HUT BABA KE 77

Dari wacana HUT Bhagawan ke 77, 23– November – 2002

DENGARKAN WEJANGAN JAGATGURU
DAN UBAH DIRIMU MENJADI MANUSIA IDEAL


Siapa yang setiap hari secara teratur membuat matahari terbit pada waktu fajar dan tenggelam pada senja hari? Mengapa bintang-bintang hanya berkelap kelip pada malam hari dan tidak tampak pada siang hari?
Mengapa angin—tanpa istirahat sedetik pun—berembus dengan tiada hentinya dan memelihara makhluk hidup? Siapa yang membuat sungai-sungai mengalir tanpa henti dan menimbulkan suara riak gelombang yang menyenangkan? Siapa yang menyebabkan khayal maya dalam ciptaan? Bagaimana engkau mendapati perbedaan berdasarkan harta, agama, komunitas, dan bangsa? Siapa penguasa semua ini dan di bawah pimpinan siapa segala keajaiban ini berlangsung?
Datanglah, dengarkan perkataan Beliau, dan taati perintah Beliau.

( Puisi bahasa Telugu ).

Perwujudan kasih!

Setiap manusia dan setiap makhluk hidup mendambakan kedamaian dan kebahagiaan. Setiap orang berusaha mengetahui tujuan hidup manusia. Namun, mereka tidak berhasil dalam usaha itu. Satu di antara sejuta orang akan meneruskan usahanya dengan tekad yang teguh dan tidak menyerah sebelum tujuan tercapai. Manusia biasa tidak melakukan usaha apa-apa untuk mencapai tujuan itu karena mereka kira hal tersebut melampaui jangkauan kemampuannya. Mereka melewatkan hidupnya untuk mencari kesenangan jasmani dan duniawi yang bersifat sementara. Mereka terkelabui oleh khayal dan mengira bahwa pangan, sandang, dan papan merupakan tiga tujuan utama kehidupan manusia. Kehidupan mereka berkisar di sekitar istri dan anak-anak mereka. Mereka tidak mampu menyadari bahwa ada tujuan hidup yang lebih tinggi daripada sekadar hal ini.


Penghayatan Kemenunggalan adalah Kebijaksanaan

Orang-orang mengikuti berbagai jalan ( spiritual ) untuk menghayati kebahagiaan jiwa yang abadi. Taittiriya Upanishad mengibaratkan hal ini dengan seekor burung. Kepala burung ini disebut sraddha ‘kesungguhan’. Sayap kanannya ritam, dan sayap kirinya satyam ‘kebenaran. Badan burung itu melambangkan mahattattvam sedangkan ekornya menyimbolkan yoga.

Apa yang dimaksud dengan ritam? “Trikaala badhyam ritam”. Artinya ‘ritam tetap tidak berubah dalam tiga periode waktu: masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang’.

Sraddha
sangat penting. Sraddhavan labhate jnaanam ‘kebijaksanaan dapat dicapai dengan kesungguhan’.

Dalam Bhagawad Gita Sri Krishna berkata, “Orang yang memiliki sraddha dapat mencapai Aku.” Selanjutnya Beliau menyatakan, “Akulah perwujudan sraddha.” Orang yang tidak memiliki kesungguhan bahkan tidak dapat menyelesaikan tugas yang sederhana. Terutama dalam bidang spiritual, kesungguhan ini penting sekali. Keyakinan yang kuat dan teguh menimbulkan sraddha ‘kesungguhan’.

Kitab-kitab Upanishad telah menguraikan prinsip sraddha dengan berbagai cara. Kebijaksanaan yang dicapai melalui kesungguhan adalah tharakam ‘kebebasan’. Kurang atau tiadanya kesungguhan adalah marakam ‘perbudakan’. Prinsip tharakam ‘kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian serta kebebasan dari perbudakan pada keinginan duniawi dan ragawi’ harus dipahami, dilaksanakan, dan disebarluaskan. Inilah ajaran utama Taittiriya Upanishad.


Perwujudan kasih!

Taittiriya Upanishad menekankan perlunya meningkatkan sraddha dalam segala bidang kehidupan. Dalam kehidupan spiritual, sraddha dapat diibaratkan dengan tharaka mantra ‘mantra yang membebaskan’. Sraddha itu kekal dan abadi.

Manusia hanya dapat mencapai jnaana ‘kebijaksanaan’ bila ia memurnikan hatinya dengan meningkatkan lima aspek yaitu: sraddha, satyam, ritam, yogam, dan mahattattvam. Jnaana bukan pengetahuan yang diperoleh dari buku. Advaita darshanam jnaanam ‘penghayatan kemenunggalan adalah kebijaksanaan’. Hal yang tampak sebagai dualisme sebenarnya dilatarbelakangi oleh prinsip kemenunggalan. Inilah kebenaran utama yang diajarkan oleh Taittiriya Upanishad.

