KRISHNAJANMAASHTAMI 2001

Wacana Bhagawan pada perayaan Krishnajanmaashtami, 11-8-2001

BERKORBAN ADALAH KEGEMARANKU


Tiada penyakit yang lebih parah daripada ketamakan. Tiada musuh yang lebih berbahaya daripada kemarahan. Tiada kesedihan yang lebih menyiksa daripada kemiskinan. Tiada sukacita yang lebih besar daripada kebijaksanaan.

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Penyakit tidak hanya terbatas pada tubuh. Pikiran dan indra juga dapat terserang penyakit. Yang terutama di antaranya adalah ( penyakit ) ketamakan. Sejarah menyaksikan betapa Duryodhana dan adik-adiknya memperoleh hukuman yang setimpal karena keserakahan mereka. Keserakahan adalah salah satu penyakit utama yang menjangkiti umat manusia.

Aku tidak menderita penyakit apa pun karena sedikit pun tidak ada ketamakan pada diri-Ku. Karena itu, penyakit jasmani tidak pernah menimpa-Ku. Itulah sebabnya Aku selalu sehat.

Tiada musuh seperti kemarahan. Aku tidak membenci siapa pun, juga tidak ada yang membenci Aku. Aku mengasihi semuanya dan semuanya mengasihi Aku.

Prinsip kehidupan dalam setiap makhluk itu sama. Seluruh dunia dapat diibaratkan dengan sebuah rumah gadang yang besar dan umat manusia itu seperti anggota keluarga dalam satu rumah tangga.

Kebencian dan kemarahan merupakan salah satu penyebab utama segala perselisihan dan pertikaian. Dalam diri-Ku sedikit pun tiada rasa marah atau benci, karena itu, setiap orang mengasihi Aku.

Tiada kesengsaraan yang setara dengan kemiskinan. Aku tidak miskin dalam pengertian apa pun. Kasih dalam diri-Ku adalah harta-Ku. Pengorbanan merupakan kekayaan-Ku. Bagaimana ketamakan dapat menyentuh-Ku, jika Aku memiliki harta kasih dan pengorbanan yang tidak terhingga banyaknya?

Pentinglah semua orang menghindari ketiga kecenderungan negatif ini ( ketamakan, kemarahan, dan kebencian ). Karena Aku tidak mempunyai kecenderungan negatif tersebut, Aku selalu berada dalam kebahagiaan abadi. Kecemasan sama sekali tidak mengganggu Aku.

Bocah Krishna Menanggapi Doa Garga

Resi Garga sangat dihormati baik oleh Paandava maupun Kaurava. Beliau adalah guru keluarga Nanda dan juga guru untuk marga Yaadava. Garga adalah cendekiawan besar yang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai kitab-kitab suci dan sangat bijaksana. Nanda dan Yashodaa mengundang Garga ke rumah mereka untuk upacara pemberian nama dua bayi ( yaitu putra mereka dan putra Rohinii dengan Vasudeva ).

Ada beberapa masalah esoteris yang tidak banyak diketahui. Penjelmaan Tuhan biasanya shukla ‘putih’, aruna ‘oranye’, atau pita ‘kuning’. Namun di sini ada bayi yang hitam. Karena itu, Garga beranggapan dan mendapati bahwa nama Krishna yang artinya ‘hitam’ merupakan nama yang paling tepat. Setelah menamai si anak, Garga menuturkan beberapa peristiwa menakjubkan yang akan terjadi dalam hidup anak tersebut. Setelah tinggal selama beberapa waktu untuk mengalami dan menikmati beberapa di antara peristiwa itu, ia pun pergi.

Setelah beberapa waktu, Garga berkunjung ke rumah Nanda lagi untuk menengok Krishna. Garga adalah orang yang menjalani hidup sangat sederhana dengan tirakat yang keras dan biasa menyiapkan sendiri makanannya. Ia tidak akan mau memakan makanan sekalipun hanya tersentuh orang lain. Karena itu, Yashodaa menyediakan suatu tempat yang terpisah baginya untuk menyiapkan makanannya. Ia minta sedikit tepung, gula merah, dan susu. Pada waktu itu orang belum mengenal gula ( putih ) sebagai pemanis. Semua kue manis pada masa itu dibuat dengan gula merah. Garga memasukkan bahan makanan itu ke dalam panci dan menyiapkan bubur manis. Sebagaimana kebiasaannya, sebelum makan dipersembahkannya makanan itu kepada Wishnu.


Tiba-tiba bocah Krishna berlari masuk ke ruang itu dan mulai makan bubur manis di panci. Mendengar suara Krishna, Garga yang sedang berdoa membuka mata dan mendapati Krishna kecil sedang makan bubur yang disiapkannya bagi dirinya sendiri. Dipanggilnya Yashodaa kemudian ia berkata, “Ibu, Anda lihatkah apa yang dilakukan putra Anda, Goopal? Saya lapar dan Ia memakan bubur itu sebelum saya makan.”

