TAHUN BARU 2003

Wacana Bhagawan pada perayaan Tahun Baru, 1 Januari 2003

BERUSAHALAH MENCAPAI
PERSATUAN, KEMURNIAN, DAN KETUHANAN


Kecerdasan, pendidikan, berbagai gelar kesarjanaan, keunggulan dalam perdebatan, menaklukkan lawan dalam pertarungan, menguasai kerajaan yang luas, mendermakan banyak ternak dan emas, kewaskitaan sehingga dapat menghitung bintang gemintang yang tak terbilang, menghitung makhluk yang tak terhingga jumlahnya, mencapai kedelapan kemampuan gaib, atau bahkan menapakkan kaki di bulan, Semua ini mudah bagi manusia yang sakti. Akan tetapi, mengendalikan dorongan-dorongan jasmani dan organ tubuh, mengarahkan indra ke dalam batin, semua ini tidak mudah. Untuk mendapatkan penghayatan atma dan menenangkan pikiran dalam kedamaian tertinggi, bahkan lebih sulit lagi.

( Puisi bahasa Telugu ).


Lidah yang cekatan bahkan dapat membujuk Dewi Kekayaan. Kelembutan budi bahasa memikat hati keluarga dan kawan. Perkataanlah yang menimbulkan keterikatan dan kesulitan. Mulut yang jahat mendatangkan kematian.

( Sloka bahasa Sanskerta ).


Perwujudan kasih!

Setelah dianugerahi kemampuan bicara yang demikian suci, manusia tidak mampu menggunakannya dengan sepatutnya. Selain manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang memiliki kecerdasan demikian hebat dan kemampuan untuk memperoleh ketenteraman batin.

Setiap objek di dunia ini mempunyai lima aspek yaitu: sat ‘eksistensi’, chit ‘pengetahuan’, aananda ‘kebahagiaan’, rupa, dan nama. Eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan merupakan tiga sifat utama manusia. Ketiganya benar dan abadi. Nama dan wujud bersifat sementara. Karena khayal maya, manusia mengira bahwa nama dan wujud itu langgeng, dan ini membuat mereka menyia-nyiakan hidupnya yang berharga.

Di dunia ini ada dua jenis cendekiawan. Jenis pertama adalah ilmuwan yang berpandangan materialistis sepenuhnya. Yang mereka pikirkan hanya tujuan serta keuntungan duniawi. Mereka tertarik sekali melihat penampilan sebatang pohon yang sangat besar dengan berbagai dahan dan rantingnya, tetapi mereka tidak berminat mencari “akarnya”. Vedaantin ‘para ahli filsafat’ adalah cendekiawan jenis kedua. Mereka tidak terpikat oleh penampilan lahiriah pohon itu, tetapi sangat senang mencari “akarnya”. Orang-orang yang berpandangan duniawi membuang-buang waktunya untuk mengairi “dahan”, sedangkan Vedantin mengairi “akarnya” dan karena itu menikmati “buahnya”.


Sekali peristiwa para iblis ( asura ) dan para dewata mengaduk lautan susu dengan harapan dapat memperoleh madu surgawi ( amrita ). Mereka menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat pengaduk. Akan tetapi, pada mulanya mereka harus bersabar ketika timbul racun yang mematikan. Para iblis kecewa dan berkecil hati ketika melihat bahwa racunlah yang timbul, bukannya amrita ‘madu kekekalan’. Mereka bermaksud menghentikan proses pengocokan itu. Akan tetapi, para dewa dengan gigih dan tekad yang teguh melanjutkan pengocokan itu. Ketekunan mereka menghasilkan ganjaran yang besar dalam bentuk Dewi Kekayaan ( Dewi Lakshmi ), gajah putih surgawi ( airaavata ), sapi yang memenuhi segala keinginan ( kaamadhenu ), pohon yang memenuhi segala keinginan ( kalpataru ), dan akhirnya madu surgawi yang mereka dambakan. Demikian pula manusia harus mengocok pikirannya dan berusaha mengetahui kenyataan dirinya yang sejati. Ia tidak boleh bimbang atau putus asa bila pada mulanya menghadapi kesulitan dan halangan pada jalan yang ditempuhnya.