Ketika Adi Shangkara melakukan jaitra yatra ‘perjalanan kemenangan’ di India Utara, ia berjumpa dengan seorang cendekiawan besar bernama Mandana Mishra di India Utara. Shangkara melakukan perdebatan ilmiah dengannya.

Ubhaya Bhaaratii, istri Mandana Mishra, juga seorang cendekiawan besar. Ia menguasai prinsip-prinsip ritam, satyam, mahattattvam, dan sebagainya. Pada waktu itu ditetapkan bila Mandana Mishra kalah dalam perdebatan itu, ia akan menjadi sannyaasa ‘pertapa Hindu’. Shangkara memilih Ubhaya Bhaaratii sebagai juri pertandingan ini. Ketika perdebatan berlangsung, ia mendengarkan uraian dan sanggahan dengan penuh perhatian. Pertimbangannya tidak berat sebelah dan ia menyatakan Shangkara sebagai pemenang. Sebagai wanita yang bijak, ia tidak merasa kecewa suaminya kalah dalam perdebatan itu. Mandana Mishra mengambil diksa sannyaasa sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan sebelumnya. Ubhaya Bhaaratii sebagai istri yang dianggap merupakan separo dari diri suaminya ( ardhanggi ) juga mengikuti langkah tersebut. Suami istri itu meninggalkan hidup keduniawian dan menyebarluaskan jalan kebijaksanaan. Kehidupan sebagai manusia ini tidak ada nilainya bila kita tidak memperoleh kebijaksanaan.


Kebijaksanaan Timbul Bila Rasa Keakuan Lenyap

Ada dikatakan bahwa annam Brahma, raso Vishnuh, bhokta Devo Maheshvarah. Artinya ‘makanan adalah Brahma, sarinya adalah Vishnu, yang menikmati adalah Maheshvara’. Ketiga hal ini masing-masing berkaitan dengan badan, pikiran, dan perbuatan.

Manasyeekam vachasyeekam
Karmanyeekam mahaatmanaam.

Artinya,
‘Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah orang-orang yang mulia’.

Keselarasan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah ritam. Ketiga hal ini menggambarkan trinitas Brahma, Vishnu, dan Maheshvara. Karena itu, setiap orang harus berusaha menjaga kemurnian pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Kita ambil semprong pelita sebagai contoh. Setelah beberapa waktu kaca semprong itu akan tertutup lapisan jelaga yang tipis. Akibatnya sinar pelita menjadi redup. Engkau hanya dapat melihat nyala pelita dengan jelas bila semprong kacanya kaubersihkan. Inilah yang seharusnya kaulakukan. Jelaga yang menyelubungi kaca dapat diibaratkan dengan rasa keakuan ( ego ) yang menyelubungi pikiranmu. Karena rasa keakuan inilah, maka engkau tidak dapat melihat sinar kebijaksanaan Tuhan dengan pandangan batinmu.

Bagaimana rasa keakuan ini memasuki pikiranmu? Ia memasuki pikiran bila engkau meninggalkan jalan kebenaran. Bila engkau tidak mengetahui dirimu yang sejati, engkau menjadi egois, dan pikiran serta perasaan duniawi dalam dirimu akan meningkat. Agar dapat menyingkirkan rasa keakuan ini, pikiran dan perasaan duniawi harus kaukendalikan. Tanpa melenyapkan rasa keakuan, tidak mungkinlah engkau mencapai kebijaksanaan. Agar dapat melihat cahaya atma yang cemerlang dengan pandangan batinmu, engkau harus melenyapkan jelaga ego yang menyelubungi pikiranmu. Inilah ajaran Ubhaya Bhaaratii.