Yashodaa menangkap Krishna dan menegur Beliau karena perbuatan itu. Kata Yashodaa, “Tidak tahukah Engkau bahwa Garga yang patut dihormati adalah guru marga kita dan Engkau sudah mencemarkan makanan beliau? Bukankah kita wajib menghormati tamu kita dengan sepatutnya?” Krishna menjawab, “Ibu, Saya tidak melakukan apa pun dengan kemauan Saya sendiri. Beliaulah yang memanggil Saya untuk makan bubur itu.” Yashodaa pun bertanya kepada Garga, mengapa beliau memanggil Krishna yang telah ia jauhkan dari tempat itu. Garga mengatakan bahwa ia tidak memanggil Krishna. Krishna menyanggahnya dengan berkata, “Oh Resi, mengapa Anda berdusta? Kepada siapa Anda berdoa mempersembahkan makanan itu sebelum memakannya? Tidakkah Anda berdoa kepada-Ku? Bagaimana Anda bisa persembahkan segala sesuatu lebih dahulu kepada-Ku, tetapi kemudian mulai mengeluh?”

Sejenak Garga merasa bingung, tetapi kemudian ia sadar bahwa Krishna tidak lain adalah Wishnu sendiri. Ia berdoa kepada Wishnu dan Krishna menanggapi doa itu. Setelah menyadari hal ini, dengan senang hati Garga makan puding sisa Krishna.

Berbagai Mukjizat Krishna Semasa Kanak-kanak

Kapan sesungguhnya Krishna dilahirkan? Beliau lahir pada tahun 3228 S.M. pada tanggal yang dapat disamakan dengan 20 Juli, pukul 3 pagi. Karena sekarang tahun 2001 Masehi, maka hari ini adalah ulang tahun Beliau yang ke-5229. Bayi suci ini lahir pada bulan Shravana yang bertuah, pada bahulapaksha ‘masa dua minggu ketika bulan mengecil’, pada hari Ashtami ( hari ke-8 menurut perhitungan bulan ), di bawah pengaruh bintang Roohini. Gabungan ashtami dan Roohini ini telah menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa yang menakjubkan.

Pada waktu itu ada iblis perempuan pembunuh bayi yang disebut balahanthaki. Nama aslinya tidak diketahui orang, tetapi umumnya ia dikenal dengan nama Puutanaa. Ia biasa menjelajah desa demi desa dan membunuh bayi-bayi dengan susu beracun. Dalam penjelajahannya itu, ia tiba di Repalle. Ia mengubah wujudnya menjadi wanita cantik, masuk ke rumah Yashodaa, lalu mulai menyusui Krishna dengan susu beracun. Bayi Krishna mengisap susu, racun, dan seluruh daya hidupnya hingga ia roboh tanpa nyawa.

Yashodaa datang berlari-lari menghampiri Krishna ketika mendengar gedebuk suara rebahnya tubuh Puutanaa. Melihat iblis yang sudah mati itu, Yashodaa bertanya kepada Krishna, mengapa Beliau pergi kepadanya. Krishna menjawab, “Ibu, Saya tidak pergi kepadanya, sesungguhnya dialah yang datang kepada Saya. Menghabisi iblis kejam ini merupakan tugas Saya. Ia datang dengan niat jahat akan membunuh Saya.”

Sementara tumbuh, Krishna bersama anak-anak lelaki penggembala sapi lainnya setiap hari pergi membawa ternak mereka merumput di hutan. Suatu hari ketika mereka sedang asyik bermain, ternak sapi mereka pergi ke hutan lain. Tiba-tiba terjadi kebakaran hutan yang besar. Karena ketakutan melihat kobaran api, para bocah penggembala itu mohon agar Krishna menyelamatkan mereka dan sapi mereka. Krishna melenyapkan rasa takut mereka dengan mengatakan bahwa segala sesuatu akan baik. Beliau memberitahu mereka agar memejamkan mata selama beberapa waktu. Tidak pernah bocah-bocah penggembala itu tidak mematuhi Krishna. Mereka melakukan hal yang Beliau katakan. Setelah beberapa waktu, kobaran api itu padam dan sapi-sapi mulai kembali dengan aman.

Pengalaman ini membuat bocah-bocah penggembala itu takjub sehingga mereka menceritakan mukjizat tersebut kepada penduduk desa lainnya. Mereka berkata, “Krishna bukan orang biasa, Beliau benar-benar penjelmaan Tuhan karena siapa pun juga tidak akan mungkin melakukan keajaiban semacam itu.”

Hari berikutnya mereka pergi ke hutan lagi. Setelah bermain selama beberapa waktu, Krishna berkata bahwa Beliau lapar. Ketika bocah-bocah penggembala akan kembali ke desa mengambil makanan, Krishna memberitahu mereka agar pergi ke suatu tempat di dekat situ. Di tempat itu upacara yajna yang suci sedang dilangsungkan. Beliau menyuruh anak-anak itu minta makanan kepada para brahmana. Para brahmana menolak mentah-mentah permintaan tersebut dengan berkata bahwa mereka hanya akan memberikan sisa makanan setelah persembahan terakhir dilangsungkan, dan setelah mereka memakannya. Ketika melihat para bocah penggembala kembali dengan kecewa, Krishna berkata, “Hanya para ibulah yang mengetahui penderitaan anak-anak. Pergilah kepada para istri brahmana dan mintalah makanan kepada mereka.” Pada jalan spiritual, terutama para wanitalah yang segera mengenali Tuhan.

