MAHASHIVARAATRI 2007 (Sore)

Wacana Bhagawan pada perayaan Shivaraatri, 16 – 2 – 2007.

TEMPUH JALAN KEBENARAN
DENGAN TERUS MENERUS MERENUNGKAN TUHAN


Ciptaan timbul dari kebenaran dan lebur dalam kebenaran. Di alam semesta ini adalah tempat tanpa kebenaran? ( Dengan pandangan batinmu ) berusahalah melihat kebenaran yang murni dan tak bernoda ini.

( Puisi bahasa Telugu ).


Kebenaran meliputi segala sesuatu. Kebenaran ada di segala tempat. Kita menyaksikan kebenaran di mana-mana. Sesungguhnya seluruh darshan ‘melihat orang suci atau Avatar’, sparshan ‘menyentuh ( kaki ) orang suci atau Avatar’, dan sambhashan ‘bercakap-cakap dengan orang suci atau Avatar’ yang kita alami berkaitan dengan kebenaran!

Di manakah kesadaran murni ( shuddha sattvam )? Kesadaran murni ada di mana-mana. Kebenaran itu tidak berwujud. Apa pun yag kita lihat ( pada hakikatnya ) adalah kebenaran! ( Swami menciptakan suatu benda ). Ini adalah kebenaran. Dari mana asalnya? Ini berasal dari kebenaran dan akan lebur dalam kebenaran.

Ada dikatakan, “Sarvam khalvidam Brahma,” artinya ‘Sesungguhnya semua ini adalah Brahman ( kesadaran semesta, keterangan penerjemah. ) Kebenaran adalah perwujudan Brahman. Kebenaran itu tidak terbagi. Kebenaran itu bukannya dua, melainkan hanya satu. Namun, manusia harus berdaya upaya untuk menyadari kebenaran ini. Kebenaran itu bukan sekadar perkataan. Kebenaran mengambil sejumlah wujud. Demikian pula, Brahman ( kesadaran semesta ) mengambil aneka wujud yang tak terhingga jumlahnya. Namun, Brahman hanya satu. Itulah sebabnya mengapa dikatakan, “Brahma satyam jagan mithyaa,” artinya, ‘Hanya Brahmanlah yang nyata, ( apa yang tampak sebagai ) dunia ini adalah persepsi yang keliru’. Segala sesuatu lainnya adalah cerminan Brahman, lain tidak.

Kebenaran itu satu, tetapi kaum bijak mengatakannya dengan berbagai cara. Segala sesuatu di dunia ini timbul dari kebenaran. Dharma ‘kebajikan’ telah timbul dari satya ‘kebenaran’. Ada dikatakan, “Satyaannaasti paro dharmah,” artinya, ‘Tiada darma yang lebih tinggi daripada mengikuti kebenaran’. Bila kebenaran dan kebajikan berjalan seiring, hasilnya adalah kedamaian. Dari kedamaian timbul kasih. Kasih ini meliputi semuanya.

Di dunia ini tiada tempat tanpa kasih. Demikian pula di dunia ini tiada tempat tanpa kebenaran. Dengan demikian dari kebenaran dan kebajikan timbul kedamaian, dan dari kedamaian timbul kasih. Akhirnya dari kasih timbullah kebahagiaan jiwa. Di mana kasih berada, di situ tiada peluang untuk kebencian. Tepatnya di tempat semacam itu dimulailah ahimsa ‘tanpa kekerasan’. Karena itu, bila engkau ingin membantu mengembangkan ahimsa, engkau harus meningkatkan kasih.

Jika saja ada kasih, semua akan bersatu. Bhagawad Gita menyatakan, “Mamaivaamsho jiivalookee, jiivabhuutah sanaatanah,” ‘Atma yang abadi dalam segala makhluk adalah bagian dari diri-Ku’. ( Bhagawad Gita, 15 : 7 ). Pernyataan ini berarti, “Semua adalah bagian dari diri-Ku ( amsa ). Engkau tidak berbeda dari Aku. Engkau adalah cerminan-Ku sendiri! Engkau adalah Aku dan Aku adalah engkau.”

