KRISHNA JANMAASHTAMI 2002

Wacana Bhagawan pada hari Krishnajanmaashtami , 31-8-2002.

PERMAINAN SUCI TUHAN MENCERMINKAN KEMULIAAN PARA AVATAR



Nama Krishna lebih manis daripada gula, lebih lezat daripada yoghurt, Bahkan lebih manis daripada madu. Mengulang-ulang nama suci ini dengan tiada putusnya membuat manusia mengecap madu surgawi. Karena itu, renungkan nama Sri Krishna dengan tiada putusnya.

( Puisi bahasa Telugu ).


Perwujudan kasih!

Sejak zaman dahulu prinsip Sri Krishna yang semanis madu telah memikat baik kaum muda maupun mereka yang lanjut usia. Sejak kelahiran Beliau, dengan senda gurau, musik yang memikat, dan kebahagiaan jiwa yang tak terungkapkan, Krishna membuat orang-orang lupa diri dalam kebahagiaan yang tak terhingga.

Krishna dan Balaraama bersama dengan bocah-bocah penggembala sapi lainnya biasa membawa ternak lembu mereka untuk merumput di tepian Sungai Yamunaa. Di situ mereka asyik bermain dan bersenda gurau. Suatu hari para bocah penggembala itu tenggelam dalam kebahagiaan yang tak terhingga ketika mereka mengamati permainan suci Sri Krishna. Akibatnya mereka lupa pada keadaan sekitar dan ternak sapi mereka. Ketika sedang beristirahat setelah menjaga ternak yang merumput, tiba-tiba mereka merasa angin yang panas berembus dari segala jurusan. Mereka sadar bahwa mereka terkepung oleh kebakaran hutan. Kobaran api demikian dahsyat sehingga mereka bahkan tidak mampu membuka mata untuk melihat. Ternak sapi mulai berlari tunggang langgang karena tidak mampu menahan panas yang luar biasa. Tidak seorang pun dapat mengendalikan kawanan lembu itu. Setiap detik rasa panas semakin menyengat. Kemudian para bocah penggembala itu mohon kepada Sri Krishna agar mereka diselamatkan. “Oh Krishna, hanya Padukalah yang dapat memadamkan api ini dan menyelamatkan kami.” Melihat keadaan mereka yang menyedihkan, Krishna tertawa dan berkata, “Oh para bocah penggembala! Selama ini kalian bergaul dengan Aku, bermain dengan Aku, dan menikmati kebahagiaan. Agak aneh bila kalian merasa takut walaupun telah mengalami ketuhanan-Ku. Pada masa lalu kalian sudah sering menyaksikan Aku membantai para iblis yang diutus Kamsa. Jadi, mengapa kalian takut bila Aku beserta kalian?

“Bila engkau mempunyai Kalpavriksha ‘pohon yang memenuhi segala keinginan’ tepat di hadapanmu, mengapa engkau menginginkan hal-hal yang remeh? Bila engkau mempunyai Kaamadhenu ‘sapi yang memenuhi segala keinginan’ bersamamu, apa perlunya membeli seekor lembu? Bila engkau memiliki Gunung Meru yang berkilau-kilauan, Mengapa engkau menginginkan emas dan perak yang tidak berharga? Demikian pula bila engkau memiliki Sri Krishna Yang Mahakuasa dalam dirimu, bersamamu, dan di sekelilingmu, Mengapa engkau merasa panik pada hal yang remeh seperti ini?”

( Puisi bahasa Telugu ).


Krishna memberitahu mereka agar memejamkan mata dan merenungkan Beliau sejenak. Para bocah penggembala sapi itu menaati perintah Beliau secara mutlak. Mereka memejamkan mata dan mulai mengucapkan nama Beliau. Saat berikutnya Krishna memerintahkan agar mereka membuka mata. Lihatlah! Kebakaran hutan itu sudah lenyap dan semua sapi mereka asyik merumput seakan-akan tidak ada apa pun yang telah terjadi. Bukan main senangnya anak-anak itu. Mereka ingin segera pulang ke rumah masing-masing dan menceritakan mukjizat menakjubkan yang dilakukan Krishna. Para bocah penggembala banyak mengalami mukjizat semacam itu yang memperlihatkan keavataran Sri Krishna.


Misteri Tuhan

Tidak hanya di India, tetapi juga di negara komunis seperti Russia, banyak dialami kekuasaan Tuhan yang misterius. Pada tanggal 10 September 1899 lahirlah Wolfe Messing di Polandia. Sejak lahir ia memancarkan cahaya kesucian. Ia bertingkah laku secara misterius sejak masih kecil sekali. Kadang-kadang ia menggerak-gerakkan kedua tangannya dan tertawa sendiri. Orang tuanya bingung karena tidak dapat memahami tingkah lakunya yang aneh. Setahun berlalu seperti ini. Pada tahun kedua ia mulai berbicara sendiri. Kadang-kadang ia menggaruk-garuk kepalanya seakan-akan sedang memikirkan sesuatu secara mendalam. Ia berlari-lari kian kemari, tertawa sendiri, dan berbicara dengan makhluk-makhluk yang tidak kasat mata. Semua ini membuat orang tuanya heran dan bingung. Mereka heran memikirkan mengapa ia tertawa sendiri dan kepada siapa ia berbicara. Mereka merasa cemas dan takut.

