GURU PURNIMA 2003

Wacana Bhagawan pada hari Guru Purnima, 13 Juli, 2003

BUANGLAH KELEKATAN PADA TUBUH UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN ATMA



Perwujudan kasih!

Seluruh alam semesta ini ( telah dan masih terus ) diciptakan dari kehendak Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta dan memeliharanya. Akhirnya alam semesta ini akan menunggal kembali dengan Tuhan, sumber asalnya. Alam semesta yang timbul dari kehendak Tuhan ini dikenal sebagai vishwam.

Arti kata vishwam yang sebenarnya adalah ‘hal yang meluas dengan kemampuannya sendiri dan penuh kebahagiaan’.

Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan suatu tujuan, tetapi tingkah laku manusia bertentangan dengan tujuan tersebut.

Vishwam bukan hanya manifestasi materi fisik, melainkan manifestasi Tuhan secara langsung. Vishwam adalah perwujudan pribadi kosmis dengan segenap anggota badan-Nya. Vishwa melambangkan sifat Tuhan yang ( meluas ) meliputi segala sesuatu dan hanya dapat dipahami dengan viveka ‘kemampuan pertimbangan’.

Tuhan melampaui waktu dan sebab. Alam dunia ini berfungsi dengan hal yang disebut nalar, akan tetapi kehendak Tuhan tidak dibatasi oleh nalar. Tuhanlah penyebab utama di balik alam semesta ini.

Alam semesta adalah cerminan Tuhan. Vishwam ‘alam semesta’ dan Vishnu ‘Tuhan’ satu sama lain tidak berbeda. Huruf V pada nama Vishnu berarti viveka ‘pertimbangan’ dan vistara ‘keluasan/tidak terbatas’. Karena itu, alam semesta ( vishwam ) adalah perwujudan Tuhan ( Vishnu ). Seluruh ciptaan dapat diibaratkan dengan berbagai anggota badan Tuhan.

Setiap benda dalam alam semesta ini mempunyai lima aspek yaitu: sat ‘eksistensi’, cit ‘kesadaran’, aananda ‘kebahagiaan jiwa’, rupa ‘wujud’, dan nama. Eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan adalah prinsip-prinsip yang abadi, sedangkan nama dan wujud bersifat sementara. Sat, cit, dan aananda merupakan dasar bagi nama dan wujud. Segala kegiatan manusia didasarkan pada nama dan wujud.

Tuhanlah yang menentukan siapa harus melakukan apa. Ada orang yang bersifat rajasik ‘penuh emosi serta nafsu’, dan ada orang yang bersifat tamasik ‘tumpul dan lembam’. Orang-orang semacam itu dikuasai oleh sifat-sifat buruk seperti kebencian dan kedengkian.

Orang-orang menganggap Tuhan memiliki berbagai nama dan rupa. Sebenarnya hal ini didasarkan pada perasaan mereka sendiri. Mereka melupakan tiga prinsip utama: eksistensi ( sat ), kesadaran ( cit ), dan kebahagiaan jiwa ( aananda ). Mereka mengira bahwa nama dan wujud adalah kenyataan satu-satunya. Dalam kenyataannya nama dan wujud itu tidak langgeng. Akan tetapi, orang-orang teperdaya oleh nama serta wujud dan mereka mengabaikan prinsip abadi eksistensi ( sat ), kesadaran ( cit ), serta kebahagiaan jiwa ( aananda ). Akibatnya, mereka terkelabui dan cenderung lupa bahwa di balik nama dan wujud terdapat kekuasaan Tuhan yang tidak terhingga.

Tuhan disebut Padmanabha ‘Beliau dengan teratai yang tumbuh dari pusar’. Di sini teratai melambangkan kehendak Tuhan ( sangkalpa ).

Tuhan juga disebut Hiranyagarbha karena Beliau memiliki rahim emas. Tuhan dikenal sebagai Vaastha karena ada dalam segala makhluk dalam bentuk ( kesadaran ) aku. Prinsip kesadaran “aku” ini meliputi segala sesuatu.

Tuhan tidak mempunyai nama tertentu. Manusialah yang menghubungkan berbagai nama dengan Tuhan. Setiap nama seperti Padmanabha, Hiranyagarbha, Hiranmaya, dan sebagainya mengandung makna yang sangat mendalam. Spiritualisme dimaksudkan untuk menjelaskan prinsip ketuhanan dan makna yang terkandung dalam berbagai nama yang dihubungkan dengan Tuhan. Orang yang mengikuti jalan spiritual harus berusaha memahami dan menghayati prinsip ketuhanan serta menyebarluaskannya. Akan tetapi, dewasa ini orang-orang belum benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kehidupan spiritual. Mereka mempunyai anggapan yang keliru bahwa kehidupan spiritual hanya berarti melakukan ritual pemujaan dan doa kepada Tuhan. Orang-orang harus diberi penjelasan tentang makna yang terkandung dalam spiritualisme dan dalam berbagai nama serta wujud yang dipertalikan dengan Tuhan.