Nama dan wujud mungkin berlainan, tetapi atma yang ada dalam setiap makhluk itu sama. Setiap tubuh mempunyai nama yang berbeda. Nama-nama ini diberikan untuk identifikasi. Namun, nama-nama tersebut tidak mencerminkan dirimu yang sejati. Atma yang samalah yang ada dalam segala makhluk. Karena itu, kasihilah atma tersebut. Itu sama saja dengan mengasihi dirimu sendiri.

Sekarang di dunia ini cinta kasih telah mengambil aneka nama dan wujud yang berbeda. Cinta antara suami dan istri disebut anuraga. Demikian pula kasih seorang ibu kepada anak-anaknya disebut vatsalya. Semua ini hanya perasaan mental! Namun, kasih yang meliputi semua individu hanya satu. Dengan kasih yang bersifat universal seperti itu, semua dapat dipersatukan. Sama sekali tidak akan ada peluang untuk pertikaian. Tidak akan ada dualitas ( perasaan diri sebagai eksistensi yang terpisah ), semuanya adalah satu.

Orang yang merasa dirinya sebagai eksistensi yang berbeda sebetulnya setengah buta. Kita tidak buta, bukan? Kita mempunyai dua mata dan bersama-sama mereka hanya melihat satu benda. Karena itu, kita semua satu. Bila kita meningkatkan perasaan bahwa semua manusia adalah saudara dengan Tuhan sebagai Bapak semuanya, maka perselisihan, perkelahian, kerusuhan, dan pergolakan di dunia ini akan lenyap. Semua adalah anak-anak ayah yang sama yaitu Tuhan! Kini kita harus memupuk perasaan yang luhur seperti itu. Hanya dengan demikianlah umat manusia akan bersatu.

Bagaimana engkau menyebut dirimu sendiri? Engkau berkata, “Saya seorang manusia.” Siapakah manusia? Apakah seseorang yang penuh keinginan ( kaama ) dan kemarahan ( krodha )? Tidak, tidak. Arti kata maanava yang sesungguhnya yaitu ‘orang yang menempuh hidupnya tanpa rasa berbeda ( dari eksistensi lain )’. Sesungguhnya janganlah kita membiarkan adanya rasa berbeda dalam diri kita. Kita semua adalah perwujudan diri sejati yang bersifat ketuhanan. Sesungguhnya kita semua adalah anak-anak dengan ayah yang sama!

Nama dan wujud tampak berlainan. Namun, janganlah kita memupuk rasa berbeda berdasarkan aneka nama dan wujud ini. Ke mana pun kita pergi, kita semua harus bersatu. Bukankah kenyataannya tangan itu hanya satu walaupun kelima jari satu sama lain berbeda?

Ada banyak perhiasan, tetapi emas itu satu. Ada banyak sapi, tetapi air susu itu satu. Ada banyak makhluk, tetapi napas itu satu. Ada banyak kasta, tetapi umat manusia itu satu.

( Puisi bahasa Telugu ).


Kita telah lahir sebagai manusia. Kita semua adalah manusia. Sebagai manusia mungkin kemampuan kita berbeda-beda, tetapi atma dalam semua manusia itu hanya satu.

Lihat! Ada sejumlah bola lampu menyala di sini. Walaupun bola lampu ini kelihatan berlainan, arus listrik yang mengalir di dalamnya hanya satu. Badan manusia dapat diibaratkan dengan bola lampu ini. Setiap bola lampu mungkin berlainan kapasitas wattnya. Aku selalu senang mengulang-ulang topik kemenunggalan sampai kalian memahaminya.