Ia tinggal di suatu pertapaan di tepi Sungai Ganggaa dan memberikan pelajaran spiritual kepada para wanita. Banyak wanita yang menjadi muridnya. Setiap pagi mereka biasa pergi untuk mandi di Sungai Ganggaa. Di jalan yang mereka lewati, tinggallah seorang sannyaasi dan orang-orang biasa memanggilnya sebagai Brahma jnaani ‘orang yang telah mencapai kesadaran Tuhan’. Ia pertapa yang bijak. Meskipun demikian, ia sangat melekat pada kendi gerabah yang biasa digunakannya untuk menyimpan air. Suatu hari ia berbaring berbantalkan kendi itu supaya tidak dicuri orang. Ubhaya Bhaaratii yang sedang berjalan ke Sungai Ganggaa bersama murid-muridnya melihat hal ini dan berkomentar, “Walaupun bijak, ada cacat kecil dalam dirinya. Ia sudah meninggalkan kehidupan duniawi, tetapi masih melekat pada kendi gerabah yang digunakannya sebagai bantal.” Percakapan mereka terdengar oleh sannyaasi tersebut dan ia menjadi marah. Ketika Ubhaya Bhaaratii dan murid-muridnya kembali dari Sungai Ganggaa, dilemparkannya kendi itu ke jalan sekadar untuk memperlihatkan bahwa ia tidak melekat pada benda itu. Melihat ini, Ubhaya Bhaaratii berkata, “Kukira hanya ada satu cacat dalam dirinya yaitu kelekatan ( abhimana ). Sekarang kusadari bahwa ia juga mempunyai cacat lain yaitu rasa keakuan ( ahangkara ). Bagaimana orang yang memiliki rasa keakuan dan kelekatan menjadi seorang jnaani ‘orang yang menyadari kemenunggalannya dengan alam semesta’? Hal ini membuka mata sannyaasi tersebut.


Wanita adalah Perwujudan Kebajikan

Ubhaya Bhaaratii mengadakan perjalanan ke segala penjuru negeri untuk mengajar dan menyebarluaskan jalan kebijaksanaan ( jnaana ).

Menurut kodratnya, wanita adalah perwujudan vijnaana, sujnaana, dan prajnaana. Mereka adalah gudang segala kebajikan. Akan tetapi, karena pengaruh Zaman Kali, kini wanita dipandang rendah. Ini kesalahan yang serius. Mereka harus dihormati sebagaimana mestinya.
Kini wanita bersaing dengan pria untuk mencari pekerjaan. Akan tetapi, sebelum melakukan hal itu, mereka harus lebih dahulu mengurus kebutuhan-kebutuhan rumah tangganya.

“Bila semua wanita pergi bekerja, siapa yang akan mengurus rumah?
Bila suami dan istri keduanya pergi ke kantor,
siapa yang akan mengurus rumah tangga?
Bila kaum wanita pergi mengajar anak-anak orang lain,
Siapa yang akan mengajar anak-anak mereka sendiri?
Bila wanita pergi sambil menjinjing buku seperti pria,
Siapa yang akan bekerja di dapur?
Memperoleh uang mungkin dapat menyelesaikan masalah-masalah finansial, tetapi bagaimana hal itu dapat memecahkan masalah rumah tangga?
Bila hal ini kaupikirkan dengan sungguh-sungguh, tidak ada kebahagiaan bagi wanita yang bekerja di kantor.

( Puisi bahasa Telugu ).


Bila wanita juga pergi mencari uang, mungkin kesulitan finansial dapat diatasi, tetapi akan timbul banyak masalah dalam rumah tangganya.

Wanita adalah perwujudan keberanian dan keteguhan hati. Mereka menanggung segala kesulitan dengan tabah dan menjaga kehormatan keluarga. Mereka hidup sesuai dengan reputasinya sebagai istri dan ibu rumah tangga.

Manusia harus mengikuti jalan kebenaran agar memperoleh kebijaksanaan. Ada dikatakan,

“Satyam bruuyaat, priyam bruuyaat,
na bruuyaat satyamapriyam.”

Artinya,

‘Ucapkan kebenaran, berbicaralah secara santun,
dan jangan mengatakan kebenaran yang tidak menyenangkan’.


Ketiga hal ini masing-masing berkaitan dengan nilai-nilai moral, darma, dan spiritual.

Segala sesuatu terkandung dalam kebenaran. Engkau tidak perlu mengunjungi berbagai tempat ibadat untuk mencari Tuhan. Sesungguhnya kebenaran adalah Tuhan dan ada di mana-mana. Kebenaran menganugerahkan kelimpahan dan kemakmuran kepada semuanya. Karena itu, ikuti jalan kebenaran. Lakukan kebajikan. Dapatkan kebijaksanaan.

Agar dapat melakukan semua latihan spiritual ini, langkah pertamanya yaitu engkau harus makan makanan yang benar. Murnikan makananmu dengan mempersembahkannya kepada Tuhan. Annam Brahma. Artinya engkau harus menganggap makanan sebagai perwujudan Tuhan. Raso Vishnuhu. ‘Intisari makanan yang menyebar ke seluruh bagian tubuhmu adalah perwujudan Vishnu ( Vishnu svaruupa ). Bhokta Devo Maheshvarah. Artinya ‘yang memakan makanan adalah perwujudan asas Shiva’. Bila manusia memupuk perasaan yang suci seperti itu, ia menjadi Shiva.

