PENCERAHAN GOKAK

Wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 23 Juni 2005

PAHAMILAH PRINSIP KEBENARAN YANG MENDASAR


Wakil rektor dan mantan wakil rektor telah menuturkan pengalaman mereka. Bila individu (vyasti) mengidentifikasikan diri dengan komunitas/masyarakat (samasthi), ia menyadari (bahwa kenyataan diri sejatinya adalah) Tuhan (Paramesthi). Sulit sekali memahami Tuhan yang melampaui kesadaran individu dan komunitas. Akan ada keselarasan antara individu dan komunitas bila manusia memupuk ketenanagan dan keseimbangan batin.



Ketahuilah Apa yang Benar dan Abadi

Engkau harus menyadari bahwa komunitas adalah dasar segala sesuatu. Orang-orang tidak mampu memahami apa yang dimagsud dengan aku dan engkau. “Di mana engkau belajar?” Dalam kedua kalimat ini ada dua indentitas yang berbeda dari prinsip kominitas (samasthi) yang sama. Sejauh ini tidak banyak orang-orang yang memahami prinsip samasthi. Namun, didalamnya terkandung prinsip ketuhanan (Parmesthi) yang bersifat adikodrati. Meskipun demikian, prinsip ketuhanan yang bersifat adikodrati ini jauh dan sulit dimegerti.

Gokak kita (Prof. Vinayak Krishna Gokak, wkil rektor pertama di Sri Sathya Sai Institute of Higher Learning) juga mendapati dirinya dalam situasi semacam itu. Ia banyak sekali membaca buku yang tebal-tebal. Ia megetahui berbagai jawaban pertanyaan yang sulit. Akan tetapi, ia tidak dapat memahami apa yang benar dan kekal. Demikian pula, ia tidak mengetahui perbedaan antara atma ‘diri sejati’ dengan anaatma ‘yang bukan diri sejati’ sesunguhnya anaatma itu tidak ada. Hanya atma yang ada dimana-mana.

Setelah beberapa waktu Gokak menyadari kebenaran ini dan memahaminya dengan jelas. Pada waktu itu ia Kubantu. Manusia membutuhkan berbagai jenis pertoloangan untuk mendapatkan kejernihan (dalam pengertian dan penghayatan atma). Pertolongan ini akan membuat seorang bakta sejati mendapat banyak kekuatan yang langgeng. Pertolongan ini benar dan abadi. Bila perlu engkau terus menerus menyelidiki apa yang benar dan kekal, maka lambat laun tabir maya akan terungkap.

Setelah beberapa waktu Gokak menjadi dekat dengan Aku. Segala keraguannya lenyap dan ia berpegang pada prinsip ketuhanan yang tidak berwujud, benar, abadi, murni, dan tidak bercela. Tidak mungkin semua orang dapat memahami prinsip ketuhanan ini. Prinsip kesunyataan ini ada didalam dirimu, diriKu, dan dalam diri setiap mahluk secara sama. Orang yang menerima kebenaran (spiritual) ini sebagi dasar, tidak akan pernah menjadi goyah. Segala sesuatu mungkin berubah, tetapi kebenaran (spiritual) ini tidak akan berubah.


Miliki Keyakinan yang Mantap

Prinsip karma sulit dipahami. Suatu jenis karma mungkin menimbulkan segala keraguan dalam dirimu. Akan tetapi, jenis karma yang lain akan melenyapkan segala keraguanmu dan membawamu menuju kesadaran kemanunggalan. Gokak menyadari kebanaran ini dan tidak memiliki keraguan lagi.

Bila engkau mencapai keadaan tanpa ragu, engkau menyadari kesunyataan. Inilah jalan yang mudah untuk mencapai moksa. Apakah makna moksa yang sebenarnya? Moha kshya ‘dilenyapkannya kemelekatan’ adalah moksa ‘kebebasan’ (dari lingkaran kelahiran dan kematian). Selama manusia masih memiliki kelekatan, ia tidak dapat memikirkan kebebasan. Karena itu, pertama-tama engkau harus berusaha keras mencapai ketidak terikatan (pada segala hal yang bersifat duniawi)

Gokak berpegang teguh pada prinsip kesunyataan (kebenaran spiritual). Suatu hari ia datang menemui Aku dan bertanya, “Swami! Sayakah yang mengetahui, atau hati nuranikah yang mengetahui?” Kukatakan kepadanya, “Di antara hati nurani dan kesadaran, ada sesuatu yang lain. Itulah maya. “Mayalah yang menyebabkan timbulnya segala pikiran dan pandangan yang tidak berdasar pada kenyataan (delusi). Jangan menjadi korban maya. Bila maya kau singkirkan, maka kebenaran akan terungkap dari dalam dirimu. Kebenaran macam apa?Kebenaran tidak dapat didengarkan atau dilihat walaupun tampaknya dapat dilihat dan didengarkan. Kebenaran melampaui keduanya. Segala hal yang dilihat atau didengarkan tidak dapat dihayati oleh hati. Bila engkau melampaui indra, engkau akan melihat terbitnya kesadaran (kesunyataan). Kebenaran (spiritual atau kesuyataan) ini adalah hal yang dekat dengan kesadaran.