Pada tahun 1968 di Bombay ( sekarang disebut Mumbai ) diselenggarakan Konperensi Organisasi Darmabakti Sri Sathya Sai Sedunia. Pada waktu itulah diletakkan batu pertama untuk landasan gedung Darmakshetra.

Darmakshetra.

Indulal Shahlah yang terutama bertanggung jawab untuk pembangunan Dharmakshetra. Selama ini ia bekerja dengan tiada putusnya untuk menyebarluaskan amanat Swami. Istrinya, Sarla Shah, merupakan sumber kekuatan baginya. Sarla Shah memainkan peran yang aktif dalam pengembangan Bal Vikas ( cabang organisasi Sai untuk pendidikan spiritual anak-anak ) dan Mahila Vibhag ( cabang organisasi Sai untuk kegiatan wanita ). Dengan demikian, kedua suami istri ini telah memberikan sumbangan yang besar bagi kemajuan kegiatan Sai di seluruh dunia. Bahkan pada usia yang lanjut sekarang ini mereka masih bekerja keras berdarmabakti untuk organisasi Sai.
(Swami dan Indulal Shah)

Sifat Tuhan tidak mungkin dapat dipahami. Dunia ini bagaikan lukisan yang dibuat di atas dinding tanpa penopang. Manusia harus berusaha memahami prinsip aadhaara ‘wadah’ dan aadheya ‘isinya’. Jangan membuang-buang waktumu hanya untuk melakukan ritual. Kehidupan spiritual sejati yaitu menyadari kebenaran bahwa manusia tak lain adalah percikan Tuhan. Inilah yang dinyatakan dalam Bhagawad Gita 15:7.

Mamaivaamshoo jiivalookee Jiivabhuutah sanaatanah.

Artinya,
‘Segala makhluk merupakan bagian dari
diri-Ku yang abadi’.


Vaasudevasarvamidam ‘seluruh dunia diliputi oleh Tuhan’. Engkau harus menghayati kebenaran ini dan menyebarluaskannya ke seluruh dunia.

Banyak Sai Center yang telah didirikan di seluruh dunia. Setiap center ada sejarahnya sendiri. Dharmakshetra pun tidak terkecuali. Hanya Swami yang mengetahui betapa banyak kesulitan yang dihadapi Indulal Shah ketika Dharmakshetra dibangun. Pada masa itu tidak ada jalan masuk ke kawasan yang sekarang merupakan Dharmakshetra. Ia harus berjalan melewati semak-semak berduri untuk memilih tempat yang sesuai buat pembangunan Dharmakshetra. Ia memperlihatkan tempat itu kepada-Ku untuk mohon persetujuan. Tanah itu terletak di jalan Mahakali Caves. Indulal Shah bekerja keras membangunnya. Banyak orang yang membantunya menyelesaikan tugas ini. Tidak mungkinlah melakukan pekerjaan sebesar ini tanpa pertolongan orang lain.

Bila engkau melakukan suatu pekerjaan yang baik, pada mulanya pasti ada hambatan-hambatan tertentu. Akan tetapi, janganlah engkau berkecil hati. Ketika para Dewa dan Daanawa ( raksasa) mengaduk lautan susu, yang petama timbul adalah racun mematikan. Namun, hal itu tidak menghambat mereka. Mereka melanjutkan usaha dengan tekad yang teguh dan akhirnya berhasil memperoleh madu surgawi.

Hati kita dapat diibaratkan dengan lautan susu dan saadhanaa ‘latihan spiritual’ dapat diibaratkan dengan proses pengocokan. Bila engkau melakukan saadhanaa, pada mulanya pasti akan timbul hambatan. Janganlah rintangan ini membuat kita menyimpang, tetapi kita harus meneruskan usaha kita dengan penuh keyakinan. Hanya dengan demikianlah kita dapat mencapai keadaan yang mulia dan penuh kebahagiaan.

Pada masa lampau banyak orang yang harus menghadapi berbagai kesulitan ketika mendirikan pusat peziarahan. Salah satu di antaranya adalah Bhadrachalam. Adi Shangkara, tanpa mengindahkan kelelahan fisik, berjalan dari awal sampai akhir dari ujung India Selatan ke India Utara untuk mendirikan pusat-pusat peziarahan di Badrinaath, Amarnaath, dan Kedaarnaath.

Tidak menjadi masalah, siapa pun dia, seseorang perlu bekerja sama dengan orang lain agar dapat menyelesaikan tugas besar yang menakjubkan. Di mana terdapat persatuan, di situ terdapat kebahagiaan.