Bocah-bocah penggembala itu pergi menemui istri para brahmana dan berkata, “Ibu, Krishna kita lapar sekali. Beliau ingin makanan.” Bukan main senangnya para ibu tersebut karena Krishna yang melindungi seluruh alam semesta minta makanan kepada mereka. Segera mereka membungkus makanan tanpa memberitahu suami mereka, lalu pergi menemui Krishna. Mereka menghidangkan berbagai makanan yang lezat untuk Krishna serta para bocah penggembala dan merasa sangat bahagia berada di dekat Beliau. Krishna memberitahu mereka agar segera kembali karena suami-suami mereka akan menunggu. Karthavyam yoogamuchyatee ‘melaksanakan kewajiban adalah yoga’. Lakukan kewajibanmu. Jangan ditunda. Para wanita itu kembali menemui suami mereka dan menceritakan apa yang terjadi. Karena kehendak Krishna, hati suami mereka berubah. Para brahmana itu senang sekali dan bahkan minta prasaadam ‘makanan yang telah dipersembahkan kepada Krishna’.

Ketika para bocah penggembala sapi bersama Krishna berjalan pulang, hari sudah senja. Iblis bernama Agadha yang berwujud ular raksasa sudah menanti di tengan jalan yang akan mereka lalui. Iblis itu diutus oleh Kamsa.

Jika ular raksasa itu membuka mulutnya, bahkan mobil-mobil pun bisa masuk ke dalamnya. Iblis itu menelan semua sapi dan bahkan siap menelan para bocah penggembala. Anak-anak itu berteriak-teriak minta pertolongan Krishna. Mereka berkata, “Jawaban apa yang akan kita berikan kalau orang tua kita menanyakan ternak sapi?” Krishna menenangkan mereka lalu segera masuk ke dalam mulut iblis itu. Beliau membesarkan tubuh sehingga badan iblis itu pecah dan semua lembu selamat. Para bocah penggembala sapi takjub menyaksi-kan peristiwa ini lalu mereka menyebarluaskan kisah kemuliaan Sri Krishna ke mana-mana. Aneka mukjizat semacam itu setiap saat dialami oleh para bocah penggembala.



Tipudaya Kamsa Membalik pada Dirinya Sendiri

Sementara hari demi hari berlalu, Kamsa sadar bahwa ia tidak mungkin dapat membunuh Sri Krishna. Kamsa lalu mengutus menterinya, Akruura, agar membawa Balaraama dan Krishna ( ke Mathura, ibu kota kerajaan ) untuk menghadiri upacara yaaga suci yang diselenggarakannya. Akruura tahu benar niat jahat yang ada di balik undangan ini, namun ia pergi ke Repalle menjemput Balaraama dan Krishna karena ia wajib melaksanakan perintah raja. ( Dalam Bhaagavata dikisahkan bahwa Akruura, paman Sri Krishna, memberi tahu Krishna tentang niat jahat Kamsa dan menasihati Beliau agar menghabisi Kamsa, keterangan penerjemah ).

Ketika melihat Balaraama dan Krishna naik ke kereta Akruura, para wanita penjual susu sapi serta para bocah penggembala berusaha menghalangi jalan agar Akruura tidak dapat membawa pergi Sri Krishna. Mereka memohon, “Oh Krishna, jangan tinggalkan kami. Siapa yang akan menyelamatkan kami? Jangan pergi kepada Kamsa, raja yang jahat itu.” Krishna menghibur para wanita penjual susu dan para bocah penggembala yang sangat sedih dengan perkataan yang lembut dan manis sesuai dengan keadaan saat itu. Mereka tiba di Mathura.

Kubjaa, seorang wanita yang pendek dan bungkuk, bertugas membawa minyak wangi bagi Raja Kamsa. Ketika melihatnya, Krishna bertanya. “Oh wanita cebol, apa yang kaubawa?” Kubjaa menjawab bahwa ia membawakan parfum untuk Kamsa dan minyak wangi itu sangat disukai raja. Krishna mendekati Kubjaa. Dengan tangkas Beliau menginjakkan satu kaki Beliau pada kedua kaki Kubjaa dan mengangkat dagu wanita itu dengan kedua tangan Beliau. Kubjaa yang tubuhnya cebol dan bungkuk menjadi lurus dan cantik.

Aneka mukjizat ini dilukiskan dengan indah oleh Tyaagaraaja ( seorang suci, penyair, penggubah lagu, dan penyanyi tersohor dari India Selatan, 1767 – 1847 ).

“Paduka tidak dapat dilukiskan dan tidak dapat dipahami. Bahkan Brahma pun tidak mampu memperkirakan kebesaran dan kemuliaan Paduka. Selama ini kami selalu menanti karunia Paduka. Oh Yang Mahakuasa, dengarkan ( ratap ) kesengsaraan kami dan selamatkan kami. Padukalah yang menghidupkan kembali putra guru Paduka yang sudah meninggal, Padukalah yang menaklukkan naga Kaaliya, membebaskan Vasudeva serta Devakii, dan menyelamatkan Draupadii dari penghinaan. Paduka memenuhi keinginan Kuchela, Paduka membuat Kubjaa yang buruk rupa menjadi jelita. Paduka melindungi kelima Paandava dan melindungi 16.000 goopiikaa. Paduka tidak dapat dilukiskan dan manusia tidak mampu memahami Paduka.”

( Kidung suci dalam bahasa Telugu ).


Aneka kisah kemuliaan dan mukjizat Sri Krishna mulai tersebar ke seluruh desa dan ini membuat Kamsa semakin benci kepada Krishna. Sebagai bagian dari rencananya untuk menghabisi Balaraama dan Krishna, diutusnya Akruura mengundang kedua bocah itu agar bertarung dengan para pegulat istananya.