Shiva Melambangkan Penyangkalan Diri
Shiva melambangkan pengorbanan dan penyangkalan diri yang sempurna. Di dunia ini setiap orang mempunyai dehaabhimana ‘kelekatan pada tubuh’. Meskipun demikian, Shiva sama sekali tidak mempunyai kelekatan pada tubuh. Beliau hanya mempunyai kasih pada diri sejati ( aatmabhimana ).
Rambut Beliau lebat dengan rembulan menghias kepala Beliau,
dan air Sungai Ganggaa yang sejuk mengalir di antara rambut Beliau yang dikempalkan,
dengan mata kebijaksanaan bersinar cemerlang di tengah dahi,
dan leher yang ungu mengkilat bagaikan kemilau beri hitam.
Beliau mengenakan ular sebagai gelang dan ikat pinggang.
Seluruh tubuh Beliau dilumuri vibhuti.
Dahi Beliau dihias titik kumkum ( serbuk merah ).
Bibir Beliau yang merah berkilau oleh air sirih,
anting-anting berlian tergantung di telinga Beliau,
dan seluruh tubuh Beliau yang bewarna sawo matang
bersinar dengan kecemerlangan suci.

( Puisi bahasa Telugu ).

Suatu kali Dewi Paarvatii menemui Shiva dan menyatakan keinginannya untuk membangun rumah bagi mereka berdua. Ia berkata, “Oh Tuanku, Paduka pergi dari rumah ke rumah untuk meminta sedekah dan tidak berpikir untuk membangun rumah bagi kita berdua. Tanpa tempat tinggal yang layak, bagaimana kita dapat hidup bersama?” Shiva menenangkannya dengan berkata, “Paarvatii, apa gunanya membangun rumah? Tikus-tikus akan menempatinya bahkan sebelum kita memasukinya. Untuk mengendalikan tikus-tikus itu, kita perlu memelihara kucing. Lalu kita harus membeli sapi untuk menyediakan susu bagi kucing. Dengan demikian kebutuhan kita akan berlipat ganda dan ketenteraman batin kita akan lenyap. Karena itu, jangan memiliki keinginan seperti itu.”

Shiva tidak memiliki kelekatan pada tubuh. Beliau adalah perwujudan penyangkalan diri. Penyangkalan diri secara total membawa manusia menuju kebijaksanaan. Inilah ajaran Shiva kepada umat manusia.

Apakah kebijaksanaan? Kemurnian dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah kebijaksanaan sejati. Badan, pikiran, dan kelakuanmu harus murni. Berdasarkan inilah, maka dikatakan, “Studi yang baik bagi umat manusia adalah mempelajari manusia.” Ini berarti bahwa kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan merupakan sifat kemanusiaan yang sejati. Hal ini sangat sederhana dan mudah dilaksanakan. Akan tetapi, tidak seorang pun berusaha melakukannya. Walaupun Sungai Gangga mengalir di dekatnya, orang-orang tidak masuk ke dalam airnya dan membersihkan tubuh mereka. Orang-orang tidak menggunakan kemudahan yang tersedia bagi mereka. Ini menunjukkan kemalasan dan tamo guna ‘sifat lembam dan malas’. Engkau harus melenyapkan sifat hewani ini, memupuk sifat-sifat kemanusiaan, dan meningkat ke taraf ketuhanan.


Makanan Menentukan Perbuatanmu

Perwujudan kasih.

Berusahalah sedapat-dapatnya memurnikan hatimu. Inilah yang terutama harus kauikhtiarkan. Dengan hati yang murni, engkau dapat mencapai apa saja. Agar dapat mempunyai hati yang murni, makananmu harus suci. Orang yang memasak makanan itu harus mempunyai perasaan yang suci.

Pada zaman dahulu para brahmana ortodoks hanya makan makanan yang disiapkan oleh istri mereka. Sebabnya yaitu para istri mengharapkan kesejahteraan seluruh keluarga dan ia menyiapkan makanan dengan perasaan itu. Sebaliknya, bila engkau mempekerjakan tukang masak, hanya Tuhan yang tahu perasaan apa yang mereka miliki pada waktu menyiapkan hidangan! Pikiran-pikirannya yang tidak suci masuk ke dalam makanan dan pada gilirannya meracuni pikiranmu.