Pada Zaman Kali ini orang-orang tidak lagi memiliki semangat persatuan. Tidak ada persatuan ataupun kemurnian. Karena itu, permusuhan mendapat tempat untuk bercokol dalam hati manusia dan menimbulkan kesulitan, keributan, serta kerusuhan. Sesungguhnya persatuanlah yang kini dibutuhkan. Kekuatan sejati umat manusia terletak pada persatuan.

Sebagaimana pikirannya, maka demikianlah perbuatan yang dilakukan seseorang. Sebagaimana perbuatannya, maka demikianlah hasilnya. Kini manusia tidak mampu mencapai tujuan hidupnya karena ia tidak mempunyai pikiran yang baik dan suci. Pertama-tama manusia harus memupuk pikiran yang baik dan suci.

Banyak orang yang mengelabui dirinya sendiri dan mengira bahwa mereka mengasihi Tuhan. Akan tetapi, mereka penuh dengan kesadaran badan dan menghasratkan uang serta hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Cinta semacam itu sama sekali bukan kasih sejati. Itu adalah cinta palsu. Banyak orang menulis surat kepada-Ku, “Swami, kami mencintai Swami. Mohon agar kami dapat selamanya dekat dan disayangi Swami.” Dalam kaitan ini biarlah Kukatakan dengan tegas kepadamu bahwa Sai tidak dapat dicapai dengan mudah. Mungkin engkau berkata bahwa engkau mencintai Aku. Akan tetapi, bagaimana Aku dapat percaya kepadamu? Adakah semangat pengorbanan dalam kasihmu? Perkataan dan perbuatanmu tidak tetap. Pada suatu hari engkau menjanjikan sesuatu kepada-Ku dan keesokan harinya engkau sudah tidak menepatinya. Bagaimana orang dapat mempercayai cinta penipu semacam itu?

Kasih sejati dan abadi berasal dari dalam hati. Kasih sejati adalah pertalian dari hati ke hati. Ini berkaitan dengan prinsip atma yang ada dalam setiap makhluk. Atma adalah sumber kesadaran. Atma dan Brahma ( kesadaran semesta ) itu satu dan sama.

Kasih yang timbul dari dalam hati menganugerahkan kepadamu kebahagiaan kekal yang abadi dan bersifat tidak mendua. Akan tetapi, kini di manakah kasih semacam itu?

Banyak orang pahlawan dalam bicara, tetapi kosong melompong dalam pelaksanaannya. Kini dunia menjadi korban penipuan orang-orang semacam itu. Mereka yang memiliki kasih sejati di hatinya tidak akan omong kosong. Mereka mengungkapkan kasih dalam perbuatan. Kini orang-orang terlalu banyak berbicara tanpa mewujudkan perkataan mereka dalam tindakan. Orang semacam itu sebenarnya adalah pencuri. Bagaimana engkau dapat mencapai tujuan hidup manusia, bila engkau percaya dan mengandalkan orang-orang yang jahat dan tidak bermoral semacam itu?

Hatimu harus luluh dan mengalir menuju Tuhan. Hanya dengan demikianlah engkau dapat memperoleh karunia Tuhan. Orang-orang boleh berbicara sesuka mereka, jangan terpengaruh. Tanpa mengindahkan penderitaan dan kesulitan, berpegang teguhlah pada prinsip ketuhanan dan capailah tujuan hidupmu sebagai manusia.

Kini orang-orang tidak mempunyai kemauan dan kebulatan tekad untuk mencapai tujuan hidup. Bagaimana orang yang tidak mengetahui tujuan hidup manusia dapat mencapainya?

Kasih sejati tidak dapat dipecah-pecah. Orang tidak dapat mengasihi Tuhan dan bersamaan dengan itu juga mencintai objek-objek serta pertalian yang bersifat sementara. Kasih yang terpecah-pecah hanyalah cinta palsu. Engkau hanya mempunyai satu hati. Engkau tidak dapat memecah-mecahnya dan membagikannya kepada berbagai orang. Hati manusia tidak seperti kue laddu atau batang tebu yang dapat di-potong-potong dan dibagi-bagikan. Hatimu adalah kebenaran abadi, semanis madu surgawi, dan penuh kebahagiaan jiwa. Manusia mengabaikan kebahagiaan abadi di dalam batinnya dan menempuh kehidupan duniawi karena mengira bahwa di situlah terletak kebahagiaan jiwa. Itu hanya kilasan khayal mereka. Hanya orang yang berusaha mencapai Tuhan dengan penuh keyakinan dan tekad yang teguh tanpa mengindahkan segala cobaan dan kesulitan, dapat disebut bakta sejati.