Baru-baru ini Aku sudah menerima ratusan ribu surat yang memohon dengan sangat mendesak agar Aku tidak mengeluarkan linggam dari tubuh-Ku. Mereka meminta, “Swami! Swami membuat aatmalingga timbul dari tubuh Swami. Para dokter juga menasihati agar Swami jangan melakukan hal itu. Tentu saja Swami hendak menimbulkan lingga untuk membuat manusia menyadari kebenaran dan menghayati kecemerlangannya yang suci. Hiranyagarbha linggam di tubuh Swami berada dalam bentuk cair. Untuk membuatnya menjadi keras, diperlukan banyak energi. Untuk mengeluarkan lingga itu, tubuh harus mengerahkan banyak kekuatan. Setiap lingga yang timbul dari tubuh Swami sangat berat. Tidak baik bila badan jasmani Swami mengerahkan demikian banyak energi untuk mengeluarkan lingga-lingga tersebut. Biarlah mereka yang percaya pada keavataran Swami, tetap percaya; janganlah Swami memprihatinkan mereka yang tidak percaya. Mohon jangan memaksakan badan jasmani Swami dalam keadaan apa pun. Badan Swami penting sekali bagi kami. Sesungguhnya kami ini berlindung kepada Swami. Bila Swami membuat badan Swami lemah seperti itu, kami sangat khawatir. Karena itu, mohon Swami menahan diri ( tidak menimbulkan linggam ), dan hematlah energi fisik Swami. Tuhan dapat mencapai apa saja dengan kehendak-Nya. Ia dapat mengubah bumi menjadi langit dan langit menjadi bumi. Itu sangat mudah bagi Tuhan. Akan tetapi, apa gunanya? Kemudian, apa yang akan terjadi dengan para saadhaka? Karena itu, mohon jangan menggunakan energi suci Swami yang sangat berharga untuk membuat orang-orang senang atau untuk memuaskan hati mereka.”

Memang benar, badan ini sudah berusia 81 tahun. Ini akan bertahan beberapa tahun lagi. Aku harus memelihara badan ini untuk memberikan kegembiraan kepada kalian semua dengan berbagai cara. Tidak lama lagi Aku akan memberikan kebahagiaan yang tak terbatas kepada kalian. Mereka yang senang melihat badan jasmani-Ku berada dalam keadaan baik, menganggap badan-Ku penting dan perlu. Karena itu, Aku juga wajib menjaga badan jasmani-Ku dengan baik.
Di Bhaarat ‘India’, bakti sangat penting. Kalian menyebut negeri ini sebagai negara Hindu. Kelima huruf dalam kata Hindu mewakili beberapa entitas lima serangkai seperti misalnya pancabhuuta ‘lima unsur alam ( tanah, air, api, udara, eter ), pancapraana1) ‘lima prana’, dan pancakosha 2) ‘lima selubung kehidupan’. Lalu, apakah makna yang terkandung dalam kata “Hindu” ini? Huruf H berarti Humility ‘kerendahan hati’. Huruf I berarti Individuality ‘mempunyai kepribadian’. Huruf N berarti Nationality ‘mempunyai semangat kebangsaan’. Huruf D berarti Divinity ‘ketuhanan’, dan huruf U berarti Unity ‘mempunyai rasa persatuan’.

Hanya bila engkau memelihara persatuan, maka engkau dapat mencapai ketuhanan. Demikian pula, hanya bila engkau memupuk sifat-sifat ketuhanan, maka engkau dapat mencapai kedamaian dan kebahagiaan.

Kita harus menjaga rasa kebangsaan. Kita harus meningkatkan keyakinan pada kesatuan bangsa. Bila kita kehilangan rasa kebangsaan, kita tidak eksis lagi. Apa yang melindungi rasa kebangsaan? Kepribadian akan menopang kemanusiaan.

Kita harus membatasi cita-cita dan harapan kita di dunia ini. Hanya dengan demikianlah hati kita bisa damai. Tuhan ada di mana-mana. Seluruh alam semesta timbul dari kebenaran. Segenap ciptaan mencerminkan kebersamaan. Ke mana pun engkau memandang, hanya ada kesetaraan.

Jangan beranggapan bahwa Tuhan berada sendirian di suatu tempat yang jauh. Kalian semua adalah perwujudan Tuhan. Kembangkan perasaan itu. Sesungguhnya kebenaran ini dialami secara langsung oleh setiap manusia. Coba renungkan sejenak sambil memejamkan mata, “Siapakah aku?” Apa yang kaulihat pada waktu memejamkan mata? Tidak ada. Akan tetapi, engkau mendengar satu pertanyaan yang terus menerus bergema di telingamu, “Siapakah aku? Siapakah aku?” Kemudian engkau akan sadar, “Aku bukan wujud ini.” Segala nama dan wujud itu bersifat sementara. Mereka tidak pernah langgeng.