Sifat manusia yang sesungguhnya adalah sat ‘eksistensi’, chit ‘kesadaran’, dan aananda ’kebahagiaan’. Akan tetapi, manusia sudah lupa pada sifatnya yang sejati ini dan membuang-buang waktunya dalam usaha sia-sia untuk mencari kesenangan yang bersifat sementara. Ia tidak mampu menyadari nilai sat, chit, dan aananda yang merupakan pembawaannya sejak lahir. Bila ia menyadari nilai ketiga sifatnya itu dan menghayatinya, ia dapat mencapai tingkat yang sangat mulia. Sesungguhnya kesadarannya akan menyatu dengan Tuhan.

Manusia dapat melakukan tugas hebat apa saja bila ia menyadari sifat ketuhanan yang merupakan pembawaannya ( sejak lahir ). Kemampuan yang laten di dalam diri manusia tidak dapat dijumpai pada makhluk lain.

Setiap manusia diberkati dengan tiga sifat utama yaitu: eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan ( sat, chit, aananda ). Akan tetapi, karena selama ini ia terperangkap dalam jerat khayal, manusia menganggap nama dan wujud sebagai hal yang nyata dan ia mengabaikan sifat-sifat bawaannya yaitu: eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan.

Yang pertama harus dikenali manusia adalah sifat ketuhanan yang merupakan pembawaannya. Akan tetapi, manusia tidak melakukan usaha apa-apa ke arah itu. Ia sudah menjadi budak indranya dan ia membuang-buang waktunya untuk berbagai hal yang remeh. Karena itu, tugas utama manusia adalah memahami benar-benar sifat manusiawi yang merupakan pembawaannya dan mengamalkannya.

Nilai dan pentingnya sifat-sifat kemanusiaan itu tidak terlukiskan. Hidupmu hanya dapat diselamatkan bila engkau mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Manusia tak lain adalah percikan Tuhan. Itulah sebabnya Sri Krishna menyatakan dalam Bhagawad Gita, “Mamaivaamsho jiivaloke jiivabhuutah sanaatanah ....” Artinya, ‘Atma yang abadi di dalam segala makhluk merupakan bagian dari diri-Ku’. Sesungguhnya suara batin ( antarvani ) sepanjang waktu mengingatkan manusia pada sifat ketuhanannya. Akan tetapi, manusia tidak melakukan usaha apa-apa untuk mendengarkan bisikan hati nuraninya. Ia menghasratkan objek-objek jasmani serta duniawi, melupakan sifat ketuhanannya sendiri, dan dengan demikian menjauhkan dirinya sendiri dari tujuan utama kehidupan.

Nama dan wujud itu bersifat sementara bagaikan gelembung air. Manusia teperdaya oleh nama serta wujud dan kehilangan permata ketuhanan yang sangat berharga. Manusia itu diberkati dengan kemampuan Tuhan yang tidak terbatas. Sepotong besi yang merah membara dapat digunakan lebih baik daripada api. Demikian pula tubuh ini dapat dibandingkan dengan potongan besi, sedangkan Tuhan yang bersemayam di dalam dirimu dapat diibaratkan dengan api. Karena itu, manusia harus memahami kebenaran ini dan menggunakan badannya dengan baik.


Perwujudan kasih!

Orang-orang menyambut kedatangan tahun baru dengan penuh harapan dan cita-cita. Sesungguhnya engkau harus menganggap setiap saat sebagai awal tahun baru.

Tanpa keutamaan-keutamaan yang abadi, nama dan wujud itu tiada nilainya. Manusia menderita berbagai penyakit, beberapa di antaranya batiniah dan lainnya jasmaniah. Seorang dokter dapat mengobati penyakit-penyakit jasmani. Penghayatan atma merupakan obat satu-satunya untuk segala penyakit batiniah. Engkau harus berusaha memahami prinsip atma. Atma merupakan sinonim untuk kata Brahma yang tak lain adalah kesadaran atau chaitanya yang meliputi setiap manusia. Manusia memiliki nama dan wujud, tetapi chaitanya tidak berwujud. Chaitanya yang ada di dalam tubuh manusia disebut suara hati. Chaitanya yang meliputi segala sesuatu itu disebut kesadaran. Bila individu memahami prinsip kemenunggalan dalam keanekaragaman, suara hatinya berubah menjadi kesadaran.