Setelah memutuskan apa yang harus diputuskan, Berpegang teguhlah padanya sampai engkau berhasil. Setelah menginginkan apa yang harus diinginkan, Berpegang teguhlah padanya hingga keinginanmu terpenuhi. Setelah memohon apa yang harus dimohon, Jangan lepaskan peganganmu sampai engkau memperolehnya. Setelah memikirkan apa yang harus dipikirkan,berpegang teguhlah padanya sampai engkau sukses. Dengan hati melunak, Tuhan harus menyerah dan mengabulkan keinginanmu. Tanpa memikirkan diri sendiri, engkau harus memohon kepada Tuhan dengan segenap hatimu. Tekunlah dalam usahamu, gigih, ulet, dan pantang menyerah, karena sifat bakta sejati adalah pantang mundur. Bakta sejati tidak pernah meninggalkan ketetapannya.

( Puisi bahasa Telugu ).

Bakta zaman modern bahkan berusaha menipu Tuhan dengan perkataan yang manis dan cinta palsu. Orang-orang semacam itu tidak akan pernah dapat mencapai Tuhan. Engkau harus memiliki keyakinan yang teguh. Bahkan ketika berada dalam bahaya dan kesulitan, keyakinanmu harus tetap mantap. Tuhan hanya dapat dihayati dalam masa yang sulit. Kashte phali ‘kerja keras menghasilkan ganjaran yang melimpah’ Juga dikatakan, “Na sukhat labhyate sukham,” ‘Manusia tidak dapat memperoleh kebahagiaan dari kebahagiaan’. Anggaplah kesulitan sebagai anugerah Tuhan dan terimalah dengan semangat yang benar.

Pada masa itu Sarla Amma dan Indulal Shah harus menghadapi kesulitan yang tidak terhingga banyaknya. Mereka mengatasi semua masalah itu dengan berani dan tabah. Mereka tinggal di Bombay ( sekarang bernama Mumbai ); ini bukan tempat biasa. Ini seperti “bom”. Apa pun yang kaulakukan, baik atau buruk, engkau harus menghadapi kesulitan. Di tempat semacam itulah, mereka melakukan pekerjaan yang baik. Sesungguhnya Indulal Shah dipersulit oleh banyak orang. Akan tetapi, ia meneruskan pekerjaannya dengan bakti yang teguh dan mencapai sukses. Engkau perlu memperoleh karunia Tuhan untuk menyelesaikan apa saja. Tak dapat tidak, engkau memerlukan pertolongan dan kerja sama orang-orang lain untuk menyelesaikan tugas yang besar. Mereka yang melakukan pekerjaan Tuhan harus bersedia menghadapi segala kesulitan. Kehidupan Indulal Shah banyak membuktikan hal ini. Sampai sekarang sudah 40 tahun lamanya ia mengabdi Sai dengan keyakinan yang teguh dan tekad yang bulat. Ia pergi berkeliling dunia untuk menyebarluaskan amanat Sai. Kapan saja bila orang-orang menemuinya untuk menanyakan keraguan mereka, ia memberikan jawaban yang sangat tepat sehingga keraguan mereka lenyap.

Engkau harus siap menghadapi tantangan apa saja, baik tantangan duniawi atau pun spiritual. Indulal Shah dan Sarla Shah telah bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk organisasi ( Sai ).

Aku akan menceritakan suatu kejadian kecil kepada kalian. Bulan lalu Sri Shah datang ke Brindavan untuk menemui Aku. Ketika melihat Aku beristirahat di tempat tidur, ia merasa sedih sekali. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi di dalam hati ia berdoa agar Swami segera sembuh. Selama sebulan yang terakhir ini ia tidak makan dan tidur dengan sepatutnya karena terus menerus mencemaskan kesehatan Swami. Akibatnya, badannya menjadi lemah. Jika tidak, biasanya ia selalu sehat. Ia mempunyai beberapa rencana untuk masa depan organisasi Sai. Ia mohon agar Swami memberikan kekuatan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana tersebut. Baik Sarla Amma maupun Indulal Shah keduanya cemas sekali memikirkan kesehatan Swami dan sepanjang waktu mereka memikirkan Swami. Mereka tidak terpengaruh oleh apa yang dikatakan orang lain. Mereka mempunyai pendirian sendiri.

Tidak seorang pun perlu khawatir atau mencemaskan kesehatan Swami. Tidak ada bahaya yang dapat menimpa Swami. Swami mengatasi segala kesulitan, sakit, dan bahaya tanpa cedera. Beliau akan sukses dalam segala hal. Mungkin ada beberapa perubahan pada taraf jasmani. Hal itu hanya bersifat sementara dan tidak langgeng. Karena itu, Swami ingin agar kalian semua memiliki keberanian. Sekarang Aku sudah sembuh dan berdiri di hadapan kalian. Obat apa yang Kugunakan? Doa para bakta yang dilambungkan dengan sepenuh hati adalah obat-Ku.