Ketika Balaraama dan Krishna lewat di jalan, bahkan para wanita yang berada di dalam rumah pun segera keluar untuk mengelu-elukan mereka. Mereka saling berbisik, “Siapakah anak-anak yang sangat cemerlang ini? Mungkin mereka para putra seorang maharaja.”

Balaraama dan Krishna masuk ke istana Kamsa. Pada waktu itu pertandingan gulat sedang berlangsung. Tidak ada yang menang dalam pertandingan itu karena tidak ada pegulat yang lebih unggul daripada pegulat lainnya. Tiba-tiba Balaraama dan Krishna melompat ke panggung tempat Kamsa duduk menonton pertunjukan dan menariknya turun. Kamsa jatuh ke tanah. Krishna menginjak perut Kamsa, mencabik-cabiknya, dan menghabisinya.

Kamsa mempunyai dua istri, Asti dan Prashasti. Karena tidak bisa lagi tinggal di situ, mereka pulang ke tempat orang tua mereka. Ayah mereka ( Jaraasandha ) adalah iblis yang sangat berkuasa. Begitu mendengar tentang tewasnya Kamsa, ia sangat murka lalu berangkat untuk membunuh Balaraama dan Krishna. Berkali-kali ia pergi untuk bertempur dengan Balaraama dan Krishna, tetapi setiap kali ia kalah dan harus pulang dengan menanggung aib.

Aneka mukjizat Sri Krishna dapat digolongkan dalam dua jenis: pertama untuk melindungi orang-orang yang baik, dan kedua untuk menghabisi mereka yang jahat. Itu darma ( Avatar ) untuk zaman Dvaapara, dan bukan untuk zaman lainnya. ( Kini ) manusia harus diperbaiki dan ditempatkan di jalan yang benar dengan perkataan yang manis dan dengan teladan.


Ganjaran untuk Kasih Tanpa Pamrih

Suatu hari ada seorang wanita lanjut usia yang membawa bungkusan kain berisi buah-buahan untuk dijual. Pada masa itu belum ada transaksi jual beli dengan uang, orang berjualan dengan sistem barter. Buah itu dibeli dengan ditukari beras.

Wanita itu tenggelam dalam kebahagiaan yang mendalam ketika melihat kedua bocah rupawan tersebut. Dipanggilnya Krishna dan Balaraama ke dekatnya, dipilihnya beberapa buah yang baik, dan diberikannya kepada mereka. Krishna berkata bahwa Beliau telah makan buah pemberian wanita itu dan Beliau harus memberikan sesuatu sebagai penukarnya. Karena itu, Krishna yang masih kecil masuk ke rumah lalu keluar lagi sambil menggenggam sedikit beras dalam tangan Beliau yang mungil. Dari jumlah itu pun separuhnya jatuh tercecer di jalan. Wanita tua itu menerima sedikit beras yang tertinggal di tangan Krishna dan memasukkannya ke dalam kainnya. Ia tidak seberapa memperhatikan pemberian bocah surgawi ini. Dalam pekerjaan hariannya menukar buah dengan beras, ia hampir-hampir tidak mengindahkan pemberian kecil dari tangan bocah mungil ini. Namun lihatlah! Ketika ia pulang dan membuka bungkusan kainnya, semua butiran beras di dalamnya telah berubah menjadi berlian yang berkilau-kilauan.
Demikianlah sifat perbuatan Avatar yang menakjubkan. Maknanya mengagumkan dan melampaui jangkauan pengertian manusia. Sebagaimana dinyatakan dalam Upanishad,

“Yato vaacho nivartante apraapya manasaa saha.”

Artinya, ‘( Sifat Avatar ) tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata atau dipahami dengan pikiran’.


Sifat ketuhanan Sri Krishna dialami dan dinikmati oleh para bocah penggembala sapi.

Kehidupan pada masa itu sangat suci. Orang-orang sibuk melakukan kegiatan tanpa pamrih dan bukannya melakukan perbuatan yang mementingkan diri. Semua selalu sibuk menolong makhluk lain dan tidak pernah menyakiti atau merugikan. Dengan demikian mereka dapat langsung mengenali keavataran Sri Krishna. Karena itu, kita harus selalu berusaha melakukan kegiatan tanpa pamrih dan jangan pernah mementingkan diri sendiri. Sebagaimana sering Kukatakan, “Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti atau merugikan.” Karena para bocah penggembala itu selalu berbuat demikian, banyak orang memperhatikan sifat bocah Krishna yang menakjubkan.

Situasi sekarang tidak demikian halnya. Kadang-kadang beredarlah berbagai berita aneh. Seseorang berkata bahwa Sai Baba marah kepada X atau Y. Sai Baba tidak sakit hati kepada siapa pun. Demikian pula tidak ada orang yang memusuhi Swami. Setiap orang mencintai dan tidak ada yang membenci Swami. Misi Swami sudah diketahui masyarakat


Fasilitas Pendidikan, Perawatan Kesehatan, dan Air Minum Secara Cuma-cuma

Kalian tahu apa konsekuensi pendidikan anak dewasa ini. Untuk memasukkan anak ke Sekolah Dasar seseorang perlu mengeluarkan biaya lebih dari empat juta rupiah. Sebaliknya di Yayasan Sai pendidikan dari S.D. sampai pasca sarjana diberikan secara cuma-cuma tanpa perbedaan apa pun. Bahkan gelar S3 dapat diambil tanpa biaya. Perguruan kita tidak memungut uang satu rupiah pun dari semua pelajar dan mahasiswa di sini. Ribuan pelajar dan mahasiwa menikmati manfaat ini. Seluruh dunia mengetahui hal ini.