Pada suatu hari datanglah seseorang yang berperawakan tinggi dan mengenakan jubah putih lalu berdiri di depan rumah mereka. Orang itu memanggil Messing ke dekatnya lalu berkata, “Orang tuamu merencanakan akan memasukkan engkau ke rumah sakit jiwa atau ke sekolah untuk anak-anak yang cacat mental. Engkau tidak perlu pergi ke mana-mana. Bagaimana mereka yang menderita kegilaan duniawi dapat memahami kegilaanmu yang bersifat spiritual? Seandainya saja setiap orang terkena kegilaan spiritual seperti itu, seluruh negeri akan makmur. Janganlah engkau masuk ke sekolah yang hanya memberikan pendidikan duniawi. Pengetahuan formal atau keduniawian tidak akan menarik bagimu. Pelajarilah pengetahuan spiritual. Aku datang ke sini hanya untuk memberitahukan hal ini kepadamu.” Messing bertanya kepadanya, “Kakek, dari mana Kakek datang?” Ia menjawab, “Akan kukatakan kepadamu kelak. Aku akan kembali ke tempat asalku. Jangan pernah melupakan perkataanku. Jangan berurusan dengan pengetahuan duniawi. Carilah pengetahuan spiritual saja. Sekarang engkau masih kanak-kanak. Sebelum engkau mencapai tingkat kedewasaan tertentu, jangan berteman dengan siapa pun. Sekarang aku akan kembali.” Setelah mengucapkan perkataan itu, ia menghilang di hadapan Messing. Messing merasa heran memikirkan, “Dari mana ia datang? Ke mana ia pergi? Apakah aku juga akan kembali ke tempat asalku?” Demikian ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Wolfe Messing

Orang tuanya tidak mengizinkan ia pergi ke mana-mana. Ia hanya dikurung di rumah. Pada tanggal 9 Februari 1909 timbul lagi keinginannya untuk pergi mencari pengetahuan spiritual karena ia tidak merasa puas dengan pengetahuan duniawi yang diajarkan kepadanya. Messing teringat pada perkataan orang tua yang tempo hari muncul di ambang pintu rumahnya. Ia masuk ke rumah dan menemukan uang delapan keping di dalam lemari. Dimasukkannya uang itu ke dalam sakunya, kemudian ia memulai perjalanan spiritualnya di dunia luar.

Ia mengembara terus menerus tanpa mengetahui ke mana ia pergi. Ia melanglang buana. Tidak seorang pun menanyakan tiket kepadanya atau uang untuk membelinya. Demikianlah ia berkelana selama 10 tahun. Kemudian ia tiba di India. Ia naik kereta api yang berangkat dari Cuddapah menuju Anantapur. Di tengah jalan kereta api itu berhenti sebentar di Kamalapuram, kota tempat sekolah-Ku pada waktu itu.

Di kelas Ramesh dan Suresh adalah dua anak laki-laki yang masing-masing duduk di samping-Ku. Ayah Ramesh adalah pejabat pajak ( sirasthadar ) dan keluarga mereka kaya sekali. Setiap hari kami biasa pergi berjalan-jalan ke setasiun sambil mendiskusikan beberapa masalah spiritual. Pada masa itu hanya ada satu atau dua kereta api yang lewat Kamalapuram. Kami bertiga duduk di bangku batu di beranda setasiun. Ketika kami sedang bercakap-cakap dengan riang, Wolfe Messing melihat kami melalui jendela kereta api yang sedang melaju. Ia langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Dalam proses itu ia kehilangan keseimbangan lalu jatuh di beranda setasiun. Ramesh dan Suresh khawatir kalau-kalau kakinya patah. Kuberitahu mereka agar jangan khawatir dengan berkata, “Ia datang hanya untuk melihat Aku. Karena itu, ia tidak apa-apa.” Messing tidak membawa bagasi, bahkan tas kecil pun tidak. Ia datang langsung kepada-Ku dan duduk di depan-Ku dalam jarak kira-kira 3,3 meter sambil mengucurkan air mata sukacita. Ramesh dan Suresh mengawasi adegan tersebut.

Pada masa itu anak-anak lelaki takut pada orang kulit putih kalau-kalau mereka diculik dan dimasukkan dalam wajib latih militer. Karena itu, Ramesh dan Suresh ingin menjauhkan Aku dari tempat itu. Ketika Messing datang mendekati Aku, Ramesh berlari pulang dan minta pada ayahnya agar segera datang membawa jip lalu membawa Aku pergi menjauhi orang kulit putih. Ayah Ramesh segera datang mengendarai jipnya. Diangkatnya Aku, dinaikkannya ke dalam jip itu, kemudian dibawanya Aku ke rumahnya. Messing pun mengikuti jip itu dan tiba di rumah Ramesh. Ia duduk di situ sepanjang hari menunggu Aku keluar dari rumah. Sementara itu, bila dilihatnya Aku melalui jendela, ia tersenyum kepada-Ku, memanggili Aku, dan berusaha mengatakan sesuatu kepada-Ku. Akan tetapi, tidak seorang pun mengizinkan ia menemui Aku.