Selama sebulan terakhir ini baik di Madras ( sekarang disebut Chennai ), Hyderabad, Bangalore, atau Mumbai, para bakta meningkatkan doa dan kegiatan spiritual mereka. Setiap rumah menyelenggarakan kidung suci dan namasmarana ( mengucapkan nama Tuhan dengan tiada putusnya di dalam hati ). Sejumlah bakta melakukan tirakat dan yajna. Dengan demikian banyak kegiatan spiritual yang dilakukan untuk mendoakan kesembuhan Swami. Sebagai hasil doa-doa yang penuh semangat itulah, maka sekarang Aku dapat berdiri di hadapan kalian dan berbicara kepada kalian.

Aku tidak menghendaki penderitaan ini dan juga tidak menginginkan kesembuhannya. Kalian ingin agar tubuh ini disembuhkan dari rasa sakit, dan kalian mencapainya melalui doa-doa kalian. Tubuh ini bukan milik-Ku, melainkan milik kalian. Karena itu, merupakan tanggung jawab kalianlah untuk mengurus tubuh ini. Aku bukan tubuh ( deha ); Aku adalah yang bersemayam di dalamnya ( dehi ).


Tubuh terbuat dari lima unsur alam dan cepat atau lambat pasti akan binasa, tetapi yang bersemayam di dalamnya, tidak lahir dan tidak mati. Yang bersemayam dalam tubuh sama sekali tidak memiliki kelekatan
dan merupakan saksi abadi.
Sesungguhnya atma, penghuni ( tubuh ), adalah Tuhan.

( Puisi bahasa Telugu ).


Atma tidak memiliki kelahiran atau kematian, tidak merasa sakit atau menderita. Mungkin kalian tidak percaya, tetapi para dokter telah melihat betapa parah cedera di pinggul-Ku. Orang lain pasti memerlukan waktu setidak-tidaknya dua atau tiga tahun agar dapat berjalan dengan normal. Bola di sendi pinggul-Ku patah berkeping-keping. Tidak ada otot yang menopangnya. Tulang-Ku sekuat berlian. Tidak mungkinlah menyambung kepingan-kepingan tersebut. Karena itu, para dokter mengoperasinya dan memasang sebuah tongkat. Setelah menjalani operasi yang sulit seperti itu, orang lain akan memerlukan waktu beberapa tahun agar dapat berjalan lagi secara normal. Tanpa mempedulikan semua itu, Aku mulai berjalan.

Para dokter mengerahkan segenap usaha untuk melindungi tubuh ini. Mereka melakukan tugas mereka. Namun, Aku sama sekali tidak memikirkan tubuh ini. Aku mempertunjukkan ideal bahwa seharusnya manusia tidak boleh melekat pada badannya. Tidak hanya sekarang. Sejak dua tahun yang terakhir ini sudah berulang-ulang kalian Kuimbau agar membuang kelekatan pada badan. Sedikit demi sedikit kurangi kesadaran badan ( dehabhimana ) dan pupuklah kesadaran atma ( aatmabhimana ). Engkau bukan badan; engkau adalah perwujudan atma. Badan jasmani ini datang dan pergi, lahir dan mati. Hanya tubuhlah yang menderita, bukan atma.

Ketika pinggul-Ku patah, kaki-Ku tidak dapat digerakkan. Gerakan sedikit saja menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa seperti sengatan arus listrik. Aku berkata kepada para dokter, “Ini bukan badan-Ku. Ini milik kalian. Kalian dapat melakukan apa saja yang kalian anggap baik.” Orang yang telah membuang kesadaran badan, sama sekali tidak akan menderita.

Satyajit menyertai Swami sepanjang waktu. Ia mempunyai tekad yang kuat dan telah bernazar bahwa ia akan selalu menyertai Swami. Ketika Aku dibawa ke rumah sakit dengan mobil van, ia duduk di dekat kepala-Ku. Ketika Aku dibawa ke ruang operasi, ia ikut. Biasanya bila operasi berlangsung, tidak seorang pun diizinkan masuk ke dalam ruang operasi. Namun Satyajit tidak mau meninggalkan Swami. Ia ingin melihat apa yang dilakukan para dokter pada tubuh Swami. Karena itu, ia mengenakan pakaian dokter bedah dan masuk ke ruang operasi. Kukatakan kepada Satyajit, “Engkau tidak akan tahan melihat darah. Karena itu, tunggulah di luar.” Akan tetapi, dengan penuh kasih ia mendesak agar diizinkan berada di ruang operasi. Ia menyertai Aku ketika operasi berlangsung. Ia melihat dokter membuat lubang di tulang dengan menggunakan palu. Ketika operasi selesai, ia bertanya, “Swami, bagaimana Swami bisa menanggung rasa sakit dan penderitaan semacam itu?” Aku berkata, “Kasih para bakta seperti engkau adalah kekuatan-Ku.” Kekuatan kasih itu paling hebat. Engkau dapat mengatasi rasa sakit atau bahaya apa saja dengan kekuatan kasih.