Pagi berikutnya Gokak menemui Aku lagi dan berkata, “Keraguan apa yang kemarin ada dalam diri saya, sekarang sudah lenyap. Tetapi saya dapati sulitlah mengetahui asal mula keraguan. “Kemudian Kukatakan kepadanya, “Ambilah kelelawar sebagi contoh. Binatang ini bergerak seperti burung, dan mencari makan seperti burung. Tetapi, berlawanan dengan sifat burung, mereka bergelantung dicabang pepohonan dengan kepala dibawah. Mungkin engkau bibang memikirkan apakah mereka unggas atau hewan?keraguan datiag pada manusia dengan cara seperti itu. Pada suatu waktu kelak segala keraguan ini tidak akan timbul lagi. Ini bukan hal yang berkaitan dengan Aku dan orang-orang lain; ini berkaaitan dengan engkau dan Aku”.

Individu (vyashti) membentuk masyarakat (samasthi), dalam analisis final, masyarakat merupakan perluasan individu, masyarakat dan Tuhan dapat mengetahui kebenaran. Inilah yang akhirnya dipahami oleh Gokak. Setiap orang harus memahami kebenaran ini.

Banyak orang menempuh hidupnya untuk bersenang-senang, tetapi (kehidupan di dunia ini) bukan kenyataan yang sejati. Kita hanya dapat memahami kesunyataan yang sejati bila melampaui keduniawian. Perbuhan total tidak dapat timbul mendadak. Gokak memahami benar-benar kebenaran ini. Karena itu, ia berpegang teguh pada prinsip kebanenaran fundamental ini. Akhirnya ia melupakan segala hal lainnya.

Timbul Penghayatan Kebenaran dan Kebahagian Jiwa

Pada waktu itu Gokak sedang memplajari Savatri (suatu epik dalam bentuk puisi yang ditulis oleh Sri Aurobindo). Segenap pemikiran batinya terpusat pada Savitri*. Dalam setiap manusia ada pemikiran batin yang tidak terlihat. Bila engkau melakukan saadhana secara konsisten, pada suatu hari kelak kebanaran akan terungkap secara tiba-tiba. Waktu itu Guru Purnima sudah mendekat Gokak berkata, “Swami, saya dapat melihat terang datang mendekati saya dijalan yang saya tempuh.” Setelah mengatakan ini, ia memejamkan mata. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku datang kedekatnya dan meyentuh kepalanya. Kukatakan kepadanya, “Sayangku, sekarang pulanglah, minum secangkir kopi, lalu datang lagi.” Namun ia tidak berkata apa-apa. Ia telah melampaui kesadaran dualitas. Ia pulang, berdoa kepada Savitri (prinsip fundamental), lalu datang lagi. Akhirnya ia dapat memperoleh segala jawaban dari Savitri. Sejak saat itu ia mulai merenungkan Savitri. Ia bisa datang menemui aku pada pagi dan sore hari. Pada suatu hari ketika datang menemui Aku, ia tersenyum simpul. Aku bertanya kepadanya, “Tampaknya engkau sangat bahagia, apa sebabnya?” “Swami, kebahagian jiwa ini adalah karunia Swami. Tidak datang dari saya,” jawabnya.


Nityaanandam, parama sukhadam,kevala jnaanamuurtim, dvandvaatiitam, gagana sadrisham, tattvamasyaadi lakshyam, ekam, nityam, vimalam, achalam, sarvadhii saakshiibhuutam, bhaavaatiitam, trigunarahitam

Artinya;
‘Tuhan adalah perwujudan kebahagian abadi, Beliau adalah kebijaksanaan mutlak, Yang Maha Esa tiada duanya, melampaui sifat-sifat yang bertentangan, mahaluas dan meliputi segala sesuatu bagaikan angkasa, tujuan yang ditunjukkan oleh peryataan agung Tat-tvam-asi ‘Itulah engkau’ (yang dimagsud dengan “Itu” adalah Tuhan Yang Mahabesar dan tidak terlukiskan), yang abadi, murni, tidak berubah,saksi segala fungsi akal budi.’