Demikian pula dalam lapangan kesehatan. Kalian tahu berapa biaya operasi jantung. Setiap operasi biayanya bisa 40 atau 60 juta rupiah. Apakah pengobatan semacam itu terjangkau oleh kaum miskin? Darimana mereka dapat memperoleh uang sebanyak itu? Ini bukan hal yang menyenangkan. Dengan maksud agar semua dapat memperoleh perawatan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka Swami mendirikan Rumah Sakit Superspesialisasi di Puttaparti.

Aneka yayasan ini tidak menerima bantuan apa pun dari pemerintah. Bahkan gaji bagi staf pengajar pun seluruhnya Swami yang menanggung. Kalian tahu bagaimana meningkatnya gaji staf pengajar dewasa ini. Yayasan-yayasan Swami memberikan gaji sesuai dengan peraturan pemerintah. Tanpa memandang keadaan atau status kita, kita tidak boleh melanggar peraturan dan ketetapan.

Demikian pula halnya dengan Rumah Sakit Superspesialisasi di Puttaparti. Sejak diresmikan pembukaannya sepuluh tahun yang lalu sudah 12.000 operasi jantung dilangsungkan di Rumah Sakit ini. Pikirkan sendiri, siapa yang menyebabkan demikian banyak kehidupan dapat diselamatkan?


Awal tahun ini Bhagawan meresmikan pembukaan satu Rumah Sakit Super Spesialisasi lagi di Bangalore. Dalam waktu 6 bulan di situ sudah dilangsungkan 1500 operasi secara sukses. Siapa yang menolong orang-orang yang menderita di sana? Para dokter spesialis diberi gaji yang tinggi. Beberapa di antara mereka menerima lebih dari dua puluh juta rupiah per bulan. Ketika ada yang menentang hal itu, Kukatakan bahwa peraturan dan ketetapan ( pemerintah ) harus diikuti tanpa kompromi. Jika Aku yang mengurus pembayarannya, mengapa orang lain merasa cemas?

Ambillah contoh proyek air di Anantapur. Bahkan sekarang pun ada beberapa wilayah yang kekurangan air. Aku sudah mengeluarkan lebih dari 600 milyar rupiah dan menyediakan air sebanyak mungkin.

Ambillah contoh Mahbubnagar. Ini juga salah satu wilayah yang kekurangan air di Telanggana. Kutanyakan kepada Kondal Rao, insinyur utama, berapa biaya yang diperlukan untuk penyediaan air di kawasan itu. Ia perkirakan lebih dari 120 milyar rupiah. Kukatakan kepadanya agar tidak menghiraukan ( biaya ) milyaran rupiah itu, melainkan terus melaksanakan proyek tersebut.

Tidak ada gunanya membangun suatu proyek dari sumber air yang bisa habis seperti misalnya sumur bor dan sumur pompa. Karena itu Kuatur agar air dapat dialirkan dari Sungai Krishnaa dengan biaya lebih dari 220 milyar.

Sekarang kami telah pergi ke Distrik Medak dan proyek penyediaan air di sana sedang berlangsung. Banyak proyek semacam itu sedang direncanakan dan akan ditangani dengan cara yang sama.

Kedua tangan ini selalu sibuk menolong, tidak pernah menyakiti atau merugikan. Namun, ada beberapa orang berpikiran sempit yang iri dan menyebarluaskan propaganda khayalan ( fitnah ) yang tidak benar. Aku tidak menghiraukan publikasi fitnah semacam ini. Aku hanya memperhatikan pekerjaan-Ku, bukan komentar orang lain.

Aku tahu bahwa semua mengasihi Aku sebagaimana Aku mengasihi mereka. Dalam satu keluarga umat manusia, di manakah peluang untuk iri hati atau kebencian? Semua ini hanya imajinasi. Apa pun imanjinasi orang lain, kebenaran-Ku tetap teguh.

Satyam bruuyaat, priyam bruuyaat, Na bruuyaat satyamapriyam.


Artinya

‘Ucapkan kebenaran, berbicaralah dengan ramah,
dan jangan mengatakan kebenaran yang tidak menyenagkan"


Di alam semesta ini tiada yang lebih luhur daripada kebenaran. Kebenaran adalah Tuhan; kasih adalah Tuhan, hiduplah dalam kasih. Kasih adalah harta-Ku. Berkorban adalah kegemaran-Ku. Adakah hal ( lain ) yang lebih menyenangkan bagi-Ku? Selama ini Aku telah melewatkan waktu dalam sukacita yang sama dan segala kegiatan-Ku selalu sukses. Aku melakukan semuanya demi kebaikan dan perbuatan baik seharusnya tidak dikecam. Perbuatan baik selalu sukses.

Mungkin tidak semua orang mengetahui keadaan yang sebenarnya. Rumah Sakit Superspesialisasi Bangalore memerlukan biaya kira-kira 6 milyar rupiah perbulan. Obat-obat khusus, katup jantung buatan, dan sebagainya, harus diimpor dari Amerika. Demikian pula Rumah Sakit Prashaanti Nilayam biayanya kira-kira 4 milyar rupiah per bulan.