Pada waktu itu Seshama Raju ( abang Swami ) bekerja sebagai guru. Seorang pesuruh diutus untuk memberitahu dia mengenai kejadian ini. Messing menunggu selama tiga hari kemudian meninggalkan tempat itu dan pergi ke tempat lain dengan kereta api. Sebelum berangkat, pintu rumah itu ditulisinya dengan sepotong kapur sebagai berikut. “Orang-orang yang tinggal di rumah ini sangat mujur. Mereka dapat tinggal bersama anak yang bersifat Tuhan ini dan melayani Beliau. Saya tidak semujur itu. Meskipun demikian, terimakasih.”

Akhirnya ia tiba di negerinya, Russia. Setelah 20 tahun ia berkunjung ke India lagi. Kali ini dibawanya sebuah kamera Kirlian yang dapat memotret aura di sekeliling manusia. Mereka yang bersifat sattvika mempunyai aura putih cemerlang di sekeliling tubuhnya. Mereka yang bersifat rajasika mempunyai aura berwarna merah, dan mereka yang bersifat tamasika mempunyai aura berwarna hitam di sekeliling tubuhnya.
Messing langsung menuju Kamalapuram dan mulai bertanya-tanya di mana gerangan Raju berada. Akan tetapi, pada waktu itu Aku bukan lagi Raju siswa sekolah menengah. Raju sudah menjadi Sathya Sai Baba. Orang-orang memberitahu Messing bahwa Sathya Sai Baba tinggal di Puttaparti atau Bangalore. Karena itu, ia meninggalkan Kamalapuram menuju Bangalore.

Ketika tiba di Bangalore didapatinya banyak sekali orang berkumpul. Ketika ditanyakan, ia diberitahu bahwa mereka sedang menunggu darshan Bhagawan Sri Sathya Sai Baba. Ia pun menunggu darshan-Ku. Ketika Aku berjalan di antara para bakta, ia melihat Aku dan berpikir, “Ya, inilah orang yang sama yang kulihat semasa masih kanak-kanak bertahun-tahun yang lalu. Ia memiliki aura ketuhanan yang sama.”

Messing menemui pimpinan perguruan tinggi ( Whitefield ) yang pada waktu itu dijabat oleh Narendra. Narendra adalah sarjana yang hebat dalam bahasa Sanskerta dan dosen yang sangat baik. Ayahnya, Damodar, seorang hakim, sedangkan ayah mertuanya, Sunder Rao, dokter yang terkenal. Pada waktu itu ayah dan ayah mertua Narendra ada di sana. Messing mohon agar mereka membawanya untuk darshan Swami. Ia berkata kepada mereka, “Kalian tidak dapat melihat kenyataan yang sebenarnya. Sesungguhnya Swami adalah Avatar. Kalian hanya melihat wujud fisik Beliau dan terkelabui. Kalian akan mengetahui kebenaran ini bila kalian mengamati aura Beliau”

Ia ingin mengamati aura Swami dengan kamera yang telah dibawanya. Pada masa itu Aku biasa memberi darshan kepada para bakta seusai nagarsangkirtan. Ketika Aku berdiri memberikan darshan di atas balkon, ia mengambil foto dengan kameranya. Ia dapat melihat bahwa seluruh kawasan itu diliputi cahaya. Ketika ia memperlihatkan foto itu, tampak sinar yang cemerlang di sekeliling wajah-Ku. Seluruh tubuh-Ku diliputi sinar putih yang melambangkan kemurnian. Lainnya tidak ada yang tampak. Narendra mengambil foto itu dan minta agar Messing juga memberikan kameranya karena kamera semacam itu tidak ada di India. Messing berkata bahwa ia bersedia memberikan foto itu, tetapi kameranya tidak karena banyak pekerjaan yang harus dilakukannya dengan kamera itu.

Ia menyatakan keinginannya untuk beraudiensi dengan Swami. Sore itu diaturlah suatu pertemuan dan dalam kesempatan itu Messing diminta memberikan ceramah kepada para mahasiswa. Aku juga menghadiri pertemuan itu. Messing tidak memandang para mahasiswa atau staf pengajar, ia berusaha mengetahui Aku duduk di mana dan apa yang sedang Kulakukan. Ketika dilihatnya Aku, ia datang kepada-Ku sambil berkata, “Oh yang kukasihi, yang kukasihi.” Ia terus mengulang-ulang, “Engkau adalah segala-galanya bagiku, aku adalah alat-Mu.” Sejauh ini kejadian tersebut belum pernah Kuungkapkan kepada siapa pun.

Messing tinggal di situ selama sepuluh hari. Kuajarkan kepadanya segala yang harus diajarkan. Kukatakan kepadanya, bila Tuhan turun ke dunia, Beliau akan bertingkah laku seperti manusia.