Tentang Penghayatan Pencerahan

Kuberitahukan Gokak agar tetap berada dalam keadaan itu untuk selama-lamanya. Keesokan paginya, ia datang lagi dan berkata, “Swami, selama ini saya berada dalam keadaan yang sama.” Ia berkata bahwa ia bahkan tidak memikirkan dari mana asal keadaan yang penuh kebahagiaan ini. Karena tahu benar bahwa ia tidak boleh banyak berbicara pada waktu itu. Kuberitahu dia agar pulang dan datang lagi pada lain kesempatan. Ia pergi. Pagi berikutnya ia datang lagi pada saat Brahmamuhurtha. Ia mengetuk pintu kamar-Ku tiga kali. Tetapi Kuk etuk enam kali. Ia memahami maknanya lalu meninggalkan tempat itu dengan diam. Setelah ini, tidak adalagi peluang untuk Tanya jawab. Selanjutnya ia tidak mengajukan pertanyaan lagi. Ia terus merenungkan Savitri. Akhirnya ia mencapai tingkat kesadaran non-dualitas.

Pada suatu hari ketika ia bermeditasi dengan mata terpejam, dua kali kepalanya Ku-tampar dengan keras. Kemudian ia mulai menghayati pencerahan. Sementara pencerahn batin timbul dalam dirinya, ia kehilangan minat pada segala urusan duniawi. Ia tetap berada dalam kedaan itu.

Pada kesempatan lain Ku-beritahu ia agar memejamkan mata. Ia melakukannya. Sementara matanya terpejam, Ku tekan titik ditengah kedua alisnya (bhrumadhya) dengan ibu jari-Ku. Seketika itu juga lenyap segala keraguan. Ia berkata, “Swami, saya satu, Tuhan itu satu, kasih itu satu. Saya tidak memerlukan apapun juga yang lainnya.” Kuberitahu ia agar pulang dan kembali lagi keesokan paginya. Gokak adalah orang yang tepat waktu dan selalu datang pada waktu yang benar. Sementara ia datang berulang-ulang seperti ini, ia mendapat penampakan Savitri. Sekali-sekali ia dapat melihat Savitri dengan pandangan batinnya, tetapi tidak terus menerus. Ia mengangap Savitri sebagai prinsip fundamental. Ia berpegang teguh pada prinsip ini. Dengan cara ini, ia dapat mencapai penghayatan Tuhan.

Sementar engkau terus menempuh jalan saadhana, kesaktian-kesaktian tertentu akan muncul dalam dirimu. Hal ini jangan kaupentingkan. Bila engkau memahami prinsip fundamental, engkau akan memperoleh segalanya. Prinsip fundamental itu satu, bukan dua. Segala hal lainya tidak benar ibarat awan yang berlalu. Gokak melupakan segala hal yang lainnya. Ia hanya memusatkan pikirannya pada prinsip fundamental.

Suatu hari ketika Aku sedang berda di Kodaikanal. Ia mengirim telegram yang panjang kepad-Ku. Kemudian Ku balas telegram itu dengan pesan, “Aku tahu ini benar. Jangan mengubah pikiranmu.” Sejak itu, tidak adal agi surat menyurat diantara kami. Meskipun demikian, ia pernah meminta agar istrinya menulis surat kepada-Ku. Istrinya bernama Sharadaammaa. Ia juga seorang yang sangat bijaksana. Ia biasa menulis sedemikian rupa sehingga dua kata yang ditulisnya akan mengandung empat makna yang berbeda. Sejak itu, hanya pertalian atma yang ada diatara kami. Ia mencapai keheningan mutlak. Ia tidak menyetuh buku apapun atau mengajukan pertnyaan apa saja. Ia juga tidak menulis sepucuk surat pun. Yang dikatakan hanyalah, “Swami! Segala jawaban Swami telah menyentuh hati saya.” Kemudian Ku katakana kepadanya, “Kita berdua memahami pertalian yang ada diatara kita. Janganlah engkau mencemaskan apa pun.” Setelah itu, tidak adalagi pertalian diatara kami pada tingkat fisik. Bersma dengan itu, pertalian kami pada taraf spiritual makin mendalam. Sebelum meninggalkan raganya, Gokak menulis sebagai berikut, “Aku telah mencpai Engkau”

Dari wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, 23 Juni 2005



Penjelasan:
*Dalam kisah Saviirtii melambangkan kekuatan surya yang memberi kehidupan. Sedangkan Sathyavan (yang hidup lagi dengan pertolongan Saviitrii) melambangkan kebenaran abadi yang terperdaya dan mengira dirinya sebagai manusia yang jangka hidupnya terbatas. Khayal atau selubung maya ini dilenyapkan dengan pertolongan Saviitrii. Kisah ini melambangkan jiwa yang abadi, tetapi tidak menyadari jati dirinya, dan mengira dirinya adalah manusia yang fana. Saviitrii meleyapkan khayal maya dan pembatasan ini.

Alih bahasa: T. Retno Buntoro, Mth