Engkau harus memiliki keyakinan yang kuat dan teguh tanpa keraguan sedikit pun. Pikiran, perkataan, dan perbuatanmu harus selaras satu sama lain. Banyak bakta yang memiliki keyakinan kuat dan mantap seperti itu menerima karunia Swami.

Selama sebulan terakhir ini kidung suci diselenggarakan di setiap desa. Satu-satunya doa mereka yaitu agar Swami segera sembuh dan memberi darshan lagi. Kesehatan Swamilah yang memenuhi pikiran para bakta. Aku menerima ratusan ribu telegram dari para bakta yang mengharapkan agar Aku segera sembuh. Banyak bakta yang sangat cemas dan berdoa terus di dalam hati. Kecemasan mereka berubah menjadi tirakat. Kekuatan tirakat mereka memberikan kesehatan kepada Swami. Karena kasih dan bakti merekalah, maka Swami sekarang sehat walafiat.

Selama ini Aku tidak pernah menggunakan kemampuan adikodrati-Ku untuk menyembuhkan diri-Ku sendiri. Seandainya kemampuan itu Kugunakan, pastilah penderitaan-Ku lenyap dalam sekejap. Aku tidak mempunyai perasaan egois bahwa Aku harus disembuhkan. Dalam diri-Ku sama sekali tidak ada sifat mementingkan diri. Semua orang harus bahagia. Hanya inilah keinginan-Ku.

Semua orang harus mengalami kebahagiaan. Inilah intisari kebudayaan Bhaarat ‘India’. Sekarang adalah Zaman Kali. Dalam zaman ini orang-orang akan mempunyai sejumlah kesangsian, terutama generasi muda yang berpendidikan tinggi, para sarjana, dan mereka yang memiliki berbagai gelar. Wajarlah bila karena pengaruh Zaman Kali dan karena latar belakang pendidikan modern, generasi muda tidak mampu mengembangkan keyakinan yang teguh kepada Tuhan.

Bila Aku terbangun pada pukul satu atau pukul dua tengah malam dan memandang ke sekeliling-Ku, Kudapati kedua pemuda ini: Satyajit dan Dilip, duduk di samping-Ku. Yang satu di dekat kepala-Ku dan satunya di dekat kaki-Ku, manjaga badan ini.

Salah satu di antara pemuda ini, Dilip, bekerja di Rumah Sakit Super Spesialisasi di sini. Belum lama ini tulang kakinya patah dan masih digips. Meskipun demikian, pada pagi hari ketika ia mendengar bahwa Swami tidak sehat, ia segera datang ke Bangalore untuk melayani Swami. Kedua pemuda ini melayani berbagai keperluan Swami dengan bakti yang luar biasa besarnya. Dapat Kunyatakan dengan tegas bahwa tidak ada yang dapat menyamai mereka dalam kasih dan bakti mereka kepada Swami. Orang-orang mungkin mengucapkan perkataan kosong “cinta” seperti mesin, tetapi tidak seorang pun dapat melakukan pelayanan yang demikian besar seperti yang dilakukan kedua pemuda ini. Bahkan pada tengah malam pun, kalau Aku memanggil, “Satya,” dengan suara yang lemah, anak itu langsung bangkit dan mengurus keperluan-Ku. Ia demikian siaga dan penuh perhatian. Mereka biasa melayani segala keperluan-Ku termasuk memberi-Ku makan. Sesungguhnya ketika melayani Swami, mereka sama sekali lupa pada kebutuhan pribadinya sendiri. Semua ini karena pahala sangat besar yang dikumpulkan oleh orang tua mereka. Karena orang tua mereka sangat berbakti kepada Tuhan, dan karena kumpulan pahala yang mereka miliki, maka kedua pemuda ini dapat meningkatkan semangat bakti dan pengabdian yang demikian luhur. Karena itu, pertama-tama orang tua harus menjadi bakta Tuhan.