Aku tidak menginginkan bantuan atau tunjangan dari pemerintah, dan pemerintah pun tidak memberikan bantuan apa-apa.

Selain itu, ada yayasan-yayasan pendidikan di Prashanti Nilayam, Anantapur, Bangalore, Muddenahalli, dan Rajahmundri. Semua ini biayanya kira-kira dua milyar rupiah per bulan. Dengan demikian diperlukan biaya kira-kira 12 milyar rupiah per bulan. Dari mana datangnya dana sebesar itu? Meskipun demikian, Aku memberikannya.

Ini membutuhkan modal kira-kira sebesar 600 crore rupi ( lebih dari 1200 milyar rupiah ) dalam deposito sehingga bunganya akan cukup untuk membiayai rumah-rumah sakit dan yayasan-yayasan pendidikan tersebut. Jika ini terlaksana, perawatan kesehatan dan pendidikan cuma-cuma ini dapat terus berlangsung.

Kalian semua berjumlah ribuan orang, tetapi Aku tidak pernah minta bantuan kepada siapa pun. Tangan-Ku selalu di atas ( memberi ) dan tidak pernah di bawah ( menerima ). Tangan-Ku hanya terulur untuk ( menerima ) kasih, namun tidak seorang pun menyadari hal ini sepenuhnya.

Yang Kuperlukan adalah 1200 milyar rupiah dan baru hari ini Aku menerima kabar bahwa uang sejumlah 1200 milyar rupiah sedang dikirim dari Amerika.

Jika jumlah ini dibagi: 600 milyar untuk Rumah Sakit Bangalore, 400 milyar untuk Rumah Sakit Puttaparti, dan 200 milyar untuk yayasan-yayasan pendidikan, lalu diinvestasikan, maka bunga yang dihasilkannya dapat digunakan untuk biaya yang diperlukan.

Aku tidak mempunyai keinginan pribadi. Seluruh diri-Ku bersifat tanpa pamrih. Dalam diri-Ku sama sekali tidak ada sifat mementingkan diri. Aku juga tidak pernah minta apa-apa kepada siapa pun.

Adakah orang yang mau memberikan begitu saja uang 200 milyar rupiah sebagai hadiah ketika diminta? Tidak ada. Tetapi ada seseorang yang tampil untuk memberikan 1200 milyar. Aku tidak mempunyai kontak langsung dengan orang itu. Kabar yang Kuterima adalah sebagai berikut. “Swami, Anda akan menerima jumlah itu Senin siang. Begitu diterima, tolong didepositokan 600 milyar rupiah untuk Rumah Sakit Bangalore, dan 400 milyar rupiah untuk Rumah Sakit Puttaparti.”

Mungkin sulit menemukan orang-orang yang bersifat tanpa pamrih sepenuhnya. Namun, jika engkau melakukan pekerjaan tanpa pamrih, dana akan mengalir dengan sendirinya.

Bhaarat adalah negeri pengorbanan ( tyaaga bhuumi ) dan negeri spiritualitas ( yooga bhuumi ), bukan negeri tempat mengumbar kesenangan ( bhooga bhuumi ).


Na karmanaa na prajayaa Dhanena tyaagenaikena Amrtatvamanashuh.


Artinya,

‘Keabadian tidak dicapai dengan kegiatan, keturunan,
atau harta, melainkan hanya dapat dicapai dengan pengorbanan’.


Semangat pengorbanan inilah yang memungkinkan hal itu ( berbagai pelayanan tanpa pamrih ) dapat berlangsung. Aku sudah merencanakan berbagai proyek lainnya.


Junjunglah Kehormatan Wanita

Hal pertama yang kaulakukan pada pagi hari adalah membaca koran yang penuh gambar-gambar tidak senonoh dan aneka berita yang sama sekali bertentangan dengan kebudayaan kita.
Alangkah sucinya perilaku para wanita Bhaarat. Sejak zaman dahulu wanita sangat dihormati dalam tradisi kita. Segala energi memancar dari prinsip feminin. Prinsip feminin yang suci ini secara kurang ajar disimpangkan oleh film dan majalah dalam bentuk-bentuk yang tidak bermoral dan menyakitkan mata. Penonjolan hal-hal yang tidak sopan dan rendah semacam itu menghancurkan kebudayaan para putra Bhaarat.

Kita harus melindungi kebudayaan kita dan mengembalikan status tingkah laku feminin yang layak dan sopan. Kita harus mencari suatu cara yang tepat untuk mencapai hal ini. Bhagawan ingin menyumbang beberapa puluh juta rupiah kepada mereka yang bisa tampil dengan berbagai kegiatan yang sesuai untuk memulihkan dan menegakkan nilai-nilai feminin serta tradisi yang benar dalam media ( komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya ).

Dengan uang kalian dapat mencapai tujuan-tujuan yang bermanfaat seperti ini. Di dunia ini banyak hal yang dicapai dengan uang dan tidak ada buruknya menggunakan uang dalam pekerjaan menegakkan kebajikan.

Segala bentuk kecabulan harus dilenyapkan dari koran-koran dan media komunikasi lainnya. Mempertontonkan gambar ( yang tidak senonoh ) semacam itu kepada kaum muda akan menimbulkan pengaruh yang sangat buruk dan merugikan, bahkan dapat menghancurkan hidup mereka. Untuk melawan kecenderungan ini dan memperkokoh kebudayaan para putra Bhaarat, Aku bersedia memberikan segala bantuan.