Daivam manusha ruupena.

Artinya,
‘Tuhanlah yang mengambil wujud manusia ini’.

Messing berkata bahwa hal yang sama juga dikatakan dalam kitab-kitab suci di negerinya. Ditulisnya sebuah buku dan diberikannya kepada Dr.Gokak. Gokak adalah sarjana bahasa Inggris, tetapi ia tidak mengetahui bahasa Russia. Meskipun demikian, buku itu disimpannya.

Setelah beberapa hari, Messing pergi tanpa memberitahu siapa pun. Pada suatu hari Narendra menerima surat dari Russia. Dalam surat itu Messing menulis, “Anda adalah seorang dosen yang bekerja untuk Avatar. Alangkah mujurnya Anda.” Ia mohon agar Narendra selalu mengabarinya tentang segala kejadian yang berkaitan dengan Swami.

Suatu hari Narendra sedang menyatakan beberapa keraguannya dan Aku memberikan penjelasan. Hanya kami berdua yang ada di ruang itu. Tiba-tiba Messing muncul di situ. Bagaimana ia bisa datang ke situ merupakan misteri bagi Narendra. Messing tidak mempunyai tiket. Ia datang, mendapat darshan-Ku, lalu lenyap. Tidak mungkin semua orang dapat melihat hal ini. Ini juga tidak mudah dipahami. Sifat ketuhanan itu sangat misterius.


Pada Zaman Dvaapara

Pada suatu hari Krishna dan Balaraama bersama dengan para bocah penggembala sapi bermain-main di tepi Sungai Yamunaa. Mereka melompat-lompat dari satu cabang pohon ke cabang yang lain. Beberapa di antara mereka merasa lelah. Pada waktu itu resi Vaamana dan Bharadvaaja tiba di tepi Sungai Yamunaa. Mereka meminta agar para bocah penggembala menunjukkan suatu tempat yang airnya dangkal, aman, dan sesuai untuk mandi. Krishna dan Balaraama melompat turun dari pepohonan. Resi Bharadvaaja langsung mengenali bahwa Krishna adalah Paramaatma sedangkan Balaraama melambangkan jivaatma. Ia mengatupkan kedua tangannya dalam sikap hormat dan mohon agar Krishna menunjukkan tempat yang sesuai bagi mereka untuk mandi. Krishna terjun ke dalam air dan menunjukkan tempat yang aman kepada mereka. Beliau berkata kepada kedua resi itu bahwa Beliau akan menyediakan makanan yang mewah bagi mereka. Para bocah penggembala merasa heran memikirkan bagaimana Krishna akan menyiapkan makanan bagi para resi karena Beliau tidak membawa makanan apa-apa. Pada masa itu tidak ada rantang tempat makanan. Setelah kedua resi itu selesai mandi, Krishna membuka sebuah tas yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Ketika Beliau membuka tas itu, seluruh tempat itu diliputi oleh sedapnya aroma nasi yang dimasak dengan susu. Beliau menaruh hidangan itu dalam piring dan mempersilakan kedua resi tersebut makan.
Para bocah penggembala itu tidak bisa tenang seperti kawanan kera. Mereka tidak tinggal diam. Berkali-kali mereka bertanya kepada Krishna, “Dari mana Engkau mendapat makanan itu?” Krishna membuat mereka diam dengan berkata bahwa tidak patut berbicara terlalu banyak di hadapan para resi.

Kedua resi itu melakukan doa sandhya lalu mulai makan. Mereka bertanya, “Krishna, siapa yang menyiapkan makanan ini?” Krishna menjawab, “Ibu Saya, Yashodaa.” Mereka berkata bahwa mereka belum pernah makan hidangan selezat itu dan mereka menyatakan rasa terimakasih kepada Beliau.

Brahma yang mengamati kejadian misterius ini tercengang melihat kemampuan Krishna yang luar biasa. Brahma ingin bercanda dan memperdayakan Sri Krishna. Pada suatu hari ketika para bocah penggembala sedang asyik bermain dengan Krishna dan Balaraama, Brahma membuat semua sapi dan anak-anak sapi lenyap dari tempat itu. Ia bahkan membuat para bocah penggembala pun lenyap. Krishna tahu bahwa itu tipu muslihat Brahma. Beliau langsung menciptakan semua bocah penggembala, ternak sapi, dan anak-anak sapi dengan kehendak Beliau. Setiap bocah penggembala ( ciptaan Sri Krishna ) ini pulang ke rumah mereka masing-masing bersama dengan ternak sapinya. Dalam segala hal mereka tepat sama dengan bocah-bocah penggembala yang disembunyikan Brahma di suatu tempat. Bahkan orang tua mereka pun tidak mengetahui perbedaannya. Kehidupan berlangsung seperti biasa dan setiap hari para bocah penggembala itu bersama Krishna dan Balaraama menggiring ternak sapi mereka untuk merumput. Hal ini berlangsung selama setahun penuh. Brahma merasa malu dan menerima kekalahannya. Ia mohon ampun kepada Sri Krishna dan mengembalikan semua bocah penggembala serta ternak sapi yang disembunyikannya. Ketika Brahma mengembalikan mereka, para bocah penggembala dan ternak sapi ciptaan Sri Krishna langsung lenyap. Dengan cara ini Krishna melakukan berbagai perbuatan yang luar biasa sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan inilah ( kitab ) Bhaagavata menyatakan,

“Di ketiga loka ini, aneka kisah Avatarlah yang paling menakjubkan dan suci. Mereka ibarat sabit yang membabat tanaman merambat perbudakan ( pada segala kesenangan ) duniawi.”