Walaupun dianugerahi kemampuan suci semacam itu, manusia teperdaya oleh tingkah laku dunia yang aneh. Ia menganggap tahun baru yang cepat berlalu sebagai hal yang penting. Sebenarnya ia harus mementingkan waktu yang tidak berubah dan menyucikannya dengan menggunakan waktu secara baik.

Di dunia ini hanya kebenaran dan kebajikanlah yang akan menyertai kita selama-lamanya. Nilainya tidak dapat diperkirakan. Karena itu, kita harus berusaha keras meningkatkan kebenaran dan kebajikan dalam diri kita. Janganlah kita menghasratkan nama dan kemasyhuran. Misalnya, janganlah kita beranggapan bahwa kita memberikan air Telugu Ganggaa ( air Sungai Godaavarii ) kepada kota Chennai. Air bukanlah sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Air adalah pemberian alam bagi semua makhluk. Setiap orang memperoleh bagian berdasarkan kelayakannya ( prapti ). Kegiatan manusia hanya mendatangkan hasil yang diinginkan bila kaala ‘waktu’, karma ‘kegiatan’, karana ‘sebab’, dan kartavya ‘kewajiban’ satu sama lain selaras. Karena itu, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan menunggu tibanya waktu yang tepat. Bila kegiatan manusia mendatangkan hasil, ia harus menggunakannya dengan baik sesuai dengan waktu dan keadaannya.

Para pemuda ini ( alumni Perguruan Tinggi Sri Sathya Sai ) melakukan banyak pekerjaan yang baik. Mereka pergi ke berbagai desa dan memberikan kegembiraan kepada orang-orang di sana dengan melakukan bakti sosial dan menyanyikan kidung suci. Mereka harus melaksanakan semua kegiatan ini dengan semangat kasih. Tidak ada hal yang lebih hebat dan mulia daripada kasih. Hidupmu harus kautempuh dengan dijiwai kasih tanpa pamrih.


Perwujudan kasih!

Tidak cukuplah bila engkau sekadar melakukan bakti sosial dan kidung suci. Engkau harus melenyapkan perasaan bahwa engkau menolong atau melayani orang lain. Itu penting sekali. Bila engkau menolong atau melayani orang lain, sebenarnya engkau menolong dan melayani dirimu sendiri. Engkau harus memandang semua makhluk sebagai keluargamu. Sesungguhnya makhluk lain itu bukan makhluk lain, melainkan perwujudan Tuhan. Karena itu, darmabakti yang diberikan kepada umat manusia adalah darmabakti kepada Tuhan. Semua kegiatan bakti sosial dimaksudkan untuk meningkatkan perasaan ini dalam dirimu. Engkau harus menerjuni bidang pelayanan dengan kasih tanpa pamrih. Hanya itulah pengabdian yang sejati. Semua kegiatan pelayanan lainnya bersifat duniawi dan sementara.


Anak-anak-Ku terkasih!

Engkau mempunyai anggapan yang keliru bahwa engkau memberikan pertolongan dan pelayanan kepada orang lain. Perasaan semacam itu harus kaulenyapkan. Hanya dengan demikianlah, maka darmabakti yang kaulakukan akan menjadi darmabakti dalam pengertian yang sebenarnya. Darmabakti tidak hanya berarti menolong makhluk lain. Cara terbaik untuk mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi dan melayani semua makhluk. Kegiatan pelayanan yang kaulakukan harus dijiwai kasih. Tanpa aspek kasih yang positif, segala bantuan dan pelayanan yang kauberikan menjadi negatif sifatnya.

Segala tubuh itu dapat diibaratkan dengan bola lampu dan kasih adalah tombol utama ( untuk menghidupkannya ). Hanya bila tombol utama ditekan, maka tubuh-tubuh itu memancarkan sinar dan kebahagiaan kepada semuanya. Engkau memadamkan tombol utama dan berusaha menikmati kebahagiaan. Ini tidak mungkin. Hrid + daya ‘welas asih’ = hridaya ‘hati’. Hatimu harus dipenuhi welas asih. Segala kegiatanmu harus dijiwai kasih. Tidak ada kekuatan yang lebih unggul daripada kasih. Para resi dan kaum bijak waskita kita zaman dahulu biasa melewatkan hidup mereka dalam rimba belantara di antara binatang-binatang buas. Mereka tidak membawa senjata apa-apa, tetapi mereka dapat tinggal dengan leluasa di situ tanpa rasa takut. Apakah sumber keberanian mereka? Mereka hanya mempunyai satu senjata yaitu kasih yang melindungi mereka dari binatang-binatang buas.