Annam Brahma artinya ‘makanan adalah ( perwujudan ) Tuhan’. Karena itu, hidangan harus disiapkan dengan perasaan-perasaan yang suci. Sekadar kebersihan badan tidak cukup, pikiran pun harus bersih. Engkau harus menjaga agar sayur yang digunakan untuk menyiapkan hidangan diperoleh dengan cara yang benar. Misalnya saja seorang suami membawa sayuran dari pasar. Mungkin ia menyalahgunakan kedudukannya dan mengambil sayuran itu tanpa dibayar, atau penjual sayur mungkin telah mendapatkan sayuran itu dengan cara-cara yang tidak jujur. Bila sayuran semacam itu dimakan, pikiran dan perasaanmu akan tercemar. Engkau tidak menyadari bahwa makanan yang kaumakanlah yang bertanggung jawab atas perbuatan yang kaulakukan. Makanan yang tidak suci membuat engkau melakukan perbuatan yang tidak suci.


Perwujudan kasih!

Makanlah hanya setelah berdoa dan sesudah makanan itu kaupersembahkan kepada Tuhan. Hanya dengan demikianlah makanan itu akan disucikan dan menerangi akal budimu.

Dahulu ada seorang sannyaasi yang tinggal di pertapaan di dekat Ashram Shivaananda. Ia orang yang saleh. Suatu hari seorang usahawan tua yang kaya menyumbang uang untuk menyiapkan makanan bagi penghuni ashram pada hari kesebelas setelah istrinya yang masih muda meninggal. Usahawan itu, karena kaya, berhasil membujuk ayah si gadis dengan uang dan menikahi putrinya yang masih muda. Wanita itu melewatkan waktunya meratapi nasib di rumah usahawan tersebut. Karena muak pada hidup yang ditempuhnya, suatu hari ia bunuh diri dengan terjun ke Sungai Ganggaa. Pada hari kesebelas usahawan itu melakukan upacara doa untuk arwah. Di ashram itu ada peraturan bahwa mereka tidak menerima makanan yang telah dimasak. Karena itu, usahawan tersebut memberikan uang yang diperlukan untuk menyiapkan makanan. Sannyaasi yang murni hatinya itu menyantap hidangan tersebut bersama dengan penghuni ashram yang lain. Malam itu ia tidak dapat tidur dengan baik. Dalam mimpi dilihatnya seorang wanita muda. Ia berpikir, “Aku tidak pernah mempunyai pikiran semacam itu, aku juga tidak menghasratkan kesenangan sensual. Jadi, mengapa aku mendapat mimpi buruk semacam ini?” Bahkan dalam meditasi pun ia mendapat penampakan yang sama. Karena itu, ia pergi menemui gurunya yang bernama Satchidaanandam dan menjelaskan keadaannya yang sulit, “Swami, mengapa saya mendapat penampakan yang tidak suci seperti ini?” Sang guru memberitahu muridnya agar jangan merasa cemas. Diutusnya seseorang untuk memanggil usahawan itu lalu ia berbicara dengannya. Dari percakapan itu ditemukannya hal yang menyebabkan istri usahawan itu meninggal sebelum waktunya. Ia mengerti bahwa wanita itu muncul dalam mimpi muridnya karena sannyaasi muda itu telah makan hidangan yang disiapkan sebagai bagian dari upacara doa bagi arwahnya. Sejak hari itu sannyaasi tersebut berhenti makan hidangan yang dimasak dan hanya hidup dari buah-buahan serta susu. Bhikshannam deharakshanartham. Artinya ‘makanan diperlukan untuk menopang tubuh’. Sebuah mobil memerlukan bensin agar dapat berjalan. Demikian pula, badan memerlukan makanan untuk memeliharanya. Karena itu, makhluk hidup harus makan sesuatu untuk memelihara tubuhnya.

Kadang-kadang engkau mendapat mimpi dan penampakan yang buruk dalam meditasi. Itu diakibatkan oleh makanan yang tidak suci. Sebelum memasak engkau harus menyelidiki apakah bahan makanan itu diperoleh dengan cara-cara yang halal. Hanya dengan demikianlah hidangan itu layak dimakan.

Sebelum makan engkau harus berdoa,

“Brahmaarpanam brahma havir
brahmaagnau brahmanaa hutam,
brahmaiva teena gantavyam
brahma-karma-samaadhinaa.

( Bhagawad Gita, 4:24 ).

Artinya,

‘Kepada Brahman persembahan itu ( dihaturkan );
Persembahan itu adalah Brahman,
Dipersembahkan oleh Brahman,
Ke dalam api Brahman.
Hanya dialah ( akan ) mencapai Brahman,
Yang dalam segala kegiatannya
Asyik merenungkan Brahman’.


Bila engkau berdoa dengan perasaan yang suci, makanan itu akan disucikan.