( Puisi bahasa Telugu ).



Permainan Suci Avatar Ini

Dalam kaitan ini Aku akan mengisahkan suatu peristiwa yang terjadi dengan Avatar ini. Hal ini belum pernah Kuungkapkan kepada siapa pun. Setelah Mandir Prashaanti ini dibangun, Aku biasa makan di ruang atas. Setiap kali Aku makan, Griham Ammayii ( ibu tubuh ini ) selalu mendampingi Aku dan memaksa-Ku agar makan lebih banyak. Sering ia menyatakan kekhawatirannya bahwa berat-Ku berkurang. Aku biasa berkata kepadanya, “Mengapa Aku harus makan lebih banyak? Apakah Aku perlu berkelahi dengan seseorang? Aku tidak senang menjadi gemuk.”

Suatu hari Aku diundang untuk makan di rumah seseorang. Sebenarnya orang itu bermaksud meracuni Aku. Mereka iri karena Aku semakin populer dan makmur. Pada masa itu Aku suka makan vada yang dibuat dari tepung kacang alasanda. Karena itu, orang-orang tersebut mencampurkan racun ke dalam vada lalu menghidangkannya untuk-Ku. Sebelum pergi ke tempat itu Iishvaraamma dan Subbaamma sudah Kuberitahu agar jangan takut bila terjadi sesuatu yang tidak terduga. Ketika Aku kembali dari sana, seluruh tubuh-Ku sudah membiru dan mulut-Ku berbusa. Kuberitahu Iishvaraamma agar melambaikan tangannya dalam lingkaran. Ketika hal itu dilakukannya, dengan heran didapatinya vibhuti muncul di tangannya. Abu suci itu dicampurnya dengan air dan diberikannya kepada-Ku. Segera Aku menjadi normal lagi. Ia merasa heran dan berpikir-pikir dalam hati, “Swami dapat menciptakan vibhuti dengan lambaian tangan Beliau. Akan tetapi, apakah vibhuti itu juga yang muncul di tanganku?” Sesungguhnya Kuberi ia kemampuan tersebut untuk saat itu.


Ketika Aku tinggal di Mandir Lama, Aku biasa mengajak anak-anak pergi ke pasir Sungai Chitravati setiap hari. Pada masa itu belum ada pelajar dan mahasiswa, hanya anak-anak desa yang mengerumuni Aku. Kuberitahu mereka agar membuat gundukan pasir, dari situ mereka dapat memperoleh apa saja yang mereka inginkan seperti misalnya: pensil, pen, kue laddu, dan sebagainya. Karena mereka anak kecil, mereka hanya meminta hal-hal yang remeh.
Suatu kali setelah acara sore di Chitravati usai, kami kembali ke Mandir Lama. Sushilaamma dari Kuppam dan adiknya Kumaraamma, penulis buku “Anyadha Sharanam Nasthi” yang pada waktu itu masih muda, mulai berlari ke Mandir Lama untuk mempersembahkan aarati bila Swami tiba di sana. Kemudian Subbaamma Kuberi isyarat agar menghentikan mereka dan agar ia yang pergi ke Mandir Lama untuk mempersiapkan aarati. Subbaamma menaati perintah-Ku secara mutlak. Kedua wanita itu merasa bahwa sebagai wanita yang bersuami, hanya merekalah yang patut memberikan aarati kepada Swami, bukannya Subbaamma yang pada waktu itu janda.
Ketika Subbaamma pergi ke Mandir Lama, dijumpainya seekor ular yang besar. Karena inilah, maka Aku mengutusnya. Ia selalu sangat berhati-hati. Ketika dilihatnya ular itu, ia berseru, “Sai Nageshwara, Sai Nageshwara, Sai Nageshwara!” Sementara itu kami semua tiba di situ. Ia tidak mau membunuh ular itu karena ia ingat perkataan Swami bahwa Tuhan ada dalam segala makhluk. Ia hendak menangkap ular itu dan meninggalkannya di suatu tempat. Ketika ular itu ditangkapnya, binatang itu membelit tangannya. Aku bergurau dan berkata kepadanya, “Subbaamma, apakah engkau bermain dengan ular?” Ia berkata, “Swami, saya tahu Swami menyuruh saya pergi lebih dahulu untuk menyelamatkan hidup kedua wanita tersebut.” Dengan cara ini Subbaamma menyaksikan banyak liila ‘permainan’ Swami. Ia sangat mujur dan patut dipuji. Sejak semula ia sudah melayani Aku. Tidak hanya Aku, ia melayani para bakta yang datang untuk darshan-Ku dengan menghidangkan makanan bagi mereka. Semua kerabatnya memusuhinya, tetapi ia tidak mempedulikan hal itu. Ia hanya menghendaki Swami dan tidak yang lain. Ia selalu menaati perintah Swami secara mutlak. Ia memiliki keyakinan yang teguh.