Budaya pusaka Bhaarat (India) itu bersifat suci, sangat berharga, mengagumkan, dan memberikan kebahagiaan jiwa. Akan tetapi, engkau tidak melakukan usaha apa-apa untuk memahami keluhurannya. Sesungguhnya engkau bahkan meremehkan kebudayaan yang demikian suci. Engkau teperdaya oleh perbedaan yang didasarkan pada kasta dan kebudayaan. Sebenarnya hanya ada satu kasta, kasta umat manusia. Kasih yang timbul dari dalam hati adalah agama sejati. Seluruh umat manusia merupakan satu keluarga. Semua adalah saudara dan saudari. Seluruh dunia ini merupakan satu rumah gadang. Kebahagiaan yang akan kaualami bila engkau memupuk pandangan yang luas seperti itu tidak mungkin dilukiskan dalam kata-kata. Karena itu, dengan pandangan batinmu, berusahalah sedapat mungkin melihat Tuhan dalam umat manusia.

Ciptaan Tuhan itu sangat mengagumkan dan misterius. Di langit terdapat bintang yang tak terbilang banyaknya. Sinar yang dipancarkan oleh sejumlah bintang bahkan belum mencapai bumi, walaupun cahaya berjalan dengan kecepatan ribuan kilometer per detik. Dengan demikian engkau dapat membayangkan betapa jauh jarak antara bumi dan bintang-bintang tersebut. Bila ciptaan saja merupakan fenomena yang tak terhingga dan tidak terlukiskan, ( kita dapat membayangkan ) betapa hebat dan mahakuasa penciptanya.


Di ketiga loka ini aneka kisah Tuhanlah yang paling mengagumkan dan suci. Kisah-kisah itu bagaikan sabit yang membabat tanaman merambat perbudakan ( pada kesenangan ) duniawi.
( Puisi bahasa Telugu ).


Kisah-kisah Tuhan tidak dapat dilukiskan hanya dalam perkataan. Manusia membayangkan dan melukiskan Tuhan berdasarkan perkiraannya sendiri. Sesungguhnya Tuhan melampaui segala definisi. Di dunia ini ada berbagai jenis pengalaman ( pramana ). Mereka disebut: pengalaman langsung ( pratyaksha pramana ), pengalaman yang didasarkan pada kesimpulan ( anumana pramana ), pengalaman berdasarkan dualitas ( dvaitapramana ), dan pengalaman berdasarkan kesadaran kemenunggalan ( advaita pramana ). Karena Tuhan melampaui segala pengalaman ini, Beliau disebut aprameya artinya ’yang tidak terukur, tidak terlukiskan, dan tidak dapat ditentukan’. Tuhan bersemayam dalam hati setiap manusia dengan segenap kemampuan ketuhanan-Nya. Keindahan dan kemuliaan Tuhan tidak dapat dilukiskan dalam kata-kata. Beliau dipuji sebagai, “Hiranyagarbhaya namah,” ‘Sembah sujud kepada Beliau yang memiliki rahim emas’. Hiranya artinya ‘emas’ dan ini ada di dalam hati Tuhan. Sebagaimana intisari makanan yang dimakan seseorang diedarkan ke seluruh bagian badannya, demikian pula emas memenuhi seluruh tubuh Tuhan. Karena itu, Beliau adalah yang paling rupawan. Beliau adalah dasar atau landasan primordial segala makhluk. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak Beliau. Karena Beliau adalah pencipta segala makhluk, Beliau disebut Prajapati. Karena Beliau adalah yang paling cerdas, Beliau disebut Dakshinamurti. Dengan demikian nama Tuhan tidak terbilang banyaknya. Berdasar pada pemahamannya yang terbatas, manusia menghubungkan Tuhan dengan berbagai nama dan wujud serta memuja Beliau.