Suatu hari Raja Vikramaaditya menyelenggarakan konperensi yang besar. Ia mengajukan pertanyaan, “Mana yang lebih hebat, budi atau kecerdasan ( medha )?” Para peserta berkata bahwa kecerdasan lebih hebat. Akan tetapi, Vikraamaditya tidak menyetujui pendapat mereka. Ia berkata bahwa budi lebih hebat karena sangat suci dan mengandung pengetahuan diri sejati. Buddhi grahya matindriyam. Artinya, ‘budi melampaui pikiran dan indra’.


Perwujudan kasih!

Sebelum makan ucapkan mantra suci itu, maka hal-hal yang tidak baik tidak akan masuk ke dalam hatimu. Annam Brahma, raso Vishnuhu, bhokta Devo Maheshvarah. Artinya, ‘makanan adalah Brahma, sarinya adalah Vishnu, yang memakannya adalah Maheshvara’. Ketiga hal ini masing-masing berkaitan dengan badan, pikiran, dan perbuatan. Kemurnian dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah kebijaksanaan sejati. Engkau tidak perlu melakukan latihan spiritual lainnya. Orang-orang melakukan berbagai latihan rohani, tetapi hal itu hanya memberikan kepuasan sementara. Sebaliknya, bila pikiran, perkataan, dan perbuatanmu murni, engkau akan menghayati kebahagiaan abadi.


Jangan Pernah Menyimpang dari Jalan Kebenaran

Perwujudan kasih!

Ritam1) adalah hal yang tidak berubah dalam ketiga periode waktu: masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Itulah kebijaksanaan sejati. Hal yang mengalami perubahan adalah marakam dan hal yang tidak berubah adalah tharakam.
“Pahami prinsip tharakam dengan karunia sad guru ‘guru sejati’ dan ketahui perbedaan antara hal yang abadi dan sementara. Ketahuilah rahasia tharakam ( soham ) yang diulang-ulang dengan tiada putusnya oleh jivaatma ‘jiwa individu’ dalam ketiga tahap kesadaran yaitu: jagrat ‘tahap jaga’, swapna ‘tahap mimpi’, dan sushupti ‘tahap tidur lelap’.

( Puisi bahasa Telugu ).


Apa pun agama atau komunitasmu, engkau harus memahami taraka mantra ini.

Kini orang-orang menyebut dirinya bakta, tetapi perbuatan mereka tidak sesuai dengan pernyataan mereka. Pikiran, perkataan, dan perbuatan mereka penuh dengan hal-hal yang tidak benar dan jahat. Cinta kasih mereka dicemari sifat mementingkan diri dan sikap mengutamakan kepentingan pribadi. Mereka bersikap sebagai bakta, pergi berkeliling dunia, dan melakukan berbagai perbuatan jahat. Dari luar mereka tampak saleh, tetapi di dalam dirinya mereka penuh dengan berbagai kecenderungan jahat. Mereka menghancurkan hidupnya sendiri demi uang. Engkau harus waspada terhadap orang-orang semacam itu dan menjauhi mereka. Memandang wajah mereka pun merupakan dosa.

Beberapa bakta berkata, “Swami, kami ingin menghadiri perayaan hari ulang tahun Swami, tetapi tidak mendapat cuti. Karena itu, kami memutuskan untuk minta cuti sakit lalu datang.” Kukatakan kepada mereka, “Perbuatan itu tidak benar. Tidak mengapa bila engkau tidak bisa datang, tetapi jangan berbohong.” Ikuti satya vratam ‘nazar kebenaran’. Hanya dengan demikianlah engkau dapat memperoleh penampakan Sarveshvara ‘Penguasa alam semesta’. Engkau dapat memurnikan diri dengan doa. Kebijaksanaan akan timbul dalam dirimu melalui doa dan doa itu adalah, “Annam Brahma, raso Vishnuhu, bhokta Devo Maheshvarah.” Latihan spiritual lainnya tidak diperlukan.

Ada sembilan jalan bakti yang telah disarankan untuk para peminat kehidupan spiritual yaitu:

( 1 ) shraavanam ‘mendengarkan tentang kemuliaan Sang Avatar ( termasuk segala hal mengenai Beliau: wujud Beliau, sifat, mukjizat, kegiatan, ajaran Beliau, dan sebagainya, keterangan penerjemah )’,

( 2 ) kiirtanam ‘menyanyikan nama dan kemuliaan Tuhan atau kidung suci’ ( termasuk membicarakan mukjizat dan ajaran Beliau, keterangan penerjemah ),

( 3 ) Vishnusmaaranam ‘merenungkan Tuhan’ ( termasuk merenungkan kemuliaan, mukijzat, dan ajaran Beliau, keterangan penerjemah ),