Swami dan Satyajit

Aku biasa memberitahu para pemuda ini bahwa Aku merasa lebih baik dan mereka dapat pergi untuk makan. Akan tetapi, mereka tidak mau meninggalkan Aku. Bila mereka menerima telepon dari para bakta yang dengan cemas menanyakan keadaan Swami, mereka biasa menjawab bahwa keadaan Swami baik. Mereka tidak pernah membeberkan keadaan secara detail. Mereka biasa menjawab pertanyaan para bakta dengan penuh kasih dan bijaksana. Bagaimana mereka bisa memiliki kasih dan kebijaksanaan yang demikian besar? Bukan karena pendidikan yang tinggi atau usia, melainkan karena bakti dan keyakinan mereka yang sangat besar kepada Swami. Itulah keutamaan sejati. Berdasarkan keutamaan yang luhur itulah mereka melakukan pelayanan yang sangat besar bagi Swami.

Ada sejumlah orang yang siap melayani Swami, bila saja mereka mendapat kesempatan. Akan tetapi, tidak seorang pun bisa mendapat kesempatan semacam itu. Mereka mendapat kesempatan yng unik ini dan mereka memanfaatkan hal itu sebaik-baiknya. Adakah saadhanaa yang lebih hebat daripada melayani Swami? Adakah kepuasan yang lebih besar daripada ini, ketika Swami mengakui dan mempermaklumkan kasih mereka? Engkau tidak akan menjumpai orang-orang melakukan pelayanan yang hebat seperti itu siang malam terus menerus selama sebulan pada usia yang demikian muda.

Sejumlah orang mungkin berbicara mengenai kasih dan pelayanan, tetapi engkau tidak akan menemukan para pemuda yang demikian penuh kasih dan bakti. Selama ini Aku telah melihat keyakinan, bakti, kemantapan, dan kesetiaan yang sangat besar pada kedua pemuda ini. Itulah sebabnya mereka dapat menawan hati Swami. Dengan keyakinan dan bakti engkau dapat menyelesaikan tugas-tugas yang hebat, bahkan mengangkat gunung. Ambillah Hanumaan sebagai contoh. Ketika Lakshmana pingsan di medan pertempuran, Raama sangat khawatir dan sedih. Kemudian Hanumaan diutus untuk mengambil tanaman sanjiivani guna menyadarkan Lakshmana. Hanumaan tidak tahu di mana tepatnya letak tanaman itu. Karena itu, diangkatnya seluruh gunung yang ditumbuhi tanaman itu dan dipersembahkannya di hadapan Sri Raama. Demikian pula seorang abdi Tuhan harus siap melakukan pelayanan apa saja betapa pun beratnya tugas itu.

Umumnya orang-orang cenderung menjauhkan diri dari kesulitan dan bergegas maju untuk menikmati kebahagiaan. Seharusnya tidak demikian. Engkau harus siap menghadapi apa saja. Tubuh manusia mudah terkena berbagai penyakit dan kesulitan. Janganlah engkau sedih dan murung karenanya. Engkau harus meningkatkan keyakinan yang teguh kepada Tuhan. Keyakinan ( vishwaasa ) itu harus menjadi napasmu ( shwaasa ). Hari ini Aku dapat berdiri di hadapan kalian dan memberikan darmawacana hanya karena pertolongan besar yang diberikan oleh kedua pemuda ini.

Ada satu hal lagi yang harus Kusampaikan kepada kalian. Ketika keadaan Swami tidak sehat, jutaan orang di seluruh dunia berdoa dengan tiada putusnya agar Swami segera sembuh. Sejumlah orang melakukan berbagai vrata ‘nazar dan tirakat religius’. Tidak terhitung banyaknya orang yang menelepon dan mengirim telegram untuk menanyakan kesehatan Swami. Giita Reddy, pimpinan Partai Konggres Andhra Pradesh bagian kegiatan wanita, tinggal selama sebulan penuh di Brindavan, berdoa untuk kesejahteraan Swami dan berharap agar dapat memperoleh darshan Beliau entah dengan cara bagaimana. Karena pada waktu itu semua tidak diizinkan masuk ke tempat tinggal Swami, ia tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh darshan. Meskipun demikian, ia tetap tinggal dengan tekad yang teguh, walaupun ia mempunyai tugas-tugas yang mendesak di Hyderabad. Pada waktu itu hampir tiap hari ia hilir mudik Bangalore Hyderabad dengan pesawat terbang. Ia tidak mempedulikan biayanya yang sangat besar dan berbagai kesulitan di rumahnya. Yang diinginkan dan didambakannya yaitu Swami segera sembuh. Ia menganggap Swami sebagai hidupnya. Itulah kasih dan bakti sejati yang dapat menyenangkan hati Swami. Bakti dan kepasrahan kepada Tuhan dapat menyembuhkan penderitaan betapa pun besarnya.