Kebenaran harus dinyatakan, kebajikan disanjung, ketidakadilan dan kejahatan harus ditentang, kecabulan dilenyapkan, dan kehormatan kaum wanita harus dijunjung tinggi. Kehormatan kebudayaan para putra Bhaarat dilandaskan pada penghargaan tinggi yang diberikannya kepada wanita. Kesejahteraan kaum wanita merupakan kesejahteraan Bhaarat ‘India’ yang sesungguhnya. Kini orang-orang mengubah dewi kesejahteraan menjadi sasaran kejahatan.

Krishna Kant kita ( Wakil Presiden India ) hadir di sini. Ibu beliau adalah wanita yang saleh. Ia selalu mengarahkan pikirannya kepada Tuhan. Sesungguhnya, pengaruh ibunyalah yang membuat Krishna Kant kini menduduki jabatan tinggi.

Banyak orang-orang yang hebat di negeri ini menjadi besar karena pengaruh ibu mereka. Aku senang sekali melihat orang-orang semacam itu. Bahkan kini pun ia menasihati putranya di jalan yang benar seakan-akan putranya itu masih kecil. Krishna Kant juga seorang putra teladan. Ia sangat menghormati ibunya dan mematuhi keinginan-keinginannya dengan sangat rendah hati. Kini kita membutuhkan lebih banyak ibu dan anak-anak semacam itu. Jika kaum ibu baik, anak-anaknya juga akan baik.
Krishna Kant

Untuk menjamin agar ibu dan anak mendapat perawatan kesehatan yang baik, Aku merencanakan akan membangun pusat kesehatan bagi ibu dan anak di Bangalore.

Kini hubungan antara orang tua dan anak-anaknya jauh dari ideal. Orang tua bersikap kasar sedangkan anak-anak suka membangkang. Ini merupakan situasi yang sangat tidak menyenangkan.


Matru Deevoo bhava, Pitru Deevoo bhava Aachaarya Deevoo bhava, Atithi Deevoo bhava.

Artinya,
‘Hormati ibu, ayah, guru, dan tamumu
sebagai ( perwujudan ) Tuhan’.


Orang tua mencurahkan seluruh hidup mereka untuk kesejahteraan anak-anaknya. Anak-anak harus menyadari hal ini dan sebagai gantinya kelakuan serta sikap mereka kepada orang tua harus baik dan pantas.

Krishna Kant menyayangi ibunya, selalu mematuhinya, dan menempuh hidupnya dengan sangat bahagia dalam kasih sang ibu. Teladan semacam itu harus ditiru secara luas di negeri kita atau bahkan disaingi ( dengan kasih sayang yang lebih besar kepada ibu ).


Bantulah Anak Piatu yang Miskin

Sayangnya kini di negeri ini banyak anak yatim piatu yang hidup sangat sengsara. Aku memutuskan akan mencari anak-anak semacam itu dan memberi mereka berbagai fasilitas sepatutnya dalam bentuk perumahan, pendidikan, serta sarana lain sehingga mereka dapat menjadi warga masyarakat yang ideal.

Hal ini sudah Kubicarakan dengan Bupati. Ia mau menolong dan telah menyediakan tanah untuk tujuan ini. Pembangunannya harus segera dimulai.

Segala kegiatan-Ku tidak ada yang tersembunyi. Semua yang Kulakukan dapat dilihat dengan jelas. Bawalah kepada-Ku anak-anak yatim piatu atau yatim, maka akan Kuatur agar disediakan dana satu lakh rupi ( kira-kira 20 juta rupiah ) untuk setiap anak. Uang itu akan didepositokan dan bunganya digunakan untuk mengasuh dan mendidik mereka hingga mereka mampu berdikari.

Ada ideal yang luhur di balik segala hal yang Kulakukan. Aku telah memberitahu pimpinan “Nagarjuna Construction”—yang tadi membacakan puisinya—agar pembangunan gedung itu segera dilaksanakan dan diselesaikan secepat mungkin. Ia menyetujuinya dengan gembira.

Dalam proyek ini akan dibangun satu rumah untuk setiap keluarga yang tidak berayah. Kebutuhan hidup serta sekolah diberikan hingga anak-anak itu menjadi orang yang terpelajar serta mampu membuat pertimbangan yang baik.

Kini banyak anak yang terpelajar, namun sebagian besar kurang mempunyai kemampuan pertimbangan. Pendidikan harus membuat anak didik mampu membuat pertimbangan dan membeda-bedakan ( antara yang baik dan buruk, yang kekal dan sementara, dan sebagainya ).

Aku bertekad akan menyebarluaskan kemampuan pertimbangan ( wiweka ) semacam itu.

Apa pun yang dikatakan orang lain, itu bukan urusan-Ku, karena niat-Ku baik. Aku tidak sakit hati atau menaruh dendam kepada siapa pun dan Aku mengasihi semuanya secara sama. Kasihilah semua orang secara sama, maka semua orang pun akan mengasihi engkau. Kasih akan berbalas kasih dan dari hati ke hati. Jangan hiraukan segala komentar yang sifatnya bermusuhan. Berpegang teguhlah pada keputusanmu.