Nirgunam ‘Tuhan itu tidak bersifat’; niranjanam ‘tidak bercela’; sanaatana niketanam ‘sumber dan tujuan segala eksistensi’, nitya ‘abadi’, shuddha ‘murni’; buddha ‘menyadari kenyataannya yag sejati’, mukta ‘bebas dari perbudakan ( pada keinginan dan kelekatan )’, nirmala swaruupinam ‘pada hakikatnya suci dan tidak bernoda’. Bila prinsip ketuhanan semacam itu ada di dalam diri manusia, mengapa ia menganggap dirinya kecil dan lemah? Engkau harus membuang perasaan rendah diri semacam itu. Tidak ada makhluk yang lebih hebat daripada manusia. Sesungguhnya Tuhan berada dalam kesadaran seluruh umat manusia. Akan tetapi, sayangnya, engkau menganggap kelahiran sebagai manusia yang demikian suci sebagai hal yang remeh.

Engkau akan menjadi seperti apa yang kaupikirkan. Pikiran yang sempit ini ditimbulkan oleh pandangan yang sempit.

Bila engkau melihat asap membubung dari perbukitan, itu menunjukkan adanya api di situ. Bila engkau melihat api itu secara langsung, hal itu disebut pratyaksha pramana ‘pengalaman langsung’. Bila engkau hanya melihat asap, bukan api, engkau menduga bahwa ada api di balik asap itu. Itu hanya suatu kemungkinan. Ini disebut anumana pramana ‘pengalaman yang merupakan dugaan. Mungkin saja kadang-kadang kabut tampak sebagai asap dan sesungguhnya tidak ada asap di perbukitan itu. Karena itu, anumana pramana menimbulkan keraguan.

Hanya kasihlah yang merupakan pratyaksha pramana ‘pengalaman langsung’ mengenai Tuhan di dalam diri manusia.

Bila ada yang bertanya, “Di manakah Tuhan?” jawabnya secara langsung adalah, “Tuhan adalah kasih dan kasih adalah Tuhan.” Demikian pula kebenaran adalah Tuhan. Tiada apa pun yang lebih luhur daripada kebenaran. Tiada sifat ketuhanan yang lebih tinggi daripada kebenaran. Kebenaran itu meliputi segala sesuatu. Negara mungkin berbeda-beda, tetapi kebenaran itu hanya satu. Tidak ada kebenaran Amerika, kebenaran Jepang, kebenaran Jerman, dan sebagainya. Membuat perbedaan semacam itu adalah sifat orang yang picik. Kita tidak picik dan tidak keji. Kita adalah perwujudan ( Tuhan ) Yang Tidak Terbatas. Manusia harus selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia adalah perwujudan kebenaran, kasih, kebahagiaan jiwa, dan sebagainya. Manusia mempunyai kemampuan yang tidak terbatas untuk pemikiran spiritual dan usaha penyelidikan spiritual. Akan tetapi, apakah ia menyadari sifatnya yang sesungguhnya?

Misalnya saja, letakkan segenggam pasir laut di atas piring. Berdasarkan warna dan berat pasir itu, para ilmuwan menentukan bahwa pasir tersebut berasal dari negara tertentu. Akan tetapi, jalan pemikiran para ahli filsafat sama sekali tidak demikian. Mereka berkata bahwa pasir itu adalah ciptaan Tuhan dan maya Tuhan. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang sangat besar antara persepsi ilmuwan dan persepsi kaum bijak waskita. Sains itu ibarat setengah lingkaran, dimulai di suatu tempat dan berakhir di suatu tempat lain. Akan tetapi, spiritualitas timbul dan berakhir pada titik awal yang sama, jadi merupakan lingkaran yang sempurna ( 360 drajat ). Itulah sifat ketuhanan. Itulah sebabnya dikatakan sebagai berikut.


Puurnamadah puurnamidam Puurnat puurnamudachyate Puunasya puurnamadaya Puurnameva avashishyate.

Artinya,

‘Itu ( Tuhan Yang Mahabesar ) sempurna,
Ini ( ciptaan ) sempurna.
Ketika yang sempurna ( ciptaan )
Timbul dari Yang Sempurna ( Tuhan Yang Mahabesar ),
Yang Mahabesar tetap utuh sempurna’.