Tubuh dianugerahkan kepadamu untuk bekerja keras. Jangan berkecil hati bila mengalami kesedihan dan kesulitan. Bila sama sekali tidak ada kesulitan, engkau tidak akan mengetahui nilai kebahagiaan. Kesenangan adalah interval di antara dua kepedihan. Sesungguhnya kita memperoleh kesenangan dari kepedihan. Bahkan kesulitan pun hanya sebentar. Bila engkau ingin memperoleh lebih banyak kebahagiaan, setidak-tidaknya engkau harus mengalami beberapa kesulitan dan kepedihan.
Santo Purandaradaasaa bernyanyi sebagai berikut. “Oh Raama! Siapakah yang mewarnai bulu merak? Siapa yang menganugerahkan paruh merah pada nuri hijau dan membuatnya indah? Siapa yang mengairi pepohonan di atas bukit? Siapa yang memberi makan katak di celah batu cadas? Engkaulah pemelihara seluruh alam semesta.

( Puisi bahasa Telugu ).

Tuhan adalah saksi langsung bagi sifat-sifat kemanusiaan. Karena itu, semoga Engkau melindungi semuanya. Semoga Engkau meliputi segala makhluk hidup. Sebagai atma, Engkau ada di mana-mana. Atma melindungi atma, tiada lainnya. Oh Tuhan! Semoga Engkau menganugerahi semuanya dengan pengetahuan untuk menyadari kebenaran ini.

( Puisi bahasa Telugu ).


Kita harus memupuk keyakinan pada prinsip atma. Atma ( kesadaran ) tidak mempunyai nama dan wujud apa pun. Akan tetapi, bila engkau meningkatkan keyakinanmu pada prinsip atma ( aatma tattva ), ini akan selalu melindungimu. Sesungguhnya atma adalah Tuhan yang hidup!

Sarvatah paani paadam. Tat sarvato-kshi-shiro-mukham. Sarvatah shruthi mal-loke Sarvam aavrtya tishthati.

Artinya,

‘Dengan tangan, kaki, mata, kepala, mulut, dan telinga ada di mana-mana, Tuhan meliputi seluruh alam semesta’.

( Bhagawad Gita, 13 : 14 ).

Prinsip atma yang meliputi segala makhluk hidup ini benar dan abadi. Atma ( kesadaran ) itu tidak dapat dibagi. Atma yang sama meliputi segala sesuatu, seperti arus listrik yang mengalir melalui semua bola lampu. Bila kabel yang membawa arus listrik ke semua bola lampu ini dipotong di suatu tempat, semua bola lampu tidak akan menyala lagi.


Para mahasiswa dan pelajar yang terkasih!

Kemajuan sains mendatangkan banyak kerusakan dan malapetaka di dunia. Berbagai kesulitan timbul akibat eksperimen ilmu pengetahuan. Di Amerika sapi-sapi betina diberi makan babat dan jeroan dengan harapan mereka akan menghasilkan lebih banyak susu. Akan tetapi, akibatnya sapi-sapi itu menderita berbagai penyakit lain. Bahkan mereka yang minum air susu sapi itu menjadi terpajan pada berbagai penyakit.

Setiap negara melakukan eksperimen dengan beberapa perubahan baru. Hanya para putra Bhaaratlah ( orang India atau mereka yang mengikuti darma abadi ) yang sampai sekarang tetap menempuh hidup mereka secara alamiah.

Janganlah engkau menempuh hidup yang tidak alamiah. Bila engkau menempuh hidup semacam itu, segala sesuatu dalam hidupmu akan menjadi tidak wajar. Misalnya saja mungkin engkau sudah mencermati berbagai perubahan pada sayur mayur yang kita makan dewasa ini. Orang India makan banyak sayuran hijau. Sayuran hijau ini menguatkan badan kita. Dewasa ini sayur mayur disirami dengan air tercemar yang diambil dari sistem pembuangan limbah. Kini semua sayur mayur dan dedaunan tercemar.

Banyak orang India terutama yang tinggal di negara bagian Selatan gemar makan kari terong. Ada puisi yang menyanjung rasa kari ini sebagai berikut.

Rasa kari terong tiada bandingnya. Wajah Siitaa yang berbudi luhur tiada padanannya, bagaikan bunga padma. Welas asih Shangkara ( Shiva ) tiada taranya. Keperkasaan Beliau ( Sri Raama ) yang menaklukkan penguasa Langka ( Raavana ) sungguh tiada tandingannya.

( Puisi bahasa Telugu ).


Namun, puisi ini tidak dapat diterapkan pada terong dewasa ini. Sayuran itu tercemar sepenuhnya. Karena polusi yang dari hari ke hari semakin meningkat ini, maka pikiran kita pun ikut tercemar.


Para mahasiswa dan pelajar yang terkasih!

Kalian mendapat pendidikan yang baik. Janganlah kalian membaca buku-buku picisan dan mengotori pikiran kalian. Ikuti kebudayaan kita yang mulia. Kebudayaan India itu amat suci. Nenek moyang kita menghayati keluhuran kebudayaan kita yang adi luhung dan menempuh hidup mereka dengan bahagia. Aku yakin dalam waktu yang sangat singkat, bahkan orang-orang dari mancanegara pun akan menyadari sepenuhnya keluhuran kebudayaan India dan akan menerimanya. Meskipun demikian, kita tidak perlu menunggu sampai hal itu berlangsung. Marilah kita menempuh hidup yang luhur sejak sekarang. Tuhan melindungi semuanya dengan berbagai cara. Tuhan mengetahui segala sesuatu. Bila Tuhan ada dalam diri kita dan bersama kita, kita tidak perlu merasa takut atau khawatir pada apa pun juga.

Dahulu sebelum negara kita merdeka, Aku biasa menyelenggarakan pertemuan di berbagai desa. Aku mengunjungi pedusunan untuk menolong orang-orang miskin. Ketika Aku bepergian di berbagai desa dengan mengenakan celana pendek dan kemeja lengan pendek, orang-orang biasa mencegah-Ku dan memperlakukan Aku sebagai anak laki-laki yang belum dewasa. Mereka sering membawa sehelai dhoti ( sarung pria ) dan meminta agar Aku menyarungkannya menutupi celana pendek-Ku. Dengan demikian Aku kelihatan seperti orang dewasa sehingga sesuai dengan kegiatan yang waktu itu Kulakukan. Aku biasa pergi ke tempat tinggal kaum harijan ( orang-orang tanpa kasta ) dan mengajarkan beberapa lagu rakyat kepada mereka. Berikut ini adalah salah satu lagu semacam itu yang dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan dalam sikap orang-orang kaya kepada kaum miskin.

Kami membanting tulang di ladang siang malam Membajak tanah, menanam, dan menuai. Anda duduk nyaman di rumah gadang Anda, Makan, minum, dan bersenang-senang. Anda bahkan tidak turun untuk menanyakan kesejahteraan kami. Kerja keras adalah bagian kami Sedangkan Anda menikmati segala kesenangan hidup. Patutkah ini?

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Lagu-lagu yang Kukarang biasa dinyanyikan di depan umum oleh kaum harijan. Bila ada orang yang menanyakan mengapa mereka bersikap keras tanpa kompromi, mereka biasa melantunkan lagu lain yang Kukarang sebagai jawabnya.

Bumi ini anugerah Tuhan, Bukan milik orang kaya. Bila kauserang kami dengan kekuatan kalian, Tuhan ada untuk ( melindungi ) kami. Ada jiwa-jiwa mulia Sarat dengan semangat persaudaraan. Bangkit! Bangkit! Bangunlah dari kelelapan maya.

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Ketika Aku membesarkan hati orang-orang yang melarat dan tertindas ini dengan lagu-lagu-Ku, orang-orang kaya merasa malu dan menyerang-Ku. Bahkan abang tubuh ini sering menegur-Ku dengan berkata, “Mengapa Kaulibatkan diri-Mu dalam kegiatan semacam itu di depan umum? Jangan pergi! Duduk diam di rumah dan tekuni pelajaranmu. Mulai sekarang jangan keluar rumah.” Setelah berkata demikian, ia biasa mengunci-Ku di suatu kamar di dalam rumah. Semua teman tetap-Ku datang ke rumah kami dan memanggili Aku, “Raju! Raju! Raju!” Anak-anak yang malang. Mereka sangat menyayangi Aku. Aku biasa menasihati mereka dengan berkata, “Teman-teman-Ku terkasih! Sabarlah sebentar. Aku pasti akan keluar dan memenuhi keinginan kalian. Aku milik kalian.”

Demikianlah sejak masa itu sampai sekarang Aku selalu menolong fakir miskin. Melindungi kaum papa, membantu mereka dengan memberikan makanan, naungan, air, dan dengan demikian membuat mereka senang adalah tugas-Ku. Bahkan sekarang pun Aku mengirim para mahasiswa-Ku ke segala penjuru pedusunan untuk membagikan makanan kepada orang-orang desa.

( Pada masa kanak-kanak Swami ) bila ada orang yang lapar berdiri di depan rumah kami, Aku biasa memberinya makan bahkan dengan menyerahkan makanan bagian-Ku. Aku juga biasa memberikan pakaian-Ku kepada mereka yang tidak punya pakaian. Demikianlah sejak masa kanak-kanak sampai sekarang Aku terus menerus membantu orang-orang yang melarat. Dari dulu sampai sekarang semboyan-Ku adalah, “Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti atau merugikan.” Aku punya banyak pengalaman menolong orang-orang lain sejak masa kanak-kanak.

Sejumlah orang memberikan janji-janji kosong kepada kaum papa, tetapi mereka tidak benar-benar memberikan bantuan. Manasyeekam vachasyeekam, karmanyekam mahaatmanaam; Manasyanyat vachasyanyat, karmanyanyat duraatmanaam. Artinya, ‘Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah orang-orang yang mulia; mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatnanya tidak selaras adalah orang yang jahat’.

Sejak masa kanak-kanak sampai sekarang Aku selalu melindungi, membantu perkembangan, menasihati, dan membuat orang-orang menempuh jalan yang benar. Aku tidak pernah menjahati atau merugikan siapa saja. Aku tidak pernah marah atau benci kepada siapa pun. Meskipun demikian, karena rasa dengki yang egoistis, ada sejumlah orang yang mengarang cerita fitnah mengenai Aku dan memublikasikannya di surat-surat kabar. Mereka menyebarluaskan fitnah ini di media cetak dan elektronik. Semua ini tidak membuat Aku resah. Aku tidak takut kepada siapa pun. Nama-Ku Sathyam, Sathyam, Sathyam ‘kebenaran’. Aku diikat oleh kebenaran. Aku tidak akan pernah menyimpang dari jalan kebenaran.

Orang-orang yang menyebarluaskan fitnah karena terdorong oleh kedengkian, ketamakan, dan kebencian, akan menanggung akibat yang setimpal. Sudah tiba waktunya untuk mengambil tindakan yang sesuai guna mencegah orang-orang ini mengumbar fitnah. Tentu saja mereka juga tidak harus disalahkan. Mereka menyebarluaskan fitnah ini demi uang. Mereka harus berusaha menginsafi kesalahan mereka.

Sedikit pun dan kapan pun tidak pernah ada cemar pada diri-Ku. Karena itu, kalian semua, ikutilah Sai. Dengan mengikuti kebenaran, kalian dapat mencapai apa saja di dunia ini. Tempuhlah jalan kebenaran dengan terus menerus merenungkan Tuhan. [ Setelah itu Swami bertanya kepada para mahasiswa dan pelajar, apakah Beliau menyebabkan mereka tidak nyaman karena duduk terlalu lama ( mendengarkan wacana Beliau )]. Anak-anak serempak menjawab, “Tidak Swami!”

Aku tidak pernah punya niat menyebabkan siapa pun menderita. Gagasan semacam itu tidak pernah terlintas dalam diri-Ku. Apa pun yang Kuperbuat, Kulakukan demi kebaikanmu, bukan untuk-Ku. Sesungguhnya bahkan makanan yang Kumakan pun hanya demi kalian! Air yang Kuminum juga untuk kalian! Dengan demikian, segala kegiatan yang Kulakukan hanya Kukerjakan demi kebaikan kalian! Mereka yang menyadari kebenaran ini akan memperoleh manfaat. Hidup mereka akan disucikan.

Aku sedih sekali ketika mengetahui bahwa orang-orang yang tinggal di dataran tinggi Distrik Godaavarii Timur dan Barat minum air yang tercemar. Segera Kuusahakan penyediaan air minum yang bersih dengan biaya 200 juta rupi ( lebih dari 400 milyar rupiah ). Sungai Godaavarii mengalir di dataran rendah, tetapi penduduk dataran tinggi tidak mendapat setetes air pun. Karena itu, Kuatur agar air Sungai Godaavarii dialirkan ke dataran tinggi dengan pipa. Sekarang mereka senang sekali.


Tidak lama lagi Aku berniat akan mengunjungi mereka. Ini kabar yang hebat bagi mereka. Mereka senang sekali dan menyatakan kegembiraan mereka dengan berkata, “Swami! Kami tidak pernah membayangkan bahwa Swami akan melimpahkan karunia sebesar itu kepada kami. Kasih dan belas kasihan Swami tidak ada bandingnya. Kami luar biasa senangnya dan sangat bersyukur ketika mengetahui bahwa Swami akan datang mengunjungi kami.” Mereka membersihkan seluruh jalan menuju ke tempat itu dan melakukan segala persiapan untuk kunjungan-Ku. Raamakrishna dan Kondal Rao—yang mengerjakan proyek penyaluran air itu—akan menyertai Aku.

Demikianlah kita harus selalu menolong orang lain dan berbuat baik untuk semuanya sejauh kemampuan kita. Bila engkau menempuh hidupmu seperti itu, engkau juga akan bahagia. Segala sesuatu juga akan menjadi baik dan berakhir dengan baik bagimu.


Para mahasiswa dan pelajar yang terkasih!

Bila engkau bertemu dengan musuh, sampaikan salam hormatmu kepadanya dengan penuh kasih dan katakan, “Apa kabar, Saudara.” Mereka juga akan membalas salammu dengan cara yang sama, dengan kasih. Semuanya adalah saudara! Hanya bila sikap dan tingkah lakumu seperti itu, maka engkau akan mendapatkan nama yang baik untuk perguruan tinggi Sri Sathya Sai.

Kami tidak memungut biaya sepeser pun dari para mahasiswa dan pelajar. Bahkan uang ujian pun tidak ada. Para mahasiswa dan pelajar dari berbagai penjuru negeri ini, bahkan dari mancanegara datang ke sini, menempuh pendidikan mereka, dan pergi dengan gelar akademis yang tinggi. Kami bahkan memberikan gelar-gelar untuk penelitian ilmiah seperti gelar Ph.D. yang ( biasanya di tempat lain ) biayanya sangat besar.

Bila semua mahasiswa dan pelajar membina keluhuran budi pekerti seperti di perguruan tinggi Sri Sathya Sai, negeri kita akan mendapat nama yang hebat.

Kami mendapat kabar baik tentang mantan mahasiswa kami yang bekerja di Amerika. Belum lama ini para alumni perguruan tinggi kami, satu pesawat penuh, datang dari Amerika dan berkunjung ke Prashaanti Nilayam. Pesawat itu disewa khusus dari Amerika untuk kunjungan mereka sebagai penghargaan atas jasa yang mereka berikan di negeri itu. Mereka berkata, “Swami! Ada sejumlah alumni perguruan tinggi Swami di negeri kami. Mereka orang-orang yang hebat. Mereka membuat kami senang sekali.” Para alumni itu berjumlah 200 orang dan bersama dengan keluarga mereka yang berjumlah 250 orang, semuanya datang ke sini. Mereka mengalami kebahagiaan yang tak terhingga ketika tinggal di Prashaanti Nilayam. Pada waktu akan pulang, mereka menyatakan rasa syukur dengan berkata, “Swami! Bahkan dalam mimpi pun kami tidak pernah membayangkan bahwa Swami akan memberikan demikian banyak karunia kepada kami.”

Aku bermaksud akan melakukan kunjungan keliling dunia tidak lama lagi. Sejumlah bakta datang ke sini dari Afrika dan Rusia. Bakti orang-orang Rusia tidak terlukiskan. Ada beberapa bakta dari Rusia yang duduk di pendapa ini. Mereka sangat menyukai wacana-Ku. ( Sambil menunjuk para bakta dari Rusia, Swami berkata ), “Lihatlah! Para bakta yang tangannya diangkat itu semuanya orang-orang Rusia.” Mereka semua sangat berbakti. ( Sambil menunjuk lagi ke arah para bakta Rusia, Bhagawan berkata, ), “Kalian bukan orang Rusia. Kalian kepunyaan negeri kami. Aku mengasihi kalian semua.”


Para mahasiswa dan pelajar yang terkasih!

Di dunia ini ada berbagai negara seperti Rusia, Amerika, Jerman, Jepang, Itali, Perancis, dan sebagainya. Walaupun aneka negara itu berbeda-beda, orang-orang yang tinggal di semua negara itu milik kita belaka. Mereka banyak membantu dalam pembangunan stadion tertutup di Prashaanti Nilayam. Mereka bekerja keras siang malam. Mereka sangat mengasihi Swami. Ke mana pun Aku pergi, mereka mengikuti Aku. Mereka mengejar mobil-Ku. Belum lama ini mereka bahkan pergi ke Chennai ketika Aku berkunjung ke sana. Mereka datang ke sini tanpa mengindahkan berbagai kesulitan dan biaya yang sangat besar. Kalian harus mengambil banyak pelajaran dari bakti mereka kepada Swami.

Dari wacana Bhagawan pada perayaan Shivaraatri di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 16 – 2 – 2007.

*I. Pancakosha
Secara harfiah berarti lima selubung yang menyelubungi
atma-- prinsip ketuhanan dalam diri manusia—yaitu:

1. Annamaya-kosha.
Selubung yang terbentuk dari makanan yaitu badan jasmani.
2. Praanamaya-kosha
Selubung prana. Terbentuk dari prana atau energi kehidupan.

3. Manomaya-kosha.
Selubung yang terbentuk dari manas yaitu kumpulan pikiran dan keinginan.

4. Vijnaanamaya-kosha.
Selubung yang terbentuk dari kecerdasan; sepadan dengan manas yang lebih tinggi.


5. Aanandamaya-kosha.

Selubung yang terbentuk dari kebahagiaan jiwa.


II. Pancapraana
‘lima prana’ atau energi vital dalam tubuh manusia yaitu:

1. Praana.
Yang dimaksud di sini bukan prana secara keseluruhan, tetapi prana di bagian badan yang terletak di antara pangkal tenggorok dan diafragma bagian atas. Prana ini berkaitan dengan fungsi organ-organ pernapasan, organ bicara, kerongkongan, dan otot serta saraf yang menggiatkan organ-organ tersebut. Prana ini merupakan kekuatan yang menarik napas masuk ke dalam badan.

1. Apaana.
Terletak di bagian bawah pusar dan memberi energi untuk usus besar, ginjal, dubur, dan alat kelamin

1. Samaana
Energi vital ini mengatur wilayah antara jantung dan pusar; menggiatkan dan mengatur sistem pencernaan, liver, usus, pankreas, dan lambung; juga menggiatkan jantung dan sistem peredaran darah, membuat manusia dapat menyerap sari makanan.

1. Udaana.
Bagian badan di atas pangkal tenggorok diatur oleh udaana yaitu mata, hidung, telinga, dan indra pengecap. Tanpa udaana manusia tidak dapat menyadari dunia luar atau berpikir.
1. Vyaana.
Energi vital ini meliputi seluruh tubuh, mengatur dan mengendalikan segala gerakan badan dan mengkoordinasi energi vital lainnya. Vyaana menyelaraskan anggota-anggota badan, otot, jaringan ikat, saraf, dan sendi yang berkaitan, juga menyebabkan badan dapat berdiri tegak.

Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro


Foto Perayaan Mahashivaraatri 16-2-2007

Pagi


Sore