Suatu hari Kutanyakan kepadanya apakah ia ingin melihat suaminya yang sudah meninggal. Kadang-kadang Aku bergurau seperti itu. Ia menjawab bahwa ia tidak mempunyai keinginan semacam itu dan ia tidak berurusan dengan suaminya yang sudah meninggal. Selanjutnya ia berkata bahwa suaminya meninggal karena lelaki itu tidak mempunyai nasib baik untuk melayani Swami. Ia merasa bahwa ia sangat beruntung karena dapat melayani Aku. Akan tetapi, Aku bersikeras bahwa seandainya ia ingin melihat suaminya, Aku akan mengabulkan keinginannya. Kukatakan kepadanya agar pergi ke halaman untuk melihat. Di situ ada sebatang pohon kelor ( moringa oleifera ). Didapatinya suaminya, Naaraayana Rao, sedang duduk di bawah pohon itu sambil merokok. Semua ini dilihatnya dengan jelas sekali. Ia senang dapat melihat lagi suaminya yang sudah meninggal, tetapi lelaki itu juga dimarahinya, “Bahkan sesudah meninggal pun engkau belum menghentikan kebiasaan burukmu.” Ia segera masuk ke rumah lagi karena tidak mau melihat lelaki itu lebih lama.

Naaraayana Rao mempunyai dua istri: Subbaamma dan Kamalaamma. Sekarang Kamalaamma tinggal di ashram. Kuberitahu Kamalaamma agar pergi ke halaman melihat suaminya yang sudah meninggal. Ia tidak mau melihat lelaki itu lagi. Katanya, setelah datang ke kaki suci Swami, ia tidak mempunyai keinginan semacam itu. Meskipun demikian, karena Kudesak, ia pergi ke halaman untuk melihat. Pada waktu itu didapatinya mantan suaminya sedang menghirup kopi. Baik Subbaamma maupun Kamalaamma keduanya melihat suaminya yang sudah meninggal masih mempunyai kebiasaan yang dimilikinya semasa masih hidup. Bahkan pada masa Avatar Sri Krishna pun Beliau memperlihatkan berbagai kejadian yang telah berlangsung pada masa lampau kepada bakta Beliau.


Menunggalnya Raadhaa

Ketika Krishna mengangkat Gunung Govardhana, hal itu dirayakan. Para goopiikaa yang belum menikah melakukan Varalakshmi vratam. Bahkan sekarang pun para wanita melakukan Varalakshmi vratam.

Raadhaa adalah seorang bakta yang agung. Akan tetapi, mereka yang tidak mempercayai keavataran Sri Krishna, membuat Raadhaa mengalami banyak kesulitan. Bahkan pada masa itu pun ada orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan ( atheis ). Orang yang tidak percaya kepada Tuhan, orang yang percaya kepada Tuhan, dan mereka yang kadang-kadang percaya dan kadang-kadang tidak, selalu ada dalam setiap zaman. Orang-orang yang tidak percaya mengurung Raadhaa di suatu rumah lalu mengunci pintunya dari luar. ( Kejadian ini Kutulis sebagai tema suatu drama dan dipentaskan oleh anak-anak ). Mereka merasa bahwa nama baik keluarga Raadhaa tercemar karena ia selalu mengikuti Sri Krishna. Mereka ingin menghentikan hal itu. Karena itulah ia dikurung di kamar. Raadhaa mulai menangis dan berdoa. Krishna mendengar doanya, membukakan pintu, dan membebaskannya. Beliau memarahi orang-orang itu dengan berkata, “Beginikah engkau memperlakukan seorang bakta? Tidak mengapa bila engkau tidak memiliki bakti kepada-Ku. Tetapi dosa yang besarlah, bila engkau menyusahkan seorang bakta.” Krishna mengajak Raadhaa bersama Beliau. Raadhaa mohon agar Krishna memainkan suatu lagu dengan suling Beliau.

“Oh Krishna, nyanyikanlah sebuah lagu yang setiap perkataannya sarat menitikkan madu, dan berbicaralah dengan saya sampai saya puas sepenuhnya. Ambillah intisari Veda, Buatlah mengalun melalui suling suci Paduka Dan ubahlah menjadi lagu yang merdu. Oh Krishna, nyanyikanlah sebuah lagu ... .”

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Ketika mendengarkan suling Sri Krishna yang merdu, Raadhaa mengembuskan napas terakhir. Sejak hari itu Krishna tidak pernah menyentuh suling Beliau lagi.

