menghasratkan pemenuhan aneka keinginannya akan selalu resah. Keinginan berkaitan dengan pravritti ‘jalan keduniawian, dan di situ sama sekali tidak ada kebahagiaan.

Engkau teperdaya oleh pemikiranmu ( karena mengira ) bahwa ada kebahagiaan di dunia ini, pada hal ( dengan mencari kebahagiaan duniawi ) engkau semakin menjauhkan dirimu dari nivritti ‘jalan kerohanian’.


Perwujudan kasih!

Kasih itu merupakan kehidupan bagi semuanya. Untuk mencapai tingkat kasih semacam itu, gunakan indramu dengan sepatutnya.

Buddha mengunjungi banyak orang yang mulia, mempelajari berbagai kitab suci, dan melakukan bermacam-macam saadhanaa. Kemudian Beliau menyadari bahwa semua itu ( hanya ) berhubungan dengan pravritti ‘jalan yang mengarah ke dunia luar’. Akhirnya Beliau insaf bahwa kebahagiaan terletak pada penggunaan kelima indra secara baik dan benar. Beliau berhenti membaca kitab-kitab suci, Beliau tidak lagi mengunjungi para mahatma, dan menghentikan semua latihan spiritual. Beliau mengerti bahwa latihan rohani apa pun yang dilakukan dengan tubuh yang bersifat sementara ini hanya akan menghasilkan kebahagiaan yang cepat berlalu. Kebahagiaan sejati yang langgeng hanya akan diperoleh bila saadhanaa dilakukan dengan perasaan yang murni dan abadi.

Ketika Buddha mulai mengendalikan indra-Nya, Beliau menghayati kebahagiaan yang tak terhingga sehingga Beliau tidak mampu lagi menahannya. Dirangkul-Nya Aananda, sepupu Beliau yang pada waktu itu mendampingi Beliau seraya berkata, “Aananda, Aku telah mencapai tingkat ( kesadaran ) nirvana dan Aku tidak sanggup menahan kebahagiaan jiwa dalam diri-Ku. Aku siap meninggalkan raga-Ku ini.” Mendengar perkataan ini, Aananda mulai menitikkan air mata. Kemudian Buddha berkata, “Oh orang yang bodoh, mengapa engkau bukannya bergembira karena Aku mencapai keadaan bahagia ini, tetapi bahkan merasa sedih?”

Engkau mencari kebahagiaan yang cepat berlalu dalam berbagai hal yang bersifat keduniawian, sedangkan Buddha berjuang untuk mencapai kebahagiaan jiwa dalam alam spiritual yang benar, kekal, dan abadi. Karena engkau tenggelam dalam keduniawian, engkau semakin menjauhkan dirimu dari keabadian.

Walaupun melakukan banyak dosa, engkau tidak menganggapnya sebagai dosa. Engkau mengira bahwa itu merupakan hal yang wajar bagi manusia. Engkau terus menerus melakukan kesalahan, namun engkau berdoa mohon pengampunan.

Sesungguhnya, janganlah manusia memohon ampun untuk kesalahan yang dilakukannya. Ia harus bersedia menjalani hukumannya. Hanya dengan demikianlah engkau akan bebas dari cacat cela.

Jika seseorang melakukan pelanggaran yang serius, ia dipenjarakan. Ia hanya akan dibebaskan setelah menjalani hukuman selama waktu yang ditentukan. Demikian pula engkau akan dibebaskan setelah dosa-dosamu kautebus. Karena itu, jika engkau menghendaki pembebasan, engkau harus siap menjalani hukuman untuk berbagai kesalahanmu. Engkau harus mengendalikan indramu dan menjaga agar tidak mengulangi kesalahanmu lagi.

Dengan melantunkan doa-doa Veda yang amat suci, manusia memperoleh kebahagiaan jiwa yang tak terhingga. Itulah sebabnya Buddha pun yang pada mulanya tidak percaya pada Veda, menjadi berminat.

Banyak orang mengira bahwa Buddha menentang Veda. Kemudian Shangkaraachaarya berusaha melenyapkan kesalah-pahaman masyarakat ini dan mengatakan bahwa Buddha tidak pernah menentang Veda. Shangkaraachaarya berkata bahwa orang-orang menentang Veda karena kebodohan mereka.

Buddha ( berhasil ) menaklukkan keinginan, suatu hal yang tidak setiap orang mampu melakukannya. Untuk menaklukkan keinginan, manusia tidak perlu melakukan saadhanaa yang hebat. Engkau tidak akan diganggu oleh keinginan lagi, jika engkau telah memahami makna yang tersembunyi dalam kehidupan ini.