Ada suatu kejadian kecil lain yang akan Kuceritakan kepada kalian. Ada seorang wanita yang sakit di Amerika. Ia takut sekali mendengar diagnosa para dokter. Para dokter menemukan bahwa ada kanker yang tumbuh di jantungnya. Wanita itu datang ke Bangalore bersama suaminya untuk memohon karunia dan belas kasihan Swami. Kuyakinkan mereka bahwa kanker itu akan Kubatalkan dan mereka tidak perlu merasa takut mengenai hal itu. Ia menjalani pengobatan selama seminggu dan kanker itu lenyap! Kanker ganas itu masih tersisa sedikit dan Kuperintahkan para dokter agar membuangnya dengan operasi. Para dokter melakukan operasi sesuai dengan petunjuk-Ku. Keesokan harinya ia sudah dapat berjalan! Sekarang wanita itu normal dan sehat sepenuhnya. Ada beberapa kasus semacam itu.

Melantunkan nama Tuhan dapat menyembuhkan penyakit yang paling tidak dapat disembuhkan. Itulah tepatnya yang dilakukan wanita tersebut. Ia mempunyai kebiasaan mengidungkan nama suci, “Sai Raam, Sai Raam,” dengan tiada putusnya. Ada banyak orang semacam itu yang terus menerus mengucapkan nama suci.

Banyak orang telah Kusembuhkan dari penyakit-penyakit yang paling mengerikan dan tidak dapat disembuhkan ( oleh para dokter ). Juga ada sejumlah orang yang telah Kutolong dengan berbagai cara. Sekarang mereka semua berdoa agar Aku sembuh. Hanya doa-doa merekalah yang menolong sehingga kesehatan-Ku cepat pulih.

Tidak hanya ini. Kira-kira sembilan tahun yang lalu, mata kiri-Ku kehilangan daya lihatnya. Selama bertahun-tahun ini Aku hanya melihat dengan satu mata. Kemudian para dokter di rumah sakit kita dan juga Narasimha Murti ( bapak asrama mahasiwa di Perguruan Tinggi Sri Sathya Sai, Brindavan, Bangalore ) mohon agar Aku bersedia dioperasi untuk memulihkan mata kiri-Ku bersamaan dengan operasi untuk tulang pinggul. Kukatakan kepada mereka bahwa Aku dapat hidup dengan satu mata, karena itu, mata satunya lagi tidak perlu dioperasi. Akan tetapi, mereka terus memohon dan membuat Aku setuju menjalani operasi mata itu.

Ketika Aku akan turun ke Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, pada pukul tujuh pagi untuk memberikan darshan kepada para bakta, Satyajit mohon agar Aku menundanya sedikit dan memberikan darshan pada pukul 7.30 sehingga Aku tidak perlu tergesa-gesa. Demikianlah setiap saat ia selalu mencemaskan kesejahteraan-Ku. Tidak hanya Satyajit, ada beberapa bakta semacam itu dengan pikiran-pikiran yang luhur.

Itulah sebabnya Santo Tyaagaraaja menyanyikan kidung sucinya yang abadi, “Banyak jiwa-jiwa yang mulia ... ( endaro mahanubhaavulu ).” Sesungguhnya hanya karena jiwa-jiwa mulia semacam itulah, maka negeri Bhaarat dapat berada dalam keadaan damai.

Bhaaratadesa ‘India’ bukan hanya tanah yang luas. Sesungguhnya Bhaarat adalah jantung seluruh dunia. Bila Bhaarat aman dan selamat, maka seluruh dunia akan aman. Sayangnya rakyat Bhaarat tidak menyadari kebenaran ini. Ke mana pun engkau memandang, kaudapati sifat mementingkan diri merajalela. Karena itu, buanglah niat-niat yang mementingkan diri dan lakukan kegiatan yang bermanfaat bagi orang/makhluk lain. Berdoalah untuk kesejahteraan orang-orang yang lebih tua. Berdoalah untuk kesejahteraan semua orang. Itulah makna sejati doa, “Lookaah samastaah sukhino bhavantu,” ‘Semoga penghuni segala loka berbahagia’. Berdoalah dengan sepenuh hati untuk kesejahteraan seluruh alam semesta. Pasti engkau akan makmur.

Kupikir Aku telah mengambil banyak waktu dan menyusahkan kalian. Dengan mengambil contoh pasangan ini: Sarla Amma dan Indulal Shah, Kuharap kalian menanamkan semangat pengabdian dalam diri setiap orang. Aku juga berharap agar Bal Vikas dan Mahila Vibhag maju dengan baik. Kuharapkan mereka berdua panjang umur, sehat, dan bahagia.

Sarla Amma dan Indulal Shah

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Hari bhajan bina sukha shanti nahin,” ‘Tanpa melantunkan nama Tuhan, tiada sukacita dan kedamaian.”

Dari wacana Bhagawan pada hari Guru Purnima, 13-7-2003, di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam.

Alih Bahasa : Dra. Retno Buntoro