Setelah memutuskan apa yang harus diputuskan, Terus ( kerjakan ) sampai engkau berhasil. Setelah menginginkan apa yang harus diinginkan, Teruskan hingga terpenuhi. Setelah memohon apa yang harus dimohon, Jangan berhenti hingga dikabulkan. Setelah memikirkan apa yang harus dipikirkan, Teruskan sampai pikiran itu terwujud. Dengan hati melunak, Tuhan harus menyerah dan mengabulkan keinginanmu, Atau, dengan melupakan dirimu sendiri, Engkau harus memohon kepada-Nya dengan sepenuh hati. Tekunlah dalam usahamu, ulet, dan pantang menyerah. Karena sifat seorang bakta itu pantang mundur, Ia tidak pernah meninggalkan apa yang sudah ditekati.

( Puisi bahasa Telugu ).


Usahakan terus apa yang sudah menjadi tekatmu tanpa memikirkan dirimu sendiri, dan buatlah Aku menyerah karena ketekunan dan kegigihanmu. Demikianlah seharusnya hubungan antara engkau dan Aku.

Giatlah melakukan perbuatan yang baik, bertindaklah dengan adil dan sepantasnya, hormati kaum wanita. Kesejahteraan wanita menunjukkan kesejahteraan negara.

Sejarah Bhaarat sarat dengan kisah para wanita mulia seperti misalnya Saavitrii yang membawa kembali suaminya dari cengkeraman maut, dan Sumathii yang dapat mencegah terbitnya matahari.

Banyak orang kurang menghormati kaum wanita dan memperlakukan mereka sebagai kaum yang tidak berguna. Ini sikap yang sangat keliru. Kesejahteraan negara berkaitan erat dengan kesejahteraan wanita. Karena itu, kita harus menjunjung tinggi kehormatan kaum wanita. Inilah pendidikan tertinggi. Camkan pelajaran ini.

Pergi ke luar negeri, mendapatkan beberapa gelar di manca negara, lalu memperoleh banyak uang, semua ini bukan tanda kehebatan. Engkau harus teguh mempertahankan kebudayaan para putra Bhaarat dan menjunjung tinggi kehormatan negerimu. Sibukkan dirimu dalam aneka pekerjaan yang baik. Bahkan kasihi mereka yang mencaci-maki engkau. Aku adalah teladan untuk ini. Hidup-Ku adalah amanat-Ku. Engkau juga harus demikian.

Orang-orang yang baik mengalami berbagai kesulitan. Pohon yang banyak buahnya dilempari batu. Demikian pula orang-orang yang baik menerima kecaman yang pedas. Janganlah hal ini membuat kita ragu. Intan yang kasar menjadi bernilai setelah dipotong dan digosok. Demikian pula caci maki berubah menjadi hiasan. Karena itu, kita harus mengabaikan caci maki dan berpegang teguh pada ideal kita yang luhur.

Para bocah penggembala yang berada di sekeliling Krishna dan Balaraama menjadi orang-orang yang ideal. Demikian pula, Aku ingin agar semua siswa dan mahasiswa di sini menjadi orang-orang yang ideal. Layani orang tuamu, hormati mereka, dan taati mereka secara mutlak. Sesungguhnya, itulah intisari kebudayaan para putra Bhaarat.

Lokaah samastaah sukhino bhavantu.

Artinya, ‘Semoga segala loka berbahagia’.

Itulah tujuan kita. Jangan mencari kebahagiaanmu sendiri. Dambakan kesejahteraan seluruh alam semesta. Buanglah sifat mementingkan diri sendiri, usahakan kesejahteraan makhluk lain, dan capailah tujuan tertinggi ( paramaartha ). Itulah pendidikan yang sejati.


Perwujudan kasih!

Pendidikanmu tidak hanya dimaksudkan untuk mencari harta, tetapi untuk mendapatkan sifat-sifat yang baik. Engkau menginginkan kekayaan, kesehatan, dan persahabatan, tetapi tanpa keluhuran budi, semua itu tidak bermakna. Karena itu, engkau harus membina keluhuran budi pekerti. Engkau harus menyebarluaskan kemuliaan Bhaarat ke seluruh dunia. Dengan demikian seluruh dunia akan menyatu dengan Bhaarat.

Pada hari Krishnaashtami yang suci ini Kuyakinkan kalian bahwa tidak lama lagi seluruh dunia, entah itu Pakistan, Cina, Jerman, Russia, atau negara lain di dunia ini, besar atau kecil, akan menjadi teman kita. Ini harus menjadi tekat kita. Sifat baik kita merupakan faktor yang membantu terlaksananya hal ini. Itulah sebab utama yang menimbulkan harapan persatuan tersebut. Persatuan mengandung kemurnian, dan kemurnian membawa kita menuju Tuhan. Engkau harus berjuang agar dapat mencapai ketiga hal ini: kesatuan, kemurnian, dan ketuhanan.

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Hari bhajana bina sukha shaanti nahi,” ‘Tanpa mengidungkan nama Tuhan, tiada sukacita dan kedamaian’, “Prema mudita manase kaho” ‘Dengan hati penuh kasih’, “Subrahmaniam, Subrahmaniam”, dan “Vahe Guru Vahe Guru” ‘Serukan nama Guru’.


Wacana Bhagawan pada perayaan Krishnajanmaashtami, 11-8-2001, di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam.

Alih Bahasa : Dra. Retno Buntoro