Kini manusia bersedia melakukan perbuatan yang sangat hina demi uang. Ia berpura-pura menjadi orang yang sangat berbakti kepada Tuhan lalu mencoba menipu orang-orang lain. Inikah yang seharusnya dilakukan manusia? Tidak. Ia harus menaklukkan aneka keinginannya dan mengendalikan indranya.


Para siswa!

Kalian masih muda dan usiamu adalah usia yang tepat untuk melakukan pengendalian indra. Engkau dapat menggunakan indra secara suci. Jika engkau sudah mengetahui jalan yang benar, engkau tidak akan berhenti ( menekuninya ).

Engkau hanya akan memahami ajaran Veda, jika engkau meningkatkan sifat-sifat yang luhur. Engkau hanya dapat meningkatkan sifat-sifat yang luhur dengan pengamalan yang baik. Mungkin ada beberapa rintangan di jalanmu, tetapi jangan pernah menyerah.



Tuhan adalah Gurumu

Hari ini kita merayakan Guru Purnima. Purnima berarti hari terang bulan. Lalu, siapakah guru ( spiritual ) itu? Guru-guru ( spiritual ) modern membisikkan mantra di telinga lalu mengulurkan tangannya minta uang. Orang semacam itu tidak layak disebut guru ( spiritual ).

Gukaaro gunaatiitah. Rukaaro ruupavarjitah.

Arti secara harfiah, ‘Dalam kata guru “gu” berarti “tidak bersifat” dan ru berarti “tidak berwujud”’.

Arti secara keseluruhan, ‘Ia yang tidak bersifat dan tidak berwujud ( yaitu Tuhan ) adalah guru sejati’.

Guru ( spiritual ) perlu untuk membuat engkau memahami Tuhan yang tidak berwujud dan tidak bersifat. Karena sulit mendapatkan guru semacam itu, anggaplah Tuhan sebagai gurumu.

“Gurur Brahmaa Gurur Vishnuh Gurur Deevoo Maheeshwarah; Guruh saakshaat para Brahma Tasmai Shrii Guravee namah.”

Arti secara harfiah,

‘Guru adalah Brahma, Guru adalah Wishnu,
Guru adalah Maheeshwara.
Anggaplah Guru sebagai kenyataan Yang Mahatinggi.
Sembah sujud kepada Guru’.

Anggaplah guru sebagai segala-galanya bagimu.
Segala sesuatu di dunia ini adalah perwujudan Tuhan. Sarvam khalvidam Brahma ‘sesungguhnya semua ini adalah Brahman ( kesadaran semesta yang mahabesar )’. Semuanya adalah perwujudan Tuhan. Sesungguhnya segala yang kaulihat itu tak lain adalah wujud kosmis Tuhan ( Vishwa Viraat Swaruupa ).

“Sahasra shiirshaah Purushah Sahasraakshah sahasra-paad.”


Artinya,

‘Dengan seribu kepala, seribu kaki, dan seribu mata,Tuhan meliputi segala sesuatu’.
Ini berarti segala kepala, kaki, dan mata yang kita lihat di dunia ini adalah milik Tuhan.

Ketika pernyataan Veda, “Sahasra shiirshaah ….” Itu dibuat, penduduk dunia hanya beberapa ribu, tetapi kini sudah beberapa milyar. Pada masa itu orang-orang menganggap setiap orang sebagai ( perwujudan ) Tuhan. Mereka meyakini pernyataan Veda,
“Sarva bhuuta namaskaaram Keshavam pratigachchati.”

Artinya,
‘Hormat yang kausampaikan kepada segala makhluk akan mencapai Tuhan’.

Iishvara sarva bhuutanam.

Artinya, ‘Tuhan bersemayam dalam segala makhluk’.

Iishaavaasyam idam sarvam.

Artinya, ‘Seluruh alam semesta ini diliputi Tuhan’.


Keberadaan Tuhan tidak terbatas pada tempat-tempat tertentu. Tuhan ada di sini, Tuhan ada di sana, dan Beliau ada di mana-mana.

Engkau melihat perbedaan karena maya, tetapi Tuhan itu Maha Esa dan hanya satu. Guru ( spiritual ) wajib menyebarluaskan prinsip kemenunggalan ini.

