IISHWARAMMA DAY 2005

Wacana Bhagawan pada hari Iishwaramma, 6 Mei 2005

DAPATKAN KARUNIA TUHAN DENGAN MELAYANI ORANG TUA



Pada waktu manusia lahir dari rahim ibunya, tidak ada karangan bunga yang terkalung dilehernya. Tidak ada untaian mutiara atau emas yang berkilauan Tidak ada rantai kalung yang bertahtahkan manik-manik Seperti zambrud dan berlian Namun, ada satu untaian yang terkalung dilehernya. Brahma merangkai segala akibat perbuatannya di masa lampau menjadi untaian yang berat dan mengalungkannya di leher manusia pada watu ia lahir.

(Puisi bahasa Telugu)


Perwujudan kasih!

Kasih ibu jauh lebih kuat dan mulia daripada kasih sanak keluarga dan teman-teman. Karena itu, ibu sangat dihormati diseluruh dunia. Itulah sebabnya setiap orang menyebut negerinya sebagai ibu pertiwi. Bhaarat adalah ibu pertiwi kita. Kesucian hati seorang ibu dan keampuhan restunya tiada bandingnya. Akan tetapi, sayangnya dewasa ini orang-orang tidak hanya di negeri kita, tetapi juga di mancanegara tidak mampu memahami dengan baik betapa sucinya kasih seorang ibu.


Jangan Pernah Melupakan Kasih Ibumu

Sejak zaman dahulu di negeri kita yang suci ini ada banyak pusat-pusat kekuatan spiritual yang sangat ampuh. Orang-orang suci yang agung seperti Raamakrishna Paramahamsa dan Vivekananda dapat memperoleh kekuatan spiritual hanya karena mereka mendapat restu ibu mereka. Mereka juga mendapat karunia Ibu (Dewi) Kali yang mereka puja sebagai wujud Tuhan. Vivekananda mendapat repurtasi yang hebat dan kemasyhuran karena karunia Ibu Kali. Sesungguhnya warga (Negara bagian) Bengal (baca “Benggol”) Barat mencapai kejayaan dengan memuja Tuhan dalam wujud Ibu Jagat Raya.

Merupakan kesalahan yang serius jika manusia melupakan kaum ibu yang diberkati dengan kemampuan suci yang besar. Dalam kitab-kitab suci kita pun kaum ibu telah diberi kedudukan yang tinggi. Ada dikatakan “ Matru Devo bhava,” artinya ‘Hormati ibumu sebagai perwujudan Tuhan’, “Pitru Devo bhava, “ artinya, ‘Hormati ayahmu sebagai (perwujudan) Tuhan’, “Aachaarya Devo bhava, “artinya, “Hormati gurumu sebagai (perwujudan) Tuhan’, dan “Atithi Devo bhava,” Artinya, “Hormati tamumu sebagai (perwujudan) Tuhan’. Dengan demikian, dalam urutan itu ibu telah diberi tempat yang pertama. Kita hanya layak disebut putra sejati bila kita menjujung tinggi kehormatan dan martabat ibu kita. Sia-sialah hidup orang yang tidak mendapat kasih ibunya. Karena itu, kita harus berusaha sebaik-baiknya agar mendapatkan kasih ibu kita. Tidak seorangpun dapat melukiskan kasih seorang ibu dengan kata-kata. Hanya dengan kekuatan kehendak sang ibulah, maka seorang putra bisa menanjak dan sukses hidupnya. Karena itu, kita harus menghormati dan menyayangi ibu kita. Ia harus diberi kedudukan paling penting dalam hidup kita. Hanya orang-orang yang berhasil mendapatkan kasih ibunya bisa menjadi pemimpin negerinya.

Mungkin kita tidak memuja perwujudan Tuhan yang lain, tetapi kita wajib memuja ibu kita sebagai (perwujudan ) Tuhan. Kita tidak boleh melupakan kasih sayang ibu kita. kasih ibu adalah kasih yang paling luhur. Hanya dengan kasih ibulah, maka perasaan-perasaan yang suci berkembang dalam diri anak. Dimana ada ibu yang berbudi luhur, di situ pasti mendapat ketentraman dan kemakmuran. Bodohlah, jika seseorang mendabakan kasih orang lain, tetapi mengabaikan ibunya sendiri. Karena itu, engkau harus menghormati ibumu dan berusaha mengalami kasihnya.


Ibu adalah (perwujudan) Tuhan yang Hidup

Ibu Raamakrishna Paramahamsa adalah perempuan mulia dan berbudi luhur. Keluarga yang miskin dan hidupnya sangat sengsara. Akan tetapi, dengan aneka keutamaan yang luhur dan kepercayaan yang teguh kepada Tuhan, ia memperoleh karunia Tuhan.

Seseorang hanya dapat disebut manusia yang sesungguhnya bila ia menghormati ibunya dan memperoleh kasihnya. Di dunia ini tiada (perwujudan) Tuhan yang lebih mulia daripada ibu kita. Sayangnya dewasa ini orang-orang melupakan kebenaran yang suci ini dan pergi kian kemari mencari Tuhan, bila tepat di depanmu ada perwujudan Tuhan yang hidup dalam bentuk ibumu?

Banyak orang melakukan berbagai pengalaman spiritual misalnya dengan bertirakat, berziarah ke tempat-tempat suci, melakukan pemujaan dan berbagai ritual lainnya agar dapat melihat Tuhan. Namun, apa gunanya? Engakau tidak dapat memperoleh karunia Tuhan tanpa lebih dulu mendapatkan kasih ibumu. Dalam diri setiap manusia, kasih ibunya mengalir bagaikan arus dibawah tanah. Bacalah riwayat hidup orang-orang hebat yang mana saja, akan kaudapati bahwa mereka dapat mencapai kedudukan yang sangat mulia dalam hidupnya hanya karena kasih ibu mereka. Bila manusia menempuh hidupnya sesuai dengan ideal luhur ibunya, ia akan terbebaskan dari segala macam penderitaan.

Mungkin seseorang menghormati atau tidak menghormati orang lain, tetapi ia harus menghormati ibunya. Sesungguhnya manusia harus membaktikan hidupnya untuk mendpatkan kasih ibunya. Kasih ibu itu tanpa pamrih. Kita harus belajar memupuk kasih semacam itu.

Ke mana pun engkau pergi, siapa pun yang kau jumpai, engkau akan mendapati bahwa orang-orang menjadi kaya dan makmur hanya dengan restu dan kasih sayang ibu mereka. Bila engkau tidak dapat meraih kasih ibumu, bagaimana engkau berharap mendapat karunia Tuhan? Karena itu, yang pertama dan terpenting engkau harus berusaha mendapatkan kasih ibumu. Hati ibu sangat lembut. Karena itu jangan melakukan apa pun yang dapat melukai ibumu.

Salah satu ajaran utama dalam kebudayaan Bhaarat yaitu menghormati ibu dan ayahmu sebagai (perwujudan) Tuhan. Orang yang meraih kasih ibunya akan dapat memperoleh segala hal lainnya. Raamakrishna Paramahamsa sangat termasyhur karena ia memperoleh Dewi Kali dan mendapat penampakanNya

Ada banyak orang di Bengal Barat yang kaya raya, berpendidikan tinggi, dan mempunyai gelar kesarjanaan yang hebat. Namun, mereka tidak dapat mencapai apapun yang bermanfaat dalam hidup mereka karena kurang mempunyai kepercayaan dan bhakti kepada Tuhan. Hanya Raamakrishna Paramahamsa yang dapat menempuh hidup ideal dengan mengasihi ibunya dan menaati perintahnya. Beliau mengajarkan kepada orang-orang lain bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih hebat dan mulia daripada kasih seorang ibu.

Sesunguhnya ibu adalah (perwujudan) Tuhan. Karena itu, tidak baik dan tidak patutlah melukai perasaan ibu yang merupakan perwujudan kasih. Hanya bila kita meningkatkan kasih sayang kepada ibu kita, maka hidup kita akan bahagia dan sejahtera. Karena itu, yang pertama dan terpenting kita harus berusaha keras mendapatkan kasih ibu kita. Apapun yang dilakukan seorang ibu pasti untuk kebaikan anak-anaknya. Kita harus memupuk keyakinan yang teguh seperti itu. Simaklah biografi orang-orang terkemuka yang mana saja di dunia ini, akan kaudapati bahwa ia menjadi hebat karena ibunya.

Para siswa modern tidak berusaha mendapatkan kasih ibunya. Kau ibu mengalami cobaan yang sangat berat. Ia bahkan bersedia bekerja keras untuk mendapatkan uang beberapa rupiah guna membesarkan anak-anaknya dan menyekolahkan entah dengan cara bagaimana. Alangkah besarnya dosa seorang anak bila ia melupakan kasih ibunya yang demikian mulia! Hanya orang yang (dengan usaha sebaik-baiknya) dapat meraih kasih ibunya, akan dapat memperoleh Tuhan.

Kita tidak lahir dari bumi atau langit; kita lahir dari rahim ibu kita. Mungkin saja kadang-kadang timbul perselisihan antara seorang ibu dengan putranya. Akan tetapi, tidak ada ibu yang membeci putranya karena hal itu; ia tidak akan memungkiri putranya. Mungkin ada laki-laki yang membenci ibunya, tetapi tidak ada ibu yang membenci anak laki-lakinya. Seorang ibu akan selalu mengharapkan kesejahteraan putranya. Seandainya pun mereka sampai pergi ke pengadilan karena perselisihan, sang ibu akan selalu berkata, “Ini anak laki-laki saya dan saya ibunya.” Mereka tidak dapat menyebutkan satu sama lain dengan cara atau sebutan lain.

Seorang ibu akan berusaha sekuat tenaga demi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan anak-anaknya. Dewasa ini orang-orang menghadapi kesulitan yang sangat besar karena mengabaikan kasih ibu mereka. Bila engkau dapat memperoleh kasih ibumu, engkau dapat memperoleh kasih semua orang lain. Kasih ibumu akan selalu meyertaimu, selalu menjaga dan membibingmu dalam segala usaha yang kau lakukan. Sayangnya kini orang-orang tidak menyadari kebenaran ini. Mereka berpikir, “Cukuplah wanita tua itu diberi sedikit makan.” Pandangan mereka begitu sempit dan mementingkan diri! Merupakan kesalahan besarlah bila orang beranggapan bahwa tanggung jawabnya selesai dengan menyediakan makanan bagi ibunya. Seorang ibu harus selalu sangat dihormati dan dilayani dengan kasih sayang serta bakti. Harus diusahakan agar ia merasa bahagia dan senang.

Pundarika sangat berbakti kepada Pandurangga (Sri Krishna). Ia berangapan bahwa pelayanan kepada orang tualah yang paling penting. Pada suatu hari ia melayani orang tuanya dengan mengurut kaki mereka. Untuk menguji kasihnya kepada orang tuanya. Pandurangga menampakkan diri dihadapannya. Akan tetapi, Pundarika tidak mau di alihkan perhatiannya. Ia terus melayani orang tuanya. Pandurangga bertanya kepadanya, “Anakku terkasih! Aku telah datang untuk memberikan darshan-Ku kepadamu, tetapi engkau tidak menoleh kearah-Ku. Siapa yang kau layani dengan bakti yang demikian terpusat?” Pundarika menjawab bahwa ia sedang melayani orang tuanya. Kemudian Pandurangga bertanya, “Tidakkah Tuhan lebih besar dari orang tua? Tidak maukah engkau mendapatkan darshan-ku sedetik saja?” Akan tetapi Pundarika tidak teralih perhatiannya. Ia menjawab, “Saya mengangap orang tua saya sebagai perwujudan Tuhan yang hidup. Saya tidak bisa menerima darshan Paduka sebelum membuat orang tua saya tertidur. Bila paduka ingin memberikan darshan kepada saya, berdirilah di batu bata ini sampai pekerjaan saya selesai.” Sambil berkata demikian ia mendorong sebuah batu bata ke arah Pandurangga.

Pandurangga kemudian memuji kasih dan bakti Pundarika kepada orang tuanya dan menyatakan, “Dunia akan selalu aman dan sejahtera bila semua orang tua memupuk kasih dan bhakti seperti itu kepada orang tua mereka. Semoga para putra yang mulia seperti engkau mempunyai banyak keturunan di dunia ini!” Gagasan luhur dan mulia tentang pengorbanan dan ketidakterikatan terus meningkat dalam diri Pundarika. Ia melewatkan waktunya dengan bahagia melayani orang tuanya dan memperoleh kasih mereka.

Kaum Ibu Zaman Dahalu Mambantu Meningkatkan Nilai-nilai Kemanusiaan dalam Diri Anak-anak Mereka

Zaman dahulu banyak ibu yang ideal di negeri Bhaarat ini. Mereka merenungkan Tuhan dan melantunkan nama suci Beliau dengan tiada putusnya. Mereka mengucapkan mantra seperti, “Om Namo Narayanaya,” sebelum makan. Mereka tidak pernah makan tanpa mengucapakan nama Tuhan. Mereka juga menanamkan kebiasaan yang luhur ini dalam diri anak-anak mereka. Demikianlah kaum ibu pada zaman dahulu merupakan ibu yang ideal. Mereka bisa menanamkan nilai-nilai moral pada anak-anak mereka dan menempatkan anak-anak itu pada jalan yang benar. Di dunia dewasa ini tidak banyak ibu yang ideal semacam itu.

Kaum ibu zaman sekarang selalu berpikir, “Putraku harus mendpat nilai-nilai yang baik dan rangking tinggi dalam ujian. Ia harus meraih gelar yang tinggi dan mendapat pekerjaan dengan penghasilan puluhan juta rupiah. Hidupnya harus menanjak dan mencapai kedudukan yang tinggi.” Sebagian ibu modern berpikir seperti ini. Sedikit sekali ibu modern mengajar anak-anaknya, “Anakku sayang, berdoalah kepada Tuhan setiap hari. Jangan pernah melupakan Tuhan.” Itulah sebabnya negeri Bhaarat menghadapi berbagai kesulitan. Para leleuhur kita biasa berdoa setiap hari mereka melantunkan “Raama! Krishna! Govinda!” mereka mengucapkan nama Tuhan dengan tiada putusnya. Namun semuanya sudah berubah. Sekarang tidak ada yang merenungkan Tuhan seperti itu. Sebaliknya, aneka keinginan duniawi snagat meningkat.

Kebudayaan Bhaarat mengimbau orang-orang agar mengutip prinsip “Sathyam Vada,” artinya, ‘ucapkan kebenaran,’ dan “Darmam chara”, artinya ‘amalkan kebajikan’. Sayangnya kini tingkah laku orang-orang berlawanan dengan ideal yang mulia ini. Mereka menyimpangkan ideal ini menjadi “Sathyam vadha,” ‘binasakan kebenaran’, dan “dharman chera,” ‘penjarakan kebajikan’.

Suatu kali Iishwaramma menemui Aku dan memohon, “Swami! Banyak ibu yang miskin datang kesini bersama anak-anak mereka. Mereka tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Mohon berkatilah mereka.” Kemudian Kubantu mereka dengan sepatutnya dan dengan demikian keinginan Iishwaramma Kupenuhi. Pada kesempatan lain ia menemui Aku dan menyatakan kesedihannya, “Swami anak-anak kecil berumur lima tahun setiap hari harus berjalan bolak-balik ke Bukkapatnam untuk pergi kesekolah. Bagaimana mereka bisa belajar setelah berjalan begitu jauh setiap hari?” Kemudian Kupanggil orang tua mereka dan Kunasehati, “Anak-anak kecil ini bisa belajar lebih banyak dari ibu mereka dibandingkan dari para guru di sekolah. Pertama-tama ajarlah mereka apa saja yang kauketahui. Ajarkan kepada mereka setidak-tidaknya dua atau tiga aksara yang kauketahui.”

Kemudian Kudirikan sebuah sekolah di Puttaparthi dan Kupenuhi keinginan Iishwaramma.

Walaupun kaum ibu pada masa itu tidak berpendidikan tinggi, mereka tidak pernah berhenti berdoa dan mengasihi Tuhan. Tidak ada gunanya membuang-buang waktumu dalam berbagai masalah duniawi. Jangan pernah mencoba meniru-niru orang lain. Berusahalah meningkatkan keyakinan pada kebenaran yang terungkap dari lubuk hatimu sendiri. Membenci kasta dan agama lain itu tidak baik. Tingkatkan keyakinan pada kepercayaanmu sendiri dan ikuti dengan tekun.

Suatu kali ketika Aku masih pelajar, ada beberapa pemimpin politik yang menemui Aku dan memohon, “Raju! Kami menegerti bahwa Anda bisa menulis puisi yang bagus. Kami bermagsud menyelegarakan pertemuan yang akan dihadiri banyak orang. Kami mohon Anda menulis nyanyian yang bagus sehingga dapat memberi inspirasi orang banyak” pada waktu itu Perang Dunia ke II sedang berkecamuk. Adolf Hitler dan pasukannya bergerak maju untuk menaklukan berbagai Negara di Eropa. Ia mencoba menyerbu Rusia. Pada waktu itu India masih di jajah Inggris. Dengan mempertimbangkan situasi ini, Aku menulis drama kecil. Dalam sandiwara itu Kutaruh sebuah boneka karet dalam ayunan dan Kuayun buaian itu perlahan-lahan sambil melantunkan nyanyian berikut ini.

“Jangan menangis anakku, jangan menangis. Bila engkau menangis, engkau tidak akan disebut putra Bhaarat yang gagah berani. Tidurlah anakku, tidurlah. Apakah engkau takut karena Hitler yang mengerikan telah menyerbu Rusia yang tak terkalahkan? Tidurlah anakku, tidurlah. Jangan menangis anakku, jangan menangis. Karena Tentara Merah maju di bawah pimpinan Stalin. Mereka akan menghabisi Hitler. Jadi, apa sebabnya engkau masih menangis? Apakah karena negeri ini tidak bersatu? Seluruh rakyat akan bersatu dan berjuang untuk meraih kemerdekaan.” Tidurlah anakku, tidurlah

(Puisi bahasa Telugu)


Kaum ibu pada masa itu biasa melantunkan lagu-lagu patriorik yang menimbulkan inpirasi seperti itu dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anaknya. Mereka berusaha membina karakter anak-anaknya dan berusaha membina karakter anak-anaknya dan menanamkan rasa cinta kepada tanah air. Mereka sama sekali tidak pernah mengatakan hal-hal yang tidak benar. Dengan selalu berbicara yang benar, mereka mendapatkan anak-anaknya pada jalan kebenaran.


Perwujudan Kasih!

Jika engkau ingin agar engkau dan anak-anakmu mencapai kemurnian dan kesucian, renungkan Tuhan dengan tiada putusnya. Bila orang tua menempuh jalan yang baik dan luhur, anak-anak mereka juga akan baik dan berbudi luhur. Dengan demikian, pertama-tama orang tua harus baik ahlaknya. Sayangnya kini orang tua tidak mampu memberi contoh kepada anak-anak mereka. Akibatnya, anak-anak mereka menempuh jalan yang tidak baik. Karena itu, orang tua harus menyucikan hidup mereka dengan merenungkan Tuhan. Akan tetapi, penduduk Bhaarat melupakan ajaran-ajaran suci ini. Kaum ibu zaman dahulu biasa memberikan berbagai pelajaran yang baik kepada anak-anak mereka dengan nyanyian seperti ini,

“Bangunlah dini hari pada waktu ayam berkokok. Madilah setelah membersihkan diri. Kenakan pakaian sopan. Makanlah sepatutnya dan secukupnya.”

(Nyanyian bahasa Telugu)


Akan tetapi, dewasa ini jangankan anak-anak, bahkan orang-orang dewasa pun tidak mengikuti peraturan kebersihan. Mereka bahkan tidak membersihkan gigi mereka dengan baik. Itulah sebabnya kita sendiri yang menyebabkan timbulnya segala macam penyakit. Untuk kebaikan dan keburukan, kita sendirilah yang bertanggung jawab. Bila kita meningkatkan perasaan-perasaan yang suci, kita akan diganjar dengan hasil yang baik. Agar perasaan-perasaan suci berakar dalam diri kita. Kita harus meningkatkan kebiasan yang baik.

Suatu kali pernah wabah penyakit seperti kolera dan sampar menjangkit di Puttaparthi. Sejumlah orang tewas karena penyakit-penyakit ini. Pada waktu itu anak-anak desa Kuingatkan bahwa penularan penyakit ini terjadi dengan meminum air tercemar dan makan-makanan yang tidak bersih. Karena itu, Kunasehati mereka agar berhati-hati dalam hal ini. Kuberi mereka petunjuk agar minum air yang bersih. Kuberitahu mereka, “Jangan makan terlalu banyak. Hindari makan yang tidak bersih. Makanlah hanya makanan yang bersih dan secukupnya saja. Tidak hanya itu, jagalah agar mulutmu selalu segar dan bersih. Sejumlah penyakit menjangkiti engkau karena mulut yang tidak bersih. Tidak baiklah makan apa saja dan segala sesuatu bila engkau merasa lapar. Makanlah hanya makanan yang sehat. Karunia Tuhan itu penting untuk kesehatan yang baik dan hidup bahagia. Karena itu, selalulah berdoa kepada Tuhan.”

Kebahagian hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mengingat Tuhan, tidak dengan cara lain. Kebahagian bukan hal yang dapat dicapai diluar, melainkan timbul dari lubuk hatimu sendiri. Agar sehat dan bahagia, kita harus terus menerus merenungkan Tuhan dan dengan demikian menyucikan waktu kita.

Pada zaman dahulu orang tua menempatkan anak-anak mereka pada jalan Tuhan dengan teladan perbuatan mereka. Kaum muda semacam itu merupakan sumber kekuatan bagi negeri Bhaarat. Sayangnya dewasa ini anak-anak tidak menaati orang tua mereka. Kaum muda modern menolak nasehat bijak dari orang tua mereka sebagai pembicaraan yang tidak waras. Namun, itu adalah perkataan yang benar dan suci yang diucapkan oleh orang tua dengan kemurnian hati mereka. Tuhan melimpahkan karunia-Nya kepada mereka yang berdoa dengan hati yang murni. Sejak zaman dahulu perempuan Bhaarat telah mempersembahkan doa semacam itu kepada Tuahan dan mereka ucapakan dengan penuh ketulusan bakti. Itulah sebabnya selama ini Bhaarat tetap menempati posisi yang mulia di dunia.



Sucikan Hidupmu dengan Terus Menerus Merenungkan Tuhan

Sejak awal fajar sibukan dirimu dalam berbagai kegiatan yang baik. Kemudian secara otomatis engkau akan membentuk berbagai kebiasaan yang baik. Sesunguhnya kini Negara membutuhkan kaum muda semacam itu. Siapakah yang disebut kaum muda? Pada umumnya orang-orang beranggapan bahwa pemuda dan pemudi berusia di atas 18 tahun adalah kaum muda. Ini tidak benar. Hanya orang orang dengan pikiran yang luhur dapat disebut kaum muda. Karena itu, engkau harus meningkatkan pikiran-pikiran yang luhur. Begitu bangun dari tidur, engkau harus langsung melantunkan nama Tuhan, “Raama! Krishna!! Govinda!” lalu sebelum pergi ke tempat tidur, engkau juga harus melantunkan nama Tuhan. Bila engkau melantunkan nama Tuhan, engkau akan selalu mempunyai pikiran yang baik. Sayangnya, dewasa ini orang-orang sama sekali lupa melantunkan nama Tuhan. Mereka mengira bahwa mereka berpendidikan tinggi dan mempunyai gelar yang tinggi. Akan tetapi, gelar-gelar itu tidak akan membuat mereka menempuh jalan yang benar.

Pendidikan yang tidak memupuk penyelidikan batin, sama sekali bukan pendidikan. Pendidikan semacam itu hanya akan menimbulakan kegelisahan dan pergolakan! Sekedar membaca buku bukanlah pendidikan. Membaca buku-buku hanya akan memberimu pengetahuan dari buku. Itu adalah pengetahuan buatan. Pengetahuan sejati timbul dari lubuk hati. Bila pemuda dan pemudi menyadari dan menyebarluaskan kebenaran ini, negara akan maju dalam segala bidang.


Perwujudan kasih!

Engkau tidak perlu membaca berjilid-jilid buku yang tebal. Bahkan sebuah buku yang kecil sudah cukup baik bila dapat membantu merenungkan nama Tuhan. Jangan merasa puas dengan memperoleh pengetahuan dari buku belaka. Pengetahuan semacam itu hanya pengetahuan yang dangkal. Yang kau perlukan sebenarnya adalah pengetahuan diri sejati. Berusahalah sekuat tenaga untuk mendapatkan pengetahuan semacam itu. Pengetahuan diri sejati timbul dari lubuk hatimu; tidak dapat diperoleh dari luar. Bukankah merupakan fakta bahwa semakin engkau mengali tepian sungai, semakin banyak air yang timbul dari pasir? Demikian pula, semakin engkau meleyapkan pikiran-pikiran yang buruk, akan semakin banyak pengetahuan dan pikiran suci yang timbul dari dalam hatimu.

Kemurnian, kematapan, kebijaksanaan, dan sifat-sifat mulia lainnya ada didalam hatimu. Yang pertama dan terpenting, pupuklah pikiran-pikiran yang suci. Jangan menghiraukan apa yang dikatakan orang lain tentang dirimu. Jangan kau tinggalakan jalan suci yang kau tempuh hanya karena ada yang berkomentar secara negatif.

Kaum ibu zaman dahulu memberikan ajaran-ajaran yang suci semacam itu kepada anak-anak mereka. Itulah sebabnya anak-anak pada masa itu, terutama di negara bagian Punjab yang suci, terus menerus merenungkan Tuhan. Karena pikiran suci anak negeri itu, Punjab menjadi sangat suci. Meskipun demikian, bukan negara bagian atau kawasannya yang penting. Yang penting yaitu pikiran dan perasaan orang –orang harus dipusatkan kepada Tuahan.

Banyak orang bertanya, “Di manakah Tuhan?” Kukatakan kepada mereka, “Anak-anak-Ku sayang! Aku Tuhan, engkau juga Tuhan." ini kebenaran. Mengapa kita harus takut mengucpakan kebenaran? Tuhan bersemayam dalam hati setiap mahluk. Semua adalah perwujudan Tuhan. Ada Tuhan dalam setiap manusia. Jika tidak demikian, kita tidak aka ada di dunia ini. Hanya karena kepercayaan kepada Tuhanlah, maka manusia masih ada di dunia hingga hari ini.

Suatu kali disebuah desa tinggallah sepasang suami istri. Sang istri selalu melantunkan nama suci Rama, Krishna, Govinda, dengan tiada putusnya dan menyanyikan kemulian-Nya. Meskipun demikian, tampaknya sang suami tidak melakukan pemujaan apa-apa. Sang itri merasa sedih karena suaminya tidak mengucapkan nama Tuhan satu kali pun dalam sehari. Suatu malam sang suami tidak bisa tidur. Ia berguling ke kanan dan ke kiri dengan gelisah di pembaringan. Dalam keadaan resah seperti ini, secara tidak sengaja ia mengucapkan, “Raama!” sang itri senang sekali mendengar suaminya mengucapkan nama Tuhan. Keesokan harinya begitu bangun dari tempat tidur, ia mengumpulkan seluruh persediaan beras yang ada di rumah, memasaknya, dan memberi makan orang-orang miskin dengan sangat gembira. Suaminya bertanya “Ada apa ini? Hari ini engkau masak dan memberi makan orang-orang miskin. Ada perayaan khusus apa?” sang istri menjawab, “Tadi malam kudengar engkau mengucapkan nama suci Raama. Aku senang sekali mendengarnya. Karena itu, kuselengarakan perayaan ini.” Mendengar jawaban istrinya, sang suami merasa sedih karena nama Raama yang disimpan dalam-dalam di lubuk hatinya ternyata keluar. “Apakah Raama telah keluar dari hatiku hari ini?” ia merasa cemas. Banyak orang yang tidak memperlihatkan kasih dan bakti mereka kepada Tuhan. Mereka menyimpan baktinya di dalam hati. Meskipun demikian, pada suatu hari, hal itu akan terungkap dengan sendirinya.


Perwujudan Kasih!

Renungkan nama Tuhan apa pun, agama, kasta, kepercayaan, siapapun engkau. Pilihlah nama Tuhan yang kau sukai dan ucapkan dengan tida putusnya (didalam hati). Ibu Raamakrishna Paramahamsa menanamkan berbagai keutamaan yang luhur dalam dirinya dan membinannya menjadi orang yang sangat bijak dan penuh bakti. Kini semua ibu harus mengikuti teladanya dan berusaha sedapat mungkin menempatkan anak-anaknya pada jalan yang benar. Bila engkau terus menerus merenungkan Tuhan dan melantunkan namaNya, pikiran dan perasaanmu akan murni. Jangan pernah melupakan nama Tuhan. Mengingat nama Tuhan dengan tiada putusnya akan menyucikan hidupmu. Karena itu renungkan nama Tuhan dengan tiada putusnya.

Bhagawan menutup dharma wacana dengan kidung suci “Raama, Raama, Raama, Siitaa….”


Dari Wacana Bhagawan pada hari Iishwaramma di pendapa Sai Sruthi Kodaikanal Tamil Nadu, 6 Mei 2005

Alih Bahasa : Retno S. Buntoro, M.Th