Tuhan yang merupakan perwujudan kesempurnaan bersemayam dalam kesadaran setiap manusia. Akan tetapi, sayangnya, manusia tidak melakukan usaha apa-apa untuk menyadari ketuhanan di dalam dirinya. Siapa yang melindungi tubuhnya ketika ia tidur lelap? Bagaimana badan manusia dapat berfungsi secara sempurna walaupun ia tidak memahaminya? Tidak ada yang tahu. Untuk penciptaan, perlindungan, dan pemeliharaan, untuk segala-galanya, Tuhanlah yang bertanggung jawab. Kemampuan Tuhan itu ada di dalam kesadaran setiap manusia. Meskipun demikian, manusia merasa sedih dan tertekan bila menghadapi kesulitan, dan berbesar hati pada waktu senang. Akan tetapi, bukan inilah tujuan hidupnya. Tujuannya yang benar yaitu tetap tenang dan seimbang sepanjang waktu dan tidak terperangkap dalam suka dan duka, dalam pasang surut kehidupan. Kesenangan merupakan interval di antara dua penderitaan. Karena itu, kita tidak perlu pergi untuk mencari kesenangan. Kesenangan itu ada di dalam diri kita. Sesungguhnya engkau adalah perwujudan kebahagiaan jiwa.


Perwujudan kasih!

Selalulah bahagia dan riang karena sifatmu yang sejati adalah kebahagiaan jiwa. Engkau tidak perlu pergi untuk mencari kebahagiaan. Kebahagiaan itu timbul dari atma. Bila engkau menghendakinya, engkau akan memperolehnya. Kebahagiaan adalah kemenunggalan dengan Tuhan. Karena itu, berusahalah selalu menyadari kehadiran Tuhan. Bila engkau menyadari kemahaadaan Tuhan, kebahagiaan akan mengikutimu bagaikan abdi . Kini manusia mencari kebahagiaan dan dalam proses itu ia menjadi budak kebahagiaan. Ini tidak benar. Sesungguhnya kebahagiaan harus menjadi hambamu karena pada hakikatnya engkau adalah perwujudan atma yang suci. Entah engkau percaya atau tidak, Aku selalu berada dalam kebahagiaan jiwa. Engkau juga dapat menghayati kebahagiaan semacam itu. Janganlah engkau pergi untuk mencari kebahagiaan. Sebaliknya, kebahagiaan harus mengikutimu ke mana pun engkau pergi. Hanumaan adalah pahlawan yang hebat dalam kisah Raamaayana. Ia pemberani, perkasa, dan tidak terkalahkan. Ia memiliki berbagai keutamaan, keluhuran budi, dan kedamaian batin. Ia selalu melantunkan nama suci Sri Raama dengan bahagia dan riang. Engkau juga harus meningkatkan sifat-sifat luhur semacam itu. Yang pertama dan terpenting engkau harus menjadi manusia dalam pengertian yang sebenarnya. Engkau harus meningkatkan kebaikan hati kepada semua makhluk. Hanya dengan demikianlah engkau layak disebut manusia.


Perwujudan kasih!

Engkau memperoleh pendidikan duniawi tingkat tinggi. Engkau membaca sejumlah buku yang merupakan adikarya. Engkau memperoleh kemampuan yang hebat. Akan tetapi, semua ini hanya bersifat sementara dan cepat berlalu. Karena itu, berusahalah selalu memusatkan pikiranmu pada kekuatan Tuhan yang memenuhi hatimu dengan kebahagiaan jiwa. Kemampuan Tuhan itu tidak terbatas. Semakin engkau merenungkan Tuhan, semakin besar kebahagiaan jiwa yang akan kauhayati. Bila kemampuan Tuhan yang tidak terbatas itu ada di dalam dirimu sendiri, mengapa engkau harus menghadapi kesulitan?

Hari ini alumni perguruan tinggi kita berhimpun di sini. Mereka melakukan bermacam-macam kegiatan bakti sosial di berbagai penjuru negeri ini dan bahkan di luar negeri. Mereka memperoleh kegembiraan yang besar dari kegiatan darmabakti ini. Menurut pendapat-Ku mereka harus membatasi diri pada wilayah mereka sendiri dan memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat sejauh kemampuan mereka. Tidak baik dan tidak perlulah menggabungkan orang-orang lain dalam kegiatan darmabakti mereka karena orang-orang itu mungkin akan mengubahnya menjadi bisnis. Sedapat mungkin alumni perguruan tinggi kita sebaiknya melakukan kegiatan darmabakti di desa mereka masing-masing dan memberikan kegembiraan kepada masyarakat setempat. Di pedesaan terdapat peluang yang sangat besar untuk melakukan berbagai darmabakti.