( 4 ) paadasevanam ‘melayani kaki suci Sang Avatar’, ( di sini bakta menggabungkan bakti yoga dengan karma yoga, ia melaksanakan tugasnya dan berdarma bakti bagi segala makhluk dengan perasaan bahwa ia melayani kaki suci Sang Avatar, keterangan penerjemah ),

( 5 ) vandanam ‘bersembah sujud’ ( juga berarti memuji Tuhan, bersyukur dan menerima segala sesuatu sebagai anugerah-Nya, keterangan penerjemah ),

( 6 ) archanam ‘persembahan’ ( persembahan ini berubah sesuai dengan perkembangan bakti sang bakta, dari mempersembahkan bunga, buah, makanan, dan sebagainya hingga mempersembahkan waktu, tenaga, cinta kasih, hidup, dan segala-galanya, keterangan penerjemah ),

( 7 ) daasyam ‘mengabdi’, ( bakta menganggap Sang Avatar sebagai junjungan dan menganggap dirinya sebagai abdi atau alat Beliau’, keterangan penerjemah ),

( 8 ) sneham ‘bersahabat’ ( pada tahap ini bakta menganggap Sang Avatar sebagai sahabatnya. Ia rindu ingin dekat dengan Tuhan tidak hanya secara fisik, mental, dan spiritual, tetapi juga ingin menunggal dengan kesadaran Tuhan ),

( 9 ) aatmanivedanam ( ‘atma = aku; nivedanam = mempersembahkan; aatmanivedanam = mempersembahkan rasa keakuan yang keliru atau individualitas kepada Tuhan. Bakta menyadari bahwa segala sesuatu adalah perwujudan kesadaran semesta, termasuk badan dan pikirannya, keterangan penerjemah ).


Engkau harus memupuk persahabatan dengan Tuhan. Bila Tuhan adalah sahabatmu, seluruh dunia akan kaukendalikan. Akan tetapi, kini orang-orang yang malang kehilangan persahabatannya dengan Tuhan. Bersahabat dengan Tuhan itu tidak mudah, tetapi engkau harus berusaha keras ke arah ini. Bila engkau sudah meningkatkan persahabatan dengan Tuhan, engkau harus memanfaatkannya melalui latihan spiritual. Jangan membuang-buang waktu dalam pembicaraan yang tidak berguna.


Perwujudan kasih!

Selalulah berbicara yang benar. Inilah yang hari ini harus kaupelajari. Kebenaran adalah dasar hidupmu. Sesungguhnya kebenaran adalah Tuhan. Karena itu, jangan pernah menyimpang dari jalan kebenaran.


Aku Perwujudan Kebahagiaan Abadi

Para siswa!

Setelah menempuh pendidikan di sini dan setelah mendengarkan ajaran Swami, engkau harus mengubah dirimu menjadi manusia yang ideal. Orang-orang dari berbagai negara yang jauh menunggu-nunggu kesempatan untuk datang ke sini. Setelah kalian diberkati dengan kesempatan suci untuk hidup dalam kehadiran Sang Avatar, manfaatkan ini sepenuhnya. Jangan pernah mengucapkan perkataan yang kasar. Jangan pernah berdusta. Kadang-kadang mengatakan kebenaran dapat membahayakan. Dalam keadaan seperti itu, jangan mengatakan kebenaran dan juga jangan berdusta, diamlah. Engkau harus melampaui dualitas kebenaran dan ketidakbenaran. Karena kalian semua masih muda belia, inilah saat yang terbaik untuk memulai jalan ( spiritual ) yang suci. Mulailah dini, kemudikan perlahan-lahan, dan tibalah dengan selamat.

Aku sama sekali tidak berminat merayakan hari ulang tahun-Ku. Pada kesempatan ini para bakta ingin menyelenggarakan berbagai acara, tetapi tidak Kuizinkan. Karena banyak dari antara kalian berkumpul di sini, maka pertemuan ini berlangsung. Jika tidak, Aku bahkan tidak berminat menyelenggarakan pertemuan ini. Segala hari merupakan hari raya bagi-Ku. Aku selalu bahagia. Aku adalah perwujudan kebahagiaan abadi. Kebahagiaan macam apa? Bukan kebahagiaan yang diberikan oleh orang atau makhluk lain. Aku tidak menunggu orang atau makhluk lain memberi-Ku kebahagiaan. Kebahagiaan-Ku timbul dari dalam batin.

Nityaanandam, parama sukhadam, kevalam jnaanamurtim. Dwandwatiitam, gagana sadrisham tattvamasyadi lakshyam, Ekam, nityam, vimalam, achalam, sarvadhii sakshibhuutam, Bhavatiitam, trigunarahitam.

Artinya,

‘Tuhan adalah perwujudan kebahagiaan abadi,
Beliau adalah kebijaksanaan mutlak,
Yang Maha Esa, melampaui segala sifat yang bertentangan,
Mahaluas, dan meliputi segala sesuatu bagaikan angkasa,
Tujuan yang ditunjukkan oleh pernyataan agung dalam kitab-kitab Veda yaitu Tattvamasi,
abadi, murni, tidak berubah, saksi segala fungsi akal budi, melampaui segala keadaan mental,
dan melampaui ketiga sifat: sattva, rajas, dan tamas’.


Aku melampaui segala sifat. Entah engkau percaya atau tidak, Aku adalah perwujudan kebahagiaan. Bila engkau beranggapan bahwa tidak demikian halnya, maka itu karena ketidaksempurnaan di dalam dirimu. Apa pun yang Kulakukan Kuperbuat demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaanmu. Tempuhlah hidup yang bahagia dan tidak bercela. Itulah yang Kuinginkan darimu. Aku tidak mempunyai kecemasan atau penderitaan kapan pun juga. Mengapa Aku harus merasa cemas bila Aku memiliki segalanya? Aku tidak mempunyai keinginan. Apa pun yang Kukatakan, apa pun yang Kulakukan, baik bagimu, bukan bagi-Ku. Aku telah datang ( ke dunia ) demi kalian. Karena itu, manfaatkan Aku sepenuhnya. Aku selalu siap, asalkan engkau memupuk pikiran-pikiran yang baik. Tempuhlah hidup yang suci.

Kadang-kadang Aku tidak berbicara kepadamu. Engkau berpikir, “Mungkin kami telah melakukan suatu kesalahan. Itulah sebabnya Swami tidak berbicara dengan kami.” Akan tetapi, sesungguhnya bukan sifat-Kulah untuk melihat cacat cela orang lain. Pandangan-Ku amat suci. Aku selalu melihat kebaikan dalam dirimu. Keburukan yang kaulihat adalah imajinasimu sendiri. Karena ada keburukan di dalam dirimu, engkau melihat hal itu dalam diri orang lain. Akan tetapi, bagi-Ku, bahkan yang buruk pun tampak sebagai baik. Karena itu, jangan memiliki keraguan apa pun mengenai Swami. Samsayatma vinashyati ( Bhagawad Gita ), artinya ‘yang sangsi akan binasa’. Miliki keyakinan yang teguh.


Perwujudan kasih!

Sambutlah tamu-tamumu dan hormati mereka dengan sepatutnya. Berikan kasihmu kepada semuanya. Beri makan mereka yang lapar. Hanya dengan demikianlah engkau dapat memiliki ketenteraman batin. Selaraskan pikiran, perkataan, dan perbuatanmu. Tidak ada kebijaksanaan yang lebih hebat daripada hal ini. Amalkan ritam dalam hidupmu. Inilah jalan menuju kebebasan ( tharakam ).

Bila engkau sering ragu, maka engkau adalah orang yang paling malang. Tidak mudah dikendalikan adalah sifat pikiran yang seperti kera. Engkau termasuk dalam umat manusia. Setelah lahir sebagai manusia, engkau harus meningkatkan kemantapan pikiran. Manusia melambangkan tharakam. Pikiran yang resah seperti kera melambangkan marakam ‘perbudakan’ ( pada aneka keinginan ragawi dan duniawi ).


Perwujudan kasih,

Pada hari ulang tahun-Ku ini engkau harus mempelajari sesuatu yang sangat penting yaitu jangan membuang-buang waktumu dalam percakapan yang tidak berguna. Waktu yang hilang tidak dapat diperoleh kembali. Anggaplah kebenaran sebagai Tuhan.

Satyaannaasti paro dharmah.

Artinya,

‘Tiada darma yang lebih mulia daripada mengikuti kebenaran’.


Karena itu, ikuti jalan kebenaran dan laksanakan kebajikan.


Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci dalam bahasa Telugu, “Satya dharmamu shaanti preemalatoo … .”


Dari wacana Bhagawan pada perayaan hari ulang tahun Beliau di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 23 – 11 – 2002


Penjelasan

1) Ritam adalah tata tertib, irama, dan keselarasan kosmis. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, perbuatan yang selaras dengan pikiran serta perkataan, berdisiplin, dan dilakukan tanpa pamrih, dengan niat yang mulia, demi kebaikan orang banyak, dapat digolongkan dalam ritam, atau layak mendapat status ritam.

Diterjemahkan oleh: Dra. Retno T. Buntoro