Kini banyak murid yang baik, tetapi sulit sekali mencari seorang guru spiritual yang sejati. Di antara siswa kita, banyak anak-anak yang baik. Meskipun demikian, jika satu atau dua di antara mereka berkelakuan buruk, semuanya akan mendapat nama buruk dan akan dihukum. Ini sebuah contoh kecil. Ketika tidur pada malam hari, engkau digigit satu atau dua nyamuk. Keesokan harinya kausemprotkan insektisida dan kaubunuh semua nyamuk, walaupun yang mengigitmu hanya satu atau dua. Demikian pula Tuhan juga menghukum mereka yang bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Itulah sebabnya ada dikatakan,

Tyaja durjana samsargam; bhaja saadhu samaagamam; kuru punyam ahoraatram.

Artinya,
‘Jauhkan dirimu dari teman-teman yang tidak baik,
bergaullah dengan orang-orang yang baik,
dan siang malam lakukan perbuatan yang berpahala’.



Lantunkan Nama Tuhan untuk Mengatasi Rasa Marah dan Iri Hati

Jika sifat-sifat buruk seperti kemarahan dan iri hati timbul dalam dirimu, jangan terbawa oleh ( emosi ) tersebut. Kendalikan mereka. Katakan terus menerus kepada dirimu sendiri, “Marah adalah sifat yang buruk. Ini akan menyebabkan aku berbuat yang tidak baik dan akhirnya akan menghancurkan diriku.”

Bila engkau merasa marah, duduklah dengan tenang di suatu tempat dan minumlah air dingin. Ucapkan nama Tuhan. Dengan demikian kemarahanmu berangsur-angsur akan reda.

Jika engkau tetap merasa marah, pergilah ke tempat yang sunyi dan berjalanlah dengan cepat kira-kira setengah mil ( 0,8 km ). Demikianlah, banyak cara yang mudah untuk mengen-dalikan rasa marah.

Namun, kaum muda dewasa ini sama sekali tidak berusaha mengendalikan kemarahannya. Bila marah, mereka menganggapnya sebagai kesempatan untuk mencaci-maki orang lain. Ini dosa yang buruk sekali. Dengan berdoa dan merenungkan Tuhan, engkau harus berusaha mengendalikan sifat-sifat buruk dalam dirimu.


Perwujudan kasih!

Pertama-tama kendalikan pandangan dan lidahmu. Engkau melakukan banyak dosa karena pandangan yang jahat dan engkau pasti akan menghadapi akibatnya.

Jika kaugunakan indramu untuk tujuan yang buruk, anak-anak yang lahir sebagai anakmu juga akan berhati busuk. Karena itu, jangan melihat hal yang buruk, jangan mendengarkan hal yang buruk, dan jangan berbicara yang buruk.

Pada zaman dahulu orang-orang biasa menjaga agar para wanita yang sedang hamil tidak melihat atau mendengar apa pun yang buruk. Mereka biasa menceritakan aneka kisah suci mengenai Tuhan kepada wanita hamil. Wanita yang sedang mengandung diberi makanan yang baik, dan hanya diberitahu mengenai kabar-kabar yang baik. Mereka berbuat demikian karena mereka tahu, jika ( calon ) ibu mempunyai perasaan yang baik, maka anak-anak yang dilahirkannya pun akan mempunyai hati yang baik. Dosa-dosa yang dilakukan oleh orang tua pasti akan berpengaruh juga pada anak-anak mereka.

Ketika Subhadraa sedang mengandung, suatu kali Arjuna menceritakan kepadanya berbagai seluk beluk untuk memasuki padmavyuuha ‘jajaran pasukan tempur yang ditempatkan dalam posisi bunga teratai’. Arjuna melukiskan secara rinci cara-cara untuk memasuki padmavyuuha itu kepada Shubadraa. Ketika ia akan memberitahukan bagaimana cara keluarnya, Krishna muncul di situ dan mengajak pergi Arjuna sambil berkata, “Ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan hal ini. Selama ini bukan Subhadraalah yang mendengarkan engkau, tetapi anak yang dikandungnya.”

Itulah sebabnya Abhimanyu hanya mengetahui cara untuk memasuki padmavyuuha, tetapi tidak tahu bagaimana cara keluarnya. Akibatnya ia terperangkap dalam susunan itu dan akhirnya gugur.

Tuhan selalu mengamati segala hal yang kaulakukan. Mungkin engkau mengira bahwa orang lain tidak tahu apa yang akan kauperbuat. Mungkin engkau dapat memperdayakan orang lain, tetapi dapatkah engkau memperdayakan Tuhan? Beliau mengetahui segala sesuatu. Karena itu, selalulah berbuat baik. Segala dosamu akan tertebus, jika kaugunakan indramu dengan sepatutnya.