Krishna melakukan berbagai liila ‘permainan mukjizat’. Sesungguhnya Beliau adalah Tuhan dalam wujud manusia. Tidak seorang pun dapat memahami atau melukiskan sifat ketuhanan Beliau yang tidak terbatas dan tidak terduga. Krishna melakukan beberapa permainan suci semacam itu. Engkau tidak dapat menemukan apa pun selain kasih suci Tuhan yang memancar dari diri Beliau.


Wanita Selalu Mengalahkan Pria dalam Hal Bakti

Pada Zaman Dvaapara kaum wanita lebih menghayati ketuhanan Sri Krishna. Sesungguhnya merekalah yang mengungkapkan kisah Sang Avatar melalui bakti mereka. Suatu kali sejumlah brahmana menyelenggarakan yajna Gaayatrii di hutan. Krishna memberitahu para bocah penggembala agar membawa sejumlah makanan dari tempat yajna karena Beliau dan kakak Beliau, Balaraama, merasa sangat lapar. Ketika para bocah penggembala itu meminta makanan kepada para brahmana, mereka ditolak dengan perkataan, “Apakah kaukira ini adalah warung yang dapat menyajikan makanan bila engkau memintanya? Tidak. Tunggu sampai yajna selesai. Bila ada yang tersisa setelah kami makan, maka kami akan memberikannya kepada kalian.” Ketika hal ini disampaikan kepada Krishna, Beliau menasihati mereka agar menemui para wanita yang sedang menyiapkan hidangan di belakang tempat yajna. Sesuai dengan nasihat Beliau, para bocah penggembala itu pergi menemui istri-istri para brahmana dan mendapati mereka sedang menyiapkan bobbatlu ( kue manis yang lezat ). Mereka meminta kepada para wanita tersebut, “Ibu, Krishna dan Balaraama kita merasa lapar, dapatkah Ibu memberi mereka makanan?” Para wanita itu senang sekali mendapat kesempatan melayani Sri Krishna. Segera mereka bungkus semua makanan yang telah mereka siapkan dan mereka bawa kepada Krishna. Ada sejumlah wanita yang mengajukan keberatan dengan mengatakan bagaimana mereka dapat menyajikan makanan kepada Krishna ( yang termasuk dalam marga penggembala ) sebelum dihidangkan lebih dahulu kepada suami-suami mereka ( para brahmana ). Akan tetapi, keberatan mereka dikesampingkan dan Krishna serta Balaraama diberi makanan yang telah mereka siapkan. Mereka menganggap Krishna sebagai Tuhan. Ketika mengetahui hal ini, para brahmana itu menegur istri-istri mereka dan mengatakan bahwa perbuatan mereka melanggar kesucian. Setelah itu, ketika duduk bermeditasi, mereka menjadi sadar. Mereka mengakui kesalahan mereka sendiri dan memberitahu istri-istri mereka bahwa hal yang mereka lakukan itu benar. Mereka mandi lagi dan minta agar istri mereka menghidangkan makanan yang telah diberkati Sri Krishna sebagai prasaadam.

Dalam kondisi ini Aku ingin menekankan bahwa dalam kehidupan setiap Avatar, hanya wanitalah yang lebih dahulu mengenali Beliau. Merekalah yang membimbing suami mereka kepada Tuhan. Karena bakti para wanitalah, maka setidak-tidaknya kaum pria memupuk sedikit bakti. Kalau bukan karena wanita, pria sama sekali tidak akan memiliki bakti. Ada dikatakan bahwa sebuah rumah tanpa seorang wanita secara harfiah dapat disebut hutan. Sejak zaman dahulu wanita disamakan dengan bakti sedangkan pria disamakan dengan jnaana ‘kebijaksanaan’. Di istana wanita boleh masuk ke halaman tertutup di bagian dalam keraton, sedangkan pria hanya diizinkan masuk sampai ke balairung. Ini berarti bahwa jnaana akan membawamu menuju Tuhan, akan tetapi bakti akan membawamu ke dalam hati Tuhan. Itulah sebabnya bakti sangat dihargai. Sesungguhnya para goopiikaalah yang menyebabkan jalan bakti ( bakti tattva ) tersebar ke seluruh dunia.

“Harer nama, harer nama, harer namaiva kevalam, Kalau nastyeva nastyeva nastyeva gathiranyatha.”

Artinya,
‘Melantunkan nama Tuhan adalah satu-satunya jalan
untuk mencapai kebebasan pada Zaman Kali ini’.


Pada masa itu bahkan di desa Puttaparti ini tidak ada orang yang memikirkan Tuhan kecuali Karanam Subbaamma.