Beberapa puluh tahun yang lalu sejumlah orang mengundang-Ku agar pindah ke kota-kota yang lebih besar seperti Mysore. Mereka berkata bahwa mereka akan menyediakan istana yang besar bagi-Ku. Akan tetapi, Aku tidak memerlukan istana. Aku harus tinggal di desa kecil ini. Aku tidak meninggalkan tempat kelahiran-Ku. Justru di tempat asal kitalah, kita perlu menyelesaikan tugas-tugas yang besar. Karena itu, Aku tidak mau pindah dari Puttaparthi yang pada waktu itu masih merupakan desa terpencil tanpa fasilitas modern. Pada masa itu orang yang akan berkunjung ke Puttaparthi harus turun dari kereta api di Penukonda--setasiun terdekat—kemudian melanjutkan perjalanannya ke sini dengan pedati yang dihela lembu. Itulah kendaraan yang tersedia pada masa itu. Akan tetapi, kini orang-orang dapat langsung mencapai Puttaparthi dengan pesawat terbang. Dahulu orang-orang harus naik bus ke Anantapur untuk mendapatkan pelayanan medis. Kini kita mempunyai Rumah Sakit Super Spesialisasi di sini. Dengan demikian segala kemudahan dan fasilitas modern sekarang tersedia di desa Puttaparthi ini. Karena itu, tidak ada tempat tinggal yang lebih baik daripada desa kita. Desa-desa merupakan asset bangsa yang paling berharga. Tidak ada darmabakti yang lebih luhur daripada menolong dan melayani masyarakat desa. Grama seva adalah Raama seva. Artinya, ‘melayani masyarakat desa adalah melayani Tuhan’.

Tidak ada kepuasan batin yang kauperoleh bila melakukan pelayanan di kota-kota kecil dan besar. Orang-orang kota bersifat acuh tak acuh dan mementingkan diri. Seandainya pun pencuri mendongkel masuk ke rumah tetangganya, mereka tidak peduli. Sebaliknya, di pedesaan, bila ada keributan sedikit saja, segenap penduduk desa akan berkumpul. Persatuan dan rasa kesetiakawanan semacam itu masih ada di pedesaan. Di mana ada kesatuan, di situ akan terdapat ketuhanan. Di mana ada ketuhanan, di situ akan terdapat kebahagiaan jiwa. Karena itu, bekerjalah dengan sungguh-sungguh untuk perkembangan desa tempat tinggalmu. Dengan demikian, kalian semua harus bekerja untuk perkembangan desa kalian masing-masing. Kegiatanmu jangan seperti kegiatan politik ( mengutamakan golongan atau kelompok, mementingkan diri, menghasratkan nama, kemasyhuran, uang, dan sebagainya, keterangan penerjemah ). Bila engkau berhubungan dengan berbagai jenis orang, kegiatanmu akan berubah menjadi kegiatan politik. Aku tidak menyukai hal itu. Berkumpullah untuk menyanyikan kidung suci di mana pun engkau berada. Namun, jangan biarkan terjadi separatisme. Semuanya harus bersatu.

Di mana pun engkau berada, lakukan bakti sosial dengan semangat kerja sama dan persatuan. Jangan menimbulkan nada-nada yang sumbang.

Sejak berabad-abad India merupakan negara yang damai dan semua orang India bersatu seperti suatu keluarga yang besar. Akan tetapi, bagaimana keadaannya sekarang? Pada zaman dahulu bila ada orang yang berkunjung ke suatu desa, semua penduduk desa mengerumuninya dan dengan penuh kasih menanyakan kesejahteraannya. Sekarang semangat kasih dan persaudaraan semacam itu sudah lenyap. Ke mana pun engkau pergi, engkau akan menjumpai perselisihan dan ketegangan bahkan untuk masalah-masalah yang sepele. Terutama setelah India merdeka, kerusuhan dan kekacauan terjadi hampir di segala bagian negeri ini. Kesakralan hidup manusia tampaknya sudah lenyap sama sekali. Kehidupan manusia tidak dihargai. Orang-orang dihabisi seperti semut atau nyamuk. Ini perbuatan yang kejam dan jahat. Bukan perbuatan semacam inilah yang diharapkan dari seorang manusia. Kita harus mengubah kemampuan Tuhan yang terpendam dalam diri kita menjadi keterampilan yang digunakan buat melayani masyarakat. Bila pengetahuan diubah menjadi keterampilan, engkau memperoleh keseimbangan dalam hidupmu. Dalam keadaan tenang dan seimbang seperti itu engkau akan memperoleh wawasan pengertian yang mendalam. Dengan wawasan semacam itu dan kemampuan Tuhan ( yang laten di dalam dirimu ) bila engkau melakukan bakti sosial, kegiatan itu akan mendatangkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi masyarakat.