Jika engkau marah, engkau kehilangan segenap kemampuan pertimbanganmu dan berkelakuan ganas, kejam, tidak manusiawi lagi. Karena itu, bila engkau marah, segera tinggalkan tempat itu. Lebih baik menjauhkan diri dari dosa, daripada berbuat dosa lalu menyesalinya.


Aku Tidak Memberi Paadanamaskaar Lagi

Aku akan memberitahukan satu hal lagi kepadamu. Mungkin engkau akan sedih mendengar apa yang akan Kukatakan, tetapi Aku bahagia mengenai hal itu. Mulai hari ini Aku tidak akan memberikan paadanamaskaar lagi kepada siapa pun karena Aku dan engkau itu satu. Tuhan ada dalam semuanya. Iishvarah sarva bhuutaanaam ‘Tuhan bersemayam dalam segala makhluk’. Pahamilah kebenaran ini.

Mulai hari ini dan seterusnya Aku telah memutuskan tidak akan memberikan namaskaar kepada siapa pun. Engkau boleh melakukan namaskaar ‘sujud’ kepada orang tuamu karena mereka dan engkau belum menyadari kebenaran bahwa Tuhan ada dalam semuanya. Karena Aku mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Aku mengikuti kebenaran itu. Atma yang sama ada dalam dirimu, dalam diri-Ku, dan dalam setiap makhluk. Karena itu, tidak seorang pun perlu melakukan namaskaar kepada siapa pun dengan alasan tersebut. Kalau engkau masih ingin melakukan namaskaar, lakukan di dalam hati. Tangkupkan kedua telapak tanganmu dan katakan, “Swami, saya persembahkan kesepuluh indra saya kepada Swami.” Itu sudah cukup. Engkau tidak perlu menyentuh kaki-Ku untuk melakukan namaskaar. Pahami kebenaran bahwa Tuhan ada di dalam dirimu dan bertindaklah sesuai dengan pengertian itu. Kemudian engkau akan menjadi ( perwujudan ) Tuhan. Kalau ada orang yang diberi namaskaar, lainnya merasa iri. Aku berhenti memberi namaskaar untuk menjaga agar perasaan iri semacam itu tidak timbul dalam dirimu. Di mana pun engkau berada, sampaikan namaskaarmu secara mental. Itu akan membuat Aku bahagia.

Sudah berkali-kali Kukatakan kepadamu bahwa menyentuh kaki Swami dan menyanjung-nyanjung Beliau itu keliru, tetapi engkau tidak melaksanakannya.

Sejak hari Guru Purnima ini tingkatkan perasaan-perasaan yang suci dan nikmati kedamaian serta kebahagiaan tertinggi. Setiap orang ingin mencapai aananda. Bagaimana ia dapat mencapainya? Manusia mempunyai lima selubung yaitu annamaya kosha ‘selubung makanan atau badan wadak’, praanamaya kosha ‘selubung kehidupan ( atau badan eterik )’, manomaya koshaa ‘selubung manas ( atau badan astral dan badan mental yang rendah )’, vijnaanamaya kosha ‘selubung kebijaksanaan ( atau badan mental yang lebih tinggi )’, dan aanandamaya kosha ‘selubung kebahagiaan ( atau badan kausal )’.

Berusahalah sedapat mungkin mencapai vijnaanamaya kosha. Hanya setelah itu engkau dapat mencapai aanandamaya kosha. Tempuhlah hidup senang dan bahagia, dan bagikan kebahagiaanmu kepada orang/makhluk lain. Engkau tidak mengerti betapa besarnya kebahagiaan jiwa ini. Sebagaimana sepotong kecil kayu akan terbakar, jika ia kontak dengan api, demikian pula jika engkau dekat dengan Aku di dalam hati, sifat-sifat ketuhananmu akan terungkap. Hatimu akan diterangi dan kegelapan kekaburan batin dalam dirimu akan lenyap.

Jangan sedih karena Swami berbicara seperti ini kepadamu. Anggaplah ini sebagai hal yang baik bagimu. Kesenangan adalah interval di antara dua kepedihan. Pada waktu Aku berjalan di antara kalian, kalau engkau bersujud di kaki-Ku, orang-orang lain akan merasa terganggu.

Mulai hari ini dan seterusnya, gunakan indramu dengan sepatutnya dan patuhi apa yang telah Kukatakan kepadamu tentang paadanamaskaar.

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Prema mudita manasa kaho Raama Raama Ram ….”


Dari wacana Bhagawan pada Perayaan Guru Purnima,di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam. 5-7-2001

Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro