UGADI 2007

Dari wacana Bhagawan pada perayaan Ugadi , 20 Maret 2007.

BERGOTONG ROYONGLAH UNTUK PERKEMBANGAN DESA



Perwujudan kasih!

Dalam almanak Telugu ada 60 tahun yang dimulai dari tahun Prabhava hingga Akshaya. Nama-nama tahun yang lain adalah: Vibhava, Sukla, Pramodutha, Prajotpatthi, Anggirasa, Srimukha, Bhava, Yuva, Dhathu, Iishvara, Bahudhanya, Pramadhi, Vikrama, dan sebagainya. Lingkaran ini mencapai puncaknya pada tahun ke-60 yang bernama Akshaya.

Tubuh ini lahir pada tahun Akshaya dan telah melihat tahun Akshaya berikutnya setelah kurun waktu 60 tahun. Lingkaran ini akan berulang lagi dengan kurun waktu 120 tahun.


Pupuklah Keinginan-keinginan yang Luhur

Tahun ini yang dinamai Sarvajit, sangat penting bagi manusia untuk menyadari sifat ketuhanan yang laten dalam dirinya. Manusia mempunyai banyak sekali keinginan. Tahun Sarvajit mendatangkan pemenuhan pada keinginan-keinginan yang luhur. Pada tahun ini kita akan melihat kemajuan yang berarti dalam bidang moral, fisik, religius, sains, dan spiritual. Keinginan yang benar akan selalu menghasilkan pemenuhan. Meskipun demikian, engkau harus berpegang pada kebenaran dengan tabah dan keyakinan yang teguh. Manusia tidak akan kekurangan apa-apa bila ia memupuk keinginan-keinginan yang luhur. Setiap orang pasti akan jaya hidupnya bila ia mempunyai keinginan-keinginan yang mulia. Karena itu, manusia harus memupuk keinginan yang luhur dan berpegang teguh pada aspirasi itu. Sarvajit adalah tahun kemenangan untuk segala usaha mulia yang dilakukan manusia.

Dalam lingkaran 60 tahun ini, Sarvajit adalah tahun yang paling penting. Nama tahun ini menunjukkan kemenangan atau sukses dalam segala bidang usaha manusia; jit berarti ‘kemenangan’, dan sarvajit berarti kemenangan dalam segala bidang. Karena itu, bila engkau ingin hidupmu meningkat dan maju, engkau harus memupuk hanya keinginan-keinginan yang luhur. Aku belum pernah melihat seorang pun yang memupuk keinginan-keinginan mulia, tetapi gagal dan menderita dalam hidupnya. Karena itu, Kunasihati kalian agar memenuhi hati kalian dengan keinginan-keinginan yang luhur dan menempuh hidup senang dan bahagia dalam tahun Sarvajit ini.

Dewi Paarvatiilah yang memberikan nama Sarvajit pada tahun ini. Ia melakukan tapa brata yang sangat keras, tidak makan dan tidur selama bertahun-tahun, untuk mencapai Iishvara ( Shiva ). Karena senang dengan tapa Paarvatii, Iishvara menampakkan diri di hadapannya dan bertanya, “Untuk apa engkau melakukan tapa ini?” “Saya melakukan tapa ini untuk mencapai Swami,” jawab Paarvatii. Kemudian Shiva berkata, “Keinginanmu terkabul. Engkau telah mencapai Aku.”

Sebelum keinginan Paarvatii terkabul, banyak dewa dan dewi berusaha mencegahnya agar tidak meneruskan usaha mulianya untuk mencapai Iishvara. Untuk itu, mereka menasihatinya sebagai berikut.

Oh Gaurii! Anda sangat muda dan Sambashiva sudah tua.
Rambut Beliau dikempalkan
dan Beliau mengenakan pakaian dari kulit macan.
Beliau menunggang sapi jantan dan selalu bepergian.
Beliau dihias dengan banyak ular.
Bagaimana Anda akan mendampingi Beliau?
Tidak tahukah Anda akan semua ini?
Beliau tidak mempunyai rumah sendiri
Dan tidur di tempat perabuan.

( Puisi bahasa Telugu ).

Mereka bertanya, “Mengapa Anda ingin mencapai Beliau yang sudah tua dan meminta sedekah dari rumah ke rumah?” Paarvatii berkata kepada mereka, “Kalian hanya melihat wujud lahiriah Beliau. Kalian tidak berusaha mengenali prinsip diri sejati dalam diri Beliau. Saya ingin mencapai prinsip diri sejati ( atma ) yang suci ini, yang tidak berubah dan abadi.” Kemudian Paarvatii mengikuti Iishvara dan menempuh hidup bahagia bersama Beliau.

Hari Ugadi ‘tahun baru’ ketika keinginan luhur Paarvatii terpenuhi setelah mencapai kemenangan mengatasi segala kesulitan, dinamai Sarvajit. Jadi, Dewi Paarvatiilah yang menamai tahun ini Sarvajit. Setelah Sarvajit, akan datang tahun-tahun yang bernama: Sarvadhari, Virodhi, dan Vikruthi. Vikruthi berarti segala jenis hal yang buruk. Sesudah ini, akan tiba tahun-tahun yang bernama: Nala, Pinggala, Kalayukthi, Siddharthi, Raudri, Durmukhi, Dundubhi, Rudhirodgari, Raktakshi, Krodhana. Manusia dapat mencapai Akshaya setelah melewati semua ini. Dewi Paarvatii mencapai Tuhan, yaitu akshaya, artinya, ‘yang abadi’, hanya dengan tirakat yang keras dan setelah menanggung berbagai kesulitan serta penderitaan.

Tuhan selalu hanya menjelma dalam tahun Akshaya. Tubuh ini juga lahir dalam tahun Akshaya pada Brahmamuhurtha ( saat yang baik pada dini hari ). Bila kita memahami makna yang tersembunyi dalam segala hal, maka kita akan mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk.


Penyediaan Air untuk Penduduk Chennai

Dewi Paarvatii juga bertanggung jawab untuk menyediakan air bagi seluruh dunia. Iishvara memberikan anugerah ini kepadanya. Ganggaa adalah salah satu perwujudan Paarvatii. Itulah sebabnya Sungai Ganggaa dipuja sebagai Dewi Ganggaa.

Beberapa tahun yang lalu Aku pergi ke Madras ( Chennai ) dengan mobil. Di dekat Chennai ada suatu tempat yang disebut Red Hills. Di situ ada sebuah waduk yang sangat besar untuk menampung air. Seluruh persediaan air untuk Chennai diambil dari waduk itu. Akan tetapi, pada waktu itu, waduk itu tidak ada airnya. Jadi, bagaimana air bisa disuplai ke kota? Beberapa bakta memberitahu Aku bahwa selama sepuluh tahun terakhir, tidak ada air di dalam waduk itu. Tentu saja air hujan terkumpul di beberapa tempat di waduk itu dalam bentuk genangan kecil. Kulihat beberapa anak minum air yang kotor dari genangan itu. Aku diberitahu bahwa orang-orang menggunakan air ini untuk minum dan memasak.

Beberapa bakta yang pergi bersama-Ku di dalam mobil bertanya, “Swami, kapan waduk ini terisi air?” Untuk menyelesaikan pekerjaan apa saja, diperlukan gabungan kaala ‘waktu’, karma ‘kegiatan’, karana ‘sebab’, dan kartavya ‘tugas’. Bila melakukan tugas apa saja, Aku mempertimbangkan semua hal ini. Kemudian Aku berkata, “Setelah ini, Aku tidak akan melangkah ke kota Chennai sampai sepuluh tahun mendatang. Aku hanya akan datang ke sini bila seluruh penduduk Chennai mempunyai air minum yang bersih.”

Sejak itu, sepuluh tahun telah berlalu. Kutepati janji-Ku untuk menyediakan air minum buat seluruh kota Chennai. Air berlimpah di mana-mana, tidak hanya cukup untuk minum, tetapi juga untuk irigasi. Demikianlah Aku berkunjung ke Chennai pada bulan Januari tahun ini.

Orang-orang Inggris tinggal di Madras ( Chennai ) selama hampir 200 tahun. Pada waktu itu tidak ada jalan yang baik atau mobil. Mereka menunggang kuda ke berbagai tempat yang jauh dan puncak-puncak bukit untuk mencari sumber air. Meskipun demikian, sampai mereka meninggalkan negeri ini pun masalah air tetap tidak dapat diselesaikan.

Pada waktu terjadi kekurangan air yang parah, orang-orang kaya dapat membeli air dalam tangki dari para pemilik sumur pompa. Akan tetapi, bagaimana halnya dengan kaum miskin? Keadaan mereka menyedihkan karena mereka tidak mempunyai uang untuk membeli air.

Suatu hari Aku berkunjung ke Teynampet di Chennai. Orang-orang mengerumuni Aku dan memohon, “Swami! Kami tidak mempunyai air minum.” Anak-anak kecil juga datang berlari-lari karena hari itu sekolah dasar kebetulan libur Semua datang menemui Aku dan memohon, “Swami! Kami memerlukan air untuk minum.” Kukatakan kepada mereka, “Anak-anak-Ku, kalian pasti akan mendapat air minum. Aku akan mengatur penyediaan air minum yang bersih dari Sungai Krishnaa.” Sekarang janji-Ku sudah Kutepati dan Aku sudah memberikan air Sungai Krishnaa kepada mereka.

Orang-orang Inggris berjanji bahwa mereka akan menghubungkan ketiga sungai: Krishnaa, Godaavarii, dan Ganggaa, tetapi mereka tidak berbuat apa-apa untuk ini. Air Sungai Godaavarii terbuang percuma ke laut tanpa digunakan dengan sepatutnya. Hanya air Sungai Krishna yang dapat dimanfaatkan. Bahkan sekarang pun air sungai ini melimpah. Beberapa bendungan baru telah dibangun di Sungai Krishnaa dan airnya sekarang disediakan untuk minum serta irigasi tanaman yang dibudidayakan. Sekarang penduduk Chennai minum air yang bersih dengan gembira. Kami mengeluarkan biaya 400 - 500 miliar rupiah untuk menyediakan air minum buat penduduk Chennai.

Tempo hari ketika Aku berkunjung ke Teynampet lagi, penduduk kawasan itu memberitahu Aku dengan gembira, “Swami! Sekarang kami minum air yang bersih dan enak. Bagaimana kami dapat menyampaikan rasa terimakasih kami kepada Swami?” Kukatakan kepada mereka, “Minumlah air ini dan bergembiralah. Cukuplah itu bagi-Ku. Aku tidak memerlukan apa pun lainnya.”

Tuhan dapat melakukan apa saja. Akan tetapi, karena kebodohan mereka, sejumlah orang tidak mengenali Avatar. Orang-orang pandir semacam itu perlu diberi pelajaran yang baik. Banyak orang kaya yang mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak beramal sesen pun kepada pengemis. Lalu apa yang dapat diharapkan orang dari mereka? Karena itu Kukatakan kepada para bakta di Teynampet, “Kalian tidak perlu meminta apa pun dari siapa pun. Tuhan, pencipta alam semesta, dapat memberimu segala sesuatu. Karena itu, apa pun yang kauperlukan, mohonlah kepada-Nya.” Orang-orang itu telah berdoa, memohon dengan sepenuh hati, dan doa mereka telah dikabulkan. Sekarang sedang berlangsung pekerjaan untuk menyalurkan air dengan pipa ke setiap rumah dan gubuk. Sekarang semua mempunyai air minum yang enak!

Kebahagiaan-Ku terletak pada kebahagiaan semuanya. Inilah makna yang terkandung dalam doa, “Lookah samastah sukhino bhavantuh.” ‘Semoga penghuni segala loka berbahagia’. Anggaplah kebahagiaan orang lain sebagai kebahagiaanmu sendiri. Itulah makna yang terkandung dalam doa ini. Kalian semua harus berdoa seperti ini.


Proyek Air Sri Sathya Sai untuk Distrik Godaavarii Timur dan Barat

Proyek kami berikutnya adalah menyediakan air minum untuk penduduk yang tinggal di dataran tinggi Distrik Godaavarii timur dan Barat di Andhra Pradesh. Pimpinan ( Organisasi Sri Sathya Sai ) Distrik Godaavarii Barat, Dr.Bhaskara Rao, sekarang hadir di sini. Mereka semua bekerja sangat keras untuk menyelesaikan proyek ini. Sulit sekali menaikkan air yang mengalir di dataran rendah ke dataran tinggi. Ini pekerjaan yang lama, melelahkan, dan mahal. Aku berkata kepada mereka yang bekerja dalam proyek ini, “Kalian lakukan pekerjaan kalian, Aku akan mengurus hasilnya.”

Kuutus Raamakrishna, mantan wakil direktur Perusahaan Larsen and Toubro ( kontraktor bangunan yang terkenal ), dan Kondal Rao, mantan pimpinan insinyur pemerintah negara bagian Andhra Pradesh, untuk memeriksa kemajuan pekerjaan ini. Mereka heran dan gembira ketika melihat pekerjaan ini berlangsung sangat cepat. Mereka berseru, “Bagaimana air bisa naik ke tempat yang begitu tinggi? Ini mukjizat!” Hal ini tidak bisa diungkapkan dengan perkataan. Harus dilihat sendiri baru bisa dipercaya.

Cara hidup penduduk yang tinggal di wilayah perbukitan ini tidak seperti orang-orang lain. Mereka tidak turun dan tidak bergaul dengan orang-orang yang tinggal di dataran rendah karena takut. Mereka ketakutan melihat orang lain. Mereka mengeluh kepada-Ku, “Swami! Kami tinggal di perbukitan, tepat di atas Sungai Godaavarii yang mengalir di dataran rendah, tetapi kami tidak mendapatkan air sungai ini setetes pun untuk minum.” Sekarang air telah dialirkan ke atas dengan pipa untuk penduduk dataran tinggi dan mereka senang sekali bisa minum air yang enak ini. Dengan cara ini, air telah dialirkan dan disediakan untuk berbagai desa sehingga penduduk yang tinggal di situ senang dan puas.

Orang-orang dari wilayah ini, terutama kaum perempuan, tempo hari telah datang dengan berjalan kaki dari tempat tinggal mereka sampai ke Prashaanti Nilayam untuk melihat tempat ini dan mendapatkan darshan-Ku. Setelah melihat Prashaanti Nilayam dan para bakta yang tinggal di sini, mereka berkata, “Orang-orang yang tinggal di tempat suci ini sangat beruntung. Tetapi kami juga sangat mujur karena kami bisa datang ke dekat Swami.”

Mereka mengarang beberapa nyanyian dalam dialek lokal mereka untuk menyatakan rasa terimakasih kepada Swami dengan melantunkan lagu-lagu tersebut. Tema lagu-lagu mereka yaitu, “Ini adalah air yang diberikan Swami. Kami tidak akan memboroskannya setetes pun. Air ini memelihara hidup kita.” Nyanyian itu mereka beri lagu yang indah dan mereka lantunkan bersama sambil menari-nari. Demikianlah penduduk desa itu senang sekali karena masalah air minum mereka telah diselesaikan secara permanen oleh Swami.

Mereka mengisi tempayan-tempayan yang besar dengan air dan membawanya ke rumah mereka dengan pikulan. Orang yang melihat pemandangan yang menggembirakan ini ikut merasa senang sekali. Banyak yang bisa dipelajari warga kota besar dan kecil dari penduduk desa yang lugu dan penuh kegembiraan ini. Mereka menempuh hidup mereka dengan rasa puas dan bahagia.

Kemarin Raamakrishna dan Kondal Rao datang menghadap Aku dan menyampaikan harapan penduduk desa, “Swami, mohon Swami mengunjungi desa-desa di Timur dan Barat Godaavarii. Penduduk di sana memohon dengan sungguh-sungguh dan menanti kunjungan Swami dengan penuh harap.” Kukatakan kepada mereka bahwa Aku akan pergi ke sana. Tidak lama lagi Aku akan pergi ke Rajahmundry. Tetapi dari Rajahmundry ke desa-desa itu tidak ada jalan yang dapat dilalui mobil-Ku. Tempat tinggal mereka hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki. Sebelumnya, penduduk desa itu memohon dengan sangat kepada-Ku, “Kami tidak akan membuat Swami memaksakan diri secara fisik. Kami akan membawa Swami ke tempat tinggal kami tanpa membuat Swami berjalan. Bila perlu, kami akan memanggul Swami di bahu kami.” Demikianlah penduduk desa itu mengungkapkan kegembiraan mereka dan ingin sekali menyambut Swami di desa-desa mereka.


Bhagawan Meluncurkan Program Baru untuk Pengembangan Desa

Pada hari Ugadi yang suci ini, kami meluncurkan rencana baru untuk pengembangan desa dengan nama, “Gotong Royong untuk Desa.” Setiap rumah di setiap desa harus dibuat bersih. Program yang sesuai harus dilakukan untuk menjaga agar rumah-rumah itu bersih dan rapi baik di bagian dalam maupun di luar. Anak-anak desa juga harus dipelihara dan diasuh sehingga tumbuh menjadi anak yang bersih dan sehat. Aku ingin agar bakti sosial ini dilakukan dengan pergi mengunjungi desa demi desa. Kami bermaksud merangkum setiap desa dalam proyek ini.
Tentu saja proyek ini memerlukan biaya milyaran rupiah. Tetapi kami tidak ragu mengeluarkan ongkos yang diperlukan. Uang datang dan pergi, tetapi bantuan yang kami berikan dan pekerjaan baik yang kami lakukan akan tetap tinggal. Karena itu, kita harus segera melaksanakan proyek pembangunan desa ini. Kita harus berusaha memajukan desa dengan segala cara. Kami meluncurkan proyek ini pada hari ini, hari Ugadi yang suci.

Para pinisepuh maupun anak-anak, mereka yang miskin dan kaya, semuanya harus bersatu dan bekerja sama agar proyek ini sukses. Bakti sosial ini harus mempersatukan semuanya. Desa-desa dan kota-kota harus bergabung dan bergotong-royong dalam semangat persatuan. Pada hari ini juga kita memulai pekerjaan ini. Dalam waktu yang sangat singkat rencana ini akan menjadi kenyataan. Kami ingin agar pada perayaan Ugadi berikutnya, semua desa sudah dibina dan dibentuk menjadi desa teladan. Kalian semua termasuk para siswa harus ikut ambil bagian dalam kerja bakti untuk pedesaan ini. Kalian harus menganggapnya sebagai pelayanan kepada Tuhan. Pelayanan kepada manusia adalah pelayanan kepada Tuhan.

Kini kita membatasi diri kita pada taraf individu. Kita bekerja untuk kepentingan pribadi. Sikap ini harus berubah. Kita harus berubah. Kita harus memupuk semangat persatuan dan mengutamakan kepentingan nasional. Kita harus membuat seluruh negari ini bersatu.

Belum lama ini di Chennai diselenggarakan pertemuan yang dihadiri banyak menteri dari pemerintahan pusat, para menteri utama ( pimpinan negara bagian ), gubernur dari berbagai negara bagian India, sejumlah pejabat I.A.S. ( Indian Administratif Service ), dan hadirin yang sangat banyak. Sesuai dengan semangat persatuan yang terlihat di Chennai, kalian semua harus ikut serta bergotong royong dalam program pembangunan desa ini. Bila semua orang bekerja sama, seluruh dunia akan segera bersatu dan menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.

Kita harus ikut serta dalam tugas ini dengan tekad yang bulat. Aku selalu menyertai engkau, menjaga, dan membimbingmu setiap saat. Jangan pernah pergi kepada siapa pun untuk mengumpulkan dana. Aku sendiri akan memberi kalian segala yang diperlukan. Apa pun yang kauperlukan, mintalah kepada-Ku, Aku akan memberikannya. Seperti aliran sungai yang akhirnya menyatu ke dalam lautan, bantuan atau bakti sosial apa saja yang kauberikan kepada siapa saja, hanya akan mencapai Aku. Jangan merasa takut. Mengapa takut, bila Aku ada di sini? Apa saja yang kauperlukan, mintalah kepada-Ku tanpa ragu. Aku akan memberikan segala sesuatu. Karena itu, kalian semua, lelaki dan perempuan, siapkan dirimu untuk ikut serta dalam bakti sosial ini.


Seluruh India Harus Menjadi Bersih, Indah, dan Bersatu

Tempo hari serombongan bakta dari Mumbai datang ke Prashaanti Nilayam. Mereka sangat kaya. Mereka mengemukakan rencana, “Swami! Kami akan mendirikan menara di laut dekat Mumbai. Tingginya akan mencapai beberapa ratus kaki ( 1 kaki kira-kira 30 cm ). Kami berniat akan memasang mercu suar di puncak menara itu yang dinyalakan pada malam hari sehingga terlihat dari jauh. Di situ akan dituliskan nama suci SAI RAM. Biayanya akan mencapai milyaran rupiah. Setelah proyek ini selesai, kami akan kembali lagi ke Prashaanti Nilayam dan mendapatkan darshan Swami.”

Tidak diragukan lagi, para bakta di Mumbai melakukan banyak bakti sosial. Semua yang mereka lakukan baik, tetapi kota Mumbai kotor sekali. Yang pertama dan terpenting, buatlah kota itu bebas polusi. Usaha berkenaan dengan hal ini sudah dilakukan sebelumnya, tetapi tanpa hasil. Sebabnya yaitu pada waktu laut pasang, permukaan laut lebih tinggi daripada sistem pembuangan limbah kota ini. Kalian semua tahu, air hanya mengalir ke bawah. Jika air limbah di Mumbai tidak dipompa keluar, kota itu tidak bisa dibuat bersih dan indah. Aku yakin bisa ditemukan cara untuk mengatasi masalah ini. Aku juga yakin bahwa penduduk Mumbai pasti bisa melakukan tugas ini. Karena itu, Kukatakan dengan tegas kepada mereka, “Kalian selesaikan pekerjaan ini. Aku pasti akan datang.” Bila mereka semua bekerja sama, mereka dapat melakukan tugas apa saja. Selain itu, mereka mempunyai kesabaran dan ketekunan yang diperlukan. Aku ingin agar seluruh negeri Bhaarat menjadi bersih, indah, dan seluruh rakyatnya hidup damai serta bahagia. Lookaah samastah sukhino bhavantu,” ‘Semoga penghuni segala loka berbahagia’. Kebahagiaan Swami terletak pada kebahagiaan semua orang. Kebahagiaan Swami tidak terpisah dari kebahagian kalian. Bila kalian semua bahagia, maka Aku juga bahagia. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan-Ku. Karena itu, pekerjaan apa pun yang kaulakukan, lakukan untuk kedamaian, kesejahteraan, dan kebahagiaan semua orang.

Lebih daripada semuanya, manusia memerlukan air. Air adalah penopang hidup. Engkau bisa hidup tanpa makan selama beberapa hari, tetapi engkau tidak bisa hidup tanpa air. Mulai sekarang hujan akan berlimpah. Tidak seorang pun perlu takut akan kemarau panjang. Sesungguhnya Aku telah datang untuk menyelamatkan dunia dari segala bencana. Aku pasti akan memberimu kebahagiaan dengan memperbaiki cacat celamu dan mengampuni kesalahan-keslahanmu. Kalian semua harus hidup dalam persatuan dan kasih.

Kita menganggap praana, apaana, vyaana, udaana, dan samaana sebagai panca praana*) ‘lima napas hidup’. Akan tetapi, panca praana yang sebenarnya bagi manusia adalah satya ‘kebenaran’, dharma ‘kebajikan’, shaanti ‘kedamaian’, prema ‘kasih’, dan ahimsa ‘tanpa kekerasan’. Jika ada kebenaran, kebajikan akan timbul dengan sendirinya. Kedamaian diperoleh dengan mengikuti jalan kebajikan. Dari kedamaian timbul kasih. Kebenaran dan kasih berjalan seiring. Orang yang mempunyai kebenaran dan kasih akan memiliki segala-galanya.

Tidak lama lagi seluruh dunia akan bersatu. Para mahasiswa dan pelajar harus berusaha keras mencapai ideal ini. Pemuda dan pemudi mempunyai anggota badan yang kuat. Mereka diberkati dengan kemampuan fisik, mental, dan spiritual yang sangat besar. Mereka harus menggunakan segenap kemampuan mereka dengan baik. Jangan menyalahgunakan indramu. Hanya dengan demikianlah engkau akan mampu melakukan bakti sosial yang hebat untuk dunia. Tidak cukuplah jika engkau sekadar pergi ke tempat ibadah dan melabur dindingnya. Setiap rumah harus dipelihara kebersihannya. Engkau dapat mengunjungi rumah mana saja yang dijaga kebersihannya.


Kunjungan Swami ke Rumah Seorang Harijan

Dahulu kaum Harijan ‘orang yang tidak berkasta’ biasa tinggal di rumah-rumah yang dibangun secara terpisah di tempat yang jauh dari desa Puttaparthi. Aku juga biasa berkunjung ke rumah-rumah mereka. Pada masa itu ada seorang lelaki yang bernama Nagappa. Menantu lelakinya, Raamulu, bersekolah hingga setaraf dengan kelas II SLP. Nagappa mengetahui tentang Swami dan keavataran Beliau sampai taraf tertentu. Suatu hari ia mengundang Swami untuk makan siang di rumahnya. Hal ini Kuberitahukan kepada Subbammaa. Ia terkejut dan berusaha mencegah Swami pergi ke sana dengan berkata, “Aduh! Swami! Apakah Swami akan pergi ke rumah kaum harijan? Mohon Swami jangan pergi ke sana.” Aku bersikeras untuk pergi. Juga Kukatakan kepadanya agar ikut bersama-Ku. Subbammaa termasuk dalam komunitas Brahmana yang kolot. Meskipun demikian, ia memutuskan untuk mengikuti aku dengan berkata, “Saya akan melakukan apa saja demi Swami.”

Aku berjalan di depan dan Subbammaa mengikuti Aku. Raamulu berjalan di depan-Ku. Pada waktu kami sampai di rumah Nagappa, seluruh kawasan itu semerbak dengan keharuman yang menyenangkan. Aku bertanya kepada penghuni rumah, “Dari mana kalian membawa bau harum ini?” Raamulu menjawab, “Swami! Kami tidak membawanya dari mana pun. Keharuman itu timbul dari Swami.” Aku masuk ke dalam rumah mereka. Subbammaa mengikuti Aku dengan senang hati. Pada waktu itu ia berusia 62 tahun. Mereka menghidangkan nasi dalam piring aluminium untuk-Ku. Sesungguhnya, itulah yang mereka miliki. Pada masa itu tidak ada piring baja anti karat. Untuk Subbammaa mereka menghidangkan makanan dalam piring aluminium yang lain.

Pada mulanya Subbammaa biasa merasa bahwa ia termasuk dalam kasta brahmana yang tinggi. Belakangan ia mengubah sikapnya atas nasihat Swami. Ia berpikir, “Sungguh memalukan aku ini! Aku tidak boleh merasa diri unggul seperti itu.” Ia makan dengan gembira di rumah mereka bersama Swami.

Setelah kami selesai makan siang di rumah Raamulu dan kembali ke desa, warga desa berkumpul dan mulai mengejek kami dengan berkata, “Subbammaa sudah menjadi seorang mala ‘Harijan’. Tidak seorang pun di desa boleh menyentuhnya.” Subbammaa menanggapi cemooh itu dengan berkata, “Justru itulah yang saya inginkan. Biar tidak seorang pun menyentuh saya. Cukuplah bila Swami saja yang menyentuh saya. Saya tidak punya anak. Saya tidak punya anak perempuan untuk diberikan kepada keluarga lain dalam pernikahan. Saya juga tidak perlu memasukkan anak-anak ( perempuan ) mereka ( sebagai menantu ) di rumah saya. Cukuplah bila Swami bersama dengan saya.”

Subbammaa biasa memasak makanan untuk setiap bakta yang datang mengunjungi Swami di Puttaparthi. Karena kemurahan hatinya ini, ia selalu mujur dan ladangnya menghasilkan panen yang berlimpah. Ia bisa menuai panen dua atau tiga kali dalam setahun. Karung berisi gabah yang demikian banyak tidak dapat disimpan di rumahnya. Karena itu, karung-karung tersebut biasa dikosongkan ke dalam sebuah lumbung yang khusus dibangun di atas rumahnya. Demikianlah Subbammaa menyucikan hidupnya dalam pelayanan kepada Swami.

Suatu hari Kutanya dia, “Subbammaa! Apa yang kauinginkan?” Ia menjawab, “Swami! Saya tidak mempunyai keinginan duniawi. Sebelum saya meninggal, bila Swami berkenan menuangkan beberapa tetes air ke mulut saya dengan tangan Swami yang suci, cukuplah itu.” Aku berjanji untuk memenuhi keinginannya ini.


Subbammaa Diselamatkan

Suatu hari Aku kembali dari Chennai menuju Bukkapatnam dengan mobil. Subbammaa meninggal sehari sebelumnya. Sanak keluarganya sedang mengatur untuk membawa jasatnya dari rumahnya menuju tempat perabuan di Bukkapatnam. Begitu melihat Aku, mereka berlari-lari menemui Aku dan memberitahukan, “Subbammaa meninggal kemarin.” Kukatakan kepada mereka, “Itu hanya khayal kalian. Subbammaa tidak meninggal. Ia tidak akan meninggalkan raganya sebelum mendapatkan darshan-Ku.” Sambil berkata demikian, Kubelokkan mobil-Ku ke arah rumahnya.

Pada waktu itu ibu Subbammaa masih hidup. Ia meratap sedih sekali, “Swami! Ia terus mengingat Swami dan mengucapkan, ‘Sairam, Sairam,’ sampai tadi malam. Ia terus saja bertanya, ‘Apakah Swami datang? Apakah Swami datang?’”

Jasat Subbammaa diselubungi sehelai kain. Kusingkirkan kain itu dan Kupanggil dia, “Subbammaa! Subbammaa!” Alangkah heran dan senangnya semua yang hadir ketika ia membuka mata. Bila Avatar berjanji, Beliau tidak akan melupakannya dalam keadaan apa pun. Kukatakan kepadanya, “Engkau ingin agar Aku menuangkan beberapa tetes air ke mulutmu, bukan? Ini; minumlah.” Sambil berkata demikian, Kumasukkan sehelai daun tulasi ( ocimum sanctum ) ke dalam segelas air dan Kutuangkan beberapa tetes air yang sudah disucikan itu ke mulutnya. Subbammaa minum air itu, memegang erat kedua tangan-Ku, dan menempelkannya dengan penuh hormat pada kedua pelupuk matanya. Ia berpamitan kepada-Ku dengan berkata, “Swami! Selama ini saya menunggu untuk mohon diri yang terakhir kalinya kepada Swami sebelum saya meninggalkan raga. Swami sudah memenuhi keinginan saya yang terakhir sesuai dengan janji Swami. Sekarang izinkan saya berangkat. Saya akan pergi.” Kuberikan izin-Ku dan ia menunggal dengan Aku. Aku telah membangun kompleks perumahan ( buat kaum miskin ) untuk mengenang almarhumah Subbammaa dan Kunamai menurut namanya. Subbammaa adalah jiwa yang mulia.

Ia biasa pergi ke teras rumahnya dan kadang-kadang bercakap-cakap dengan Ibu Iishvarammaa melalui jendela. Ia biasa berkata kepada Iishvarammaa, “Iishvarammaa! Anda melahirkan Swami dan saya memelihara Beliau. Karena itu, Anda Devakii dan saya Yashodaa.” Iishvarammaa biasa menjawab, “Subbammaa, Anda melayani ratusan bakta Swami dengan memberikan makanan dan penginapan untuk mereka di rumah Anda. Tidakkah Anda layak mendapat pahala darmabakti itu? Pasti Anda akan memperolehnya.”

Sebelum Subbammaa meninggal, ia menemui Iishvarammaa dan memohon, “Saya akan pergi. Uruslah Sathyam dengan baik.” Mereka berdua menangis. Hari berikutnya Subbammaa meninggal.

Suami Subbammaa bernama Naaraayana Rao. Ia mempunyai kebiasaan selalu duduk di dekat tanaman tulasi di depan rumahnya. Ketika ia mengikuti jalan yang buruk, Kukarang beberapa nyanyian dan Kulatih sejumlah anak untuk melantunkan lagu itu di depan rumahnya guna memperbaiki dia. Anak-anak itu biasa berjalan berkelompok di depan rumahnya sambil melantunkan nyanyian-nyanyian tersebut. Salah satu di antaranya berbunyi sebagai berikut.


Jangan bergaul dengan perempuan jalang. Pasti engkau akan jatuh. Warga kastamu tidak akan mengizinkan engkau masuk ke rumah mereka. Kerabatmu akan membuangmu, bila mereka melihatmu. Teman-temanmu akan memukuli engkau dengan sandal Bila mereka melihat engkau didampingi perempuan semacam itu.

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Ketika anak-anak itu berjalan hilir mudik dalam kelompok sambil melantunkan nyanyian ini, ia merasa sangat malu. Ia memanggil mereka ke dalam dan bertanya, “Siapa yang mengajarkan nyanyian ini kepada kalian?” Anak-anak itu menjawab, “Raju yang mengajar kami, Pak!” Ia berpikir, “Ya, benar. Siapa lagi yang bisa mengetahui kebiasaanku, kecuali Raju?” Sejak saat itu ia membuang cara hidup dan kebiasaannya yang tidak baik. Pada waktu itu mangga segerobak penuh biasa dibawa ke rumahnya. Ia biasa membagi-bagikannya kepada semua anak dengan penuh kasih.

Pada masa itu arloji baru saja populer. Di desa, orang yang mengenakan arloji dianggap hebat. Tidak hanya itu. Lelaki pada waktu itu biasa memelihara kumis yang kecil seperti serangga di bawah hidungnya karena sedang mode. Mengingat kecenderungan mengikuti mode yang membuat orang suka berlagak ini, Kukarang sebuah nyanyian dan Kuajarkan kepada anak-anak sekolah agar mereka lantunkan sambil berkeliling di jalan.

Orang-orang mengenakan lencana putih mengkilat di tangan kirinya dengan pengikat dari kulit, dan menyebutnya mode! Penampilan mereka memuakkan, dan mereka menyebutnya mode. Kumis yang panjang dipotong dan dicukur. Sebagai gantinya, sedikit rambut dipelihara di bawah hidung, Dan mereka menyebutnya mode. Mode apa ini?

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Demikianlah Aku biasa mengarang berbagai nyanyian dan membuat anak-anak melantunkannya di desa agar orang-orang membuang ketergila-gilaan mereka pada mode dan memupuk pikiran yang luhur. Dengan cara seperti itu Aku biasa menimbulkan perubahan pada semua orang dari anak-anak hingga pinisepuh.

Sejak hari ini kalian semua harus memulai tugas untuk menimbulkan perubahan di pedesaan. Ini tidak berarti bahwa desa-desa akan diubah menjadi kota. Bukan inilah yang Kuinginkan. Yang pertama dan terpenting, desa-desa harus dijaga kebersihannya. Sekarang ini kota-kota kecil dan besar berbau busuk sekali karena polusi dan sampah. Penampilan lahiriah warga kota kelihatan sangat bersih, mereka mengenakan pantalon, kemeja, dan dasi yang bagus, tetapi pikiran dan perasaan mereka semuanya kotor. Bila engkau mengenakan pakaian putih yang bersih, engkau juga harus menjaga agar pikiran serta perasaanmu murni dan suci. Pertama-tama ubahlah dirimu sendiri, kemudian bekerjalah untuk mendatangkan perubahan di dunia.

Kemarin tiga pemuda membawakan kisah hidup Iishvarammaa dalam Burra Katha ‘cerita suci yang dilantunkan sebagai nyanyian dengan iringan musik’. Penyajian mereka bagus sekali. Uraian mereka tentang Subbammaa juga sangat baik. Aku senang sekali mendengarnya. Kisah itu unik. Selama ini belum pernah ada yang menulis kisah ini dengan cara seperti itu.


( Swami memanggil Sri Krishna Bhaskar yang menuliskan naskah burra katha dan ketiga pemuda yang membawakannya agar maju ke podium lalu Beliau memberkati mereka. Beliau juga menghadiahkan pakaian baru kepada mereka dan berfoto bersama mereka ).

Dari wacana Bhagawan pada perayaan Ugadi di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 20 Maret 2007.

Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro

*) Pancapraana ‘lima prana’ atau energi vital dalam tubuh manusia yaitu:

1. Praana.
Yang dimaksud di sini bukan prana secara keseluruhan, tetapi prana di bagian badan yang terletak di antara pangkal tenggorok dan diafragma bagian atas. Prana ini berkaitan dengan fungsi organ-organ pernapasan, organ bicara, kerongkongan, dan otot serta saraf yang menggiatkan organ-organ tersebut. Prana ini merupakan kekuatan yang menarik napas masuk ke dalam badan.

2. Apaana.
Terletak di bagian bawah pusar dan memberi energi untuk usus besar, ginjal, dubur, dan alat kelamin

3. Samaana
Energi vital ini mengatur wilayah antara jantung dan pusar; menggiatkan dan mengatur sistem pencernaan, liver, usus, pankreas, dan lambung; juga menggiatkan jantung dan sistem peredaran darah, membuat manusia dapat menyerap sari makanan.

4. Udaana.
Bagian badan di atas pangkal tenggorok diatur oleh udaana yaitu mata, hidung, telinga, dan indra pengecap. Tanpa udaana manusia tidak dapat menyadari dunia luar atau berpikir.

5. Vyaana.
Energi vital ini meliputi seluruh tubuh, mengatur dan mengendalikan segala gerakan badan dan mengkoordinasi energi vital lainnya. Vyaana menyelaraskan anggota-anggota badan, otot, jaringan ikat, saraf, dan sendi yang berkaitan, juga menyebabkan badan dapat berdiri tegak.

Foto - foto Perayaan Ugadi 2007