Griham Ammayii sering melihat para pejabat tinggi datang untuk darshan—Ku. Ia merasa takut bila melihat orang yang mengenakan seragam polisi. Ia minta kepada Subbaamma agar polisi jangan diizinkan datang karena ia mengira bahwa mereka akan menyusahkan Swami. Subbaamma melenyapkan rasa takutnya dengan berkata, “Mengapa mereka tidak boleh datang? Mereka juga bakta Swami. Semua orang harus datang kepada Swami. Jangan membeda-bedakan seperti itu. Tidak ada seorang pun yang dapat menyakiti Swami. Jangan khawatir mengenai hal ini.” Mendengar perkataan Subbaamma, Iishvaraamma menyatakan rasa marahnya sebagai berikut, “Karena Swami tinggal bersama Anda, sejumlah polisi datang ke rumah Anda. Tolong jangan izinkan mereka datang.”
Suatu kali Inspektur Jendral Polisi Rangganayakulu datang dari Chennai. Ia ingin mengajak Aku pergi bersamanya. Griham Ammayii merasa sangat sedih dan menangis. Dianggapnya Chennai itu tempat yang sangat jauh dan asing. Karena itu, ia bertekad mencegah agar Aku tidak pergi. Kasihnya yang mendalam kepada Swamilah yang menyebabkan hal ini. Ia takut kalau-kalau Swami dibawa pergi dari Puttaparti untuk selamanya. Karena permohonannyalah, maka Mandir ini dibangun.

Suatu kali Sakkaamma datang dan berkata, “Swami, karena tidak adanya jalan dan transportasi yang baik, sulit sekali bagi kami untuk datang ke desa yang terpencil ini. Baik mobil maupun gerobak sapi tidak dapat mencapai desa di pedalaman ini. Setiap kali bila datang ke sini kami harus meninggalkan mobil kami di dekat Penukonda. Karena itu, mohon Swami datang ke Bangalore dan menetap di sana. Kami akan membangun gedung yang besar dan megah untuk Swami.” Kukatakan kepadanya bahwa Aku tidak memerlukan tempat tinggal yang besar. Yang Kuperlukan hanyalah sebuah ruang yang kecil. Akan tetapi, ia tidak mau mendengarkan perkataan-Ku. Iishvaraamma berkata, “Agar tanaman muda dapat tumbuh menjadi pohon yang besar, tanaman itu harus dipupuk dan diairi dengan baik tanpa terganggu. Bila dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, ia tidak bisa tumbuh. Karena itu, saya mohon agar Swami tetap tinggal di tempat kelahiran Swami, Puttaparti. Pasti tempat ini akan maju.” Pada waktu itu Aku berjanji kepadanya bahwa Aku akan menetap di Puttaparti.

Dalam hal bakti dan kepasrahan, wanita lebih unggul daripada pria. Merekalah gudang segala bentuk kebijaksanaan dan pengetahuan spiritual ( vijnaana, sujnaana, dan prajnaana ). Karena itu, jangan pernah meremehkan wanita. Jangan berbicara mengenai orang lain dengan sikap mengejek. Berdoalah untuk kesejahteraan semua makhluk. Lokaah samastaah sukhino bhavantu. ‘Semoga penghuni segala loka berbahagia’. Ajaran utama Bhagawad Gita yaitu manusia harus bekerja untuk kesejahteraan semua makhluk. Ekoham bahusyam ‘Yang Maha Esa berkehendak menjadi yang beraneka’. Tuhan Yang Maha Esa ada dalam semuanya. Segala wujud adalah wujud-Nya.


Permainan Lain yang Dilakukan Sri Krishna

Sebelum wacana ini Kusudahi, Aku ingin menuturkan suatu permainan kecil yang dilakukan Sri Krishna pada Zaman Dvaapara. Semasa Kamsa masih hidup, ia biasa mengutus para iblis untuk berkelahi dengan Krishna. Kamsa mempunyai dua istri yang ayahnya adalah raja perkasa. Setelah Kamsa tewas, ayah mertuanya berusaha memerangi Sri Krishna. Para goopikaa merasa cemas. “Berapa lama kami harus menderita cobaan ini?” demikian mereka bertanya kepada Krishna. Beliau memberitahu agar mereka jangan panik dan menenangkan mereka dengan berkata, “Cobalah memahami kesaktian dan kemampuan-Ku. Malam ini kalian tidur di Repallee dan besok pagi lihatlah sendiri, di mana kalian berada.” Ketika mereka terbangun keesokan harinya, mereka dapati diri mereka berada di Dvaaraka. Di manakah Repalle dan di manakah Dvaaraka? Jaraknya kira-kira 1600 kilometer. Dengan cara ini Krishna dapat mengubah suatu desa menjadi desa lain. Tuhan dapat melakukan apa saja. Beliau dapat pergi ke mana saja. Beliau dapat mengubah apa saja. Jangan memberi peluang pada rasa bimbang dan ragu. Orang yang meragukan Tuhan pasti akan binasa. Tingkatkan keyakinan yang teguh dan ikuti perintah Tuhan. Darma sejati terletak pada menaati perintah Tuhan. Bila engkau mengikuti Tuhan, engkau akan diberkati dengan segala hal yang baik, menguntungkan, dan membawa keselamatan.


Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Hari bhajana bina sukha shanti nahin ...”, “Govinda Krishna Jai Gopala Krishna Jai ... “ dan “Subramanyam, Subramanyam”.


Wacana Bhagawan pada hari Krishnajanmaashtami di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 31-8-2002.


Diterjemahkan : Dra.Retno Buntoro