Setiap desa di negerimu harus dikembangkan dalam segala bidang. Kalian datang dari Hyderabad, Madras, Amerika, dan sebagainya untuk ikut serta dalam kegiatan darmabakti. Apa perlunya semua ini? Ini bukan pekan raya tempat orang-orang dari berbagai kawasan berkumpul untuk menjual dagangan mereka. Di mana pun engkau berada, kembangkan kawasan tempat tinggalmu dengan pelayananmu. Orang-orang dari suatu wilayah mungkin pergi ke wilayah lain untuk membantu mengembangkan kawasan itu. Akan tetapi, bercampurbaurnya orang-orang dari berbagai wilayah yang berbeda akan mengurangi kualitas tujuan darmabakti tersebut ( yaitu kesejahteraan masyarakat desa setempat karena kurangnya kekompakan dalam memutuskan mana yang harus diutamakan dan kurangnya pemahaman akan kebutuhan masyarakat lokal, keterangan penerjemah ). Ini akan berakhir dengan kekacauan, membuat orang-orang bingung, dan mencemarkan pikiran. Jangan memberi peluang timbulnya rasa bingung dan tercemarnya pikiranmu karena timbulnya berbagai perselisihan yang tidak perlu.

Engkau harus selalu melakukan bakti sosial dengan hati yang murni. Persatuan menimbulkan kemurnian dan kemurnian pada gilirannya membawamu menuju Tuhan. Karena itu, ingatlah selalu hubungan yang tak terpisahkan antara persatuan, kemurnian, serta ketuhanan, dan berusahalah mencapainya.

Kalian dapat berkumpul dan bekerja sama dengan semangat pengorbanan. Akan tetapi, jika orang-orang dari berbagai tempat bersama-sama datang ke sini untuk melakukan darmabakti di pedesaan, masyarakat desa tidak mendapat hasil yang baik. Setiap orang mempunyai perasaan yang berbeda-beda dan pencampurbauran itu mencemarkan ( pikiran ) mereka. Kemudian tempat itu menjadi pusat bisnis. Spiritualitas bukan kegiatan bisnis. Spiritualitas dapat diibaratkan dengan rumah gadang Tuhan. Ini berkaitan dengan persatuan. Hanya persatuan dalam keanekaragamanlah yang akan membuat engkau bahagia.

Kuharap kalian meningkatkan prinsip persatuan itu. Hanya dengan demikianlah, maka darmabakti yang kalian lakukan akan bernilai dan suci.

Tidak ada gunanya bila kegiatan darmabakti yang suci dicemarkan oleh berbagai perselisihan. Sebuah contoh kecil. Emas ada di dalam tambang dalam bentuk endapan. Bila emas itu kaukeluarkan dan kaumurnikan, logam itu menjadi emas 24 karat yang sangat tinggi nilainya. Akan tetapi, bila kautambahkan logam-logam lain seperti misalnya tembaga, nilai emas itu akan berkurang. Tidak hanya itu. Kecemerlangannya pun akan berkurang. Bila emas itu kaucampur lagi dengan lebih banyak logam, nilainya akan hilang sama sekali.

Hati kita dapat diibaaratkan dengan pura yang terbuat dari emas. Hati itu adalah hiranyagarbha. Janganlah hiranyagarbha itu kita cemarkan. Pura emas hati kita harus selalu bersinar cemerlang.


Perwujudan kasih!

Berikan kasihmu kepada semua makhluk. Pertahankan selalu persatuan dan kemurnian. Sesuai dengan rencana semula, sekarang kalian dapat memulai acara musik.


Dari wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba pada perayaan Tahun Baru di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 1 – 1 – 2003.

Diterjemahkan oleh : Ibu Retno Buntoro