NATAL 2002

Wacana Bhagawan pada hari Natal, 25- 12 – 2002.

KASIH DAN MORALITASLAH YANG KINI DIBUTUHKAN


Buanglah kesombongan, maka engkau akan disayang semua orang. Buanglah kemarahan dan segala kecemasan. Membatasi keinginan adalah jalan menuju kemakmuran. Membuang ketamakan adalah jalan termudah menuju kegembiraan.

( Sloka bahasa Sanskerta ).

Perwujudan kasih!

Segala objek di dunia ini mempunyai lima aspek yaitu: sat ‘eksistensi’, chit ‘kesadaran’, aananda ‘kebahagiaan’, ruupa ‘wujud’, dan naama ‘nama’. Eksistensi, kesadaran, dan kebahagiaan adalah tiga sifat yang permanen dalam setiap individu. Nama dan wujud itu bersifat sementara. Manusia telah melupakan dirinya yang sejati, dan menempuh hidupnya dengan keyakinan bahwa nama serta wujud itu nyata. Dunia yang sementara ini dianggapnya langgeng.

Tuhan melampaui segala sifat dan perasaan. Agak aneh bahwa manusia menganggap Tuhan mempunyai sifat dan perasaan. Penting sekali setiap individu mengetahui kasih, kebenaran, dan belas kasihan Tuhan yang tidak terbatas. Walaupun pada hakikatnya manusia itu bersifat Tuhan, sikap dan tingkah lakunya seperti iblis karena ia telah melupakan sifat-sifat ketuhanan yang merupakan pembawaannya sejak lahir. Setiap manusia dianugerahi diiksha ‘kebulatan tekad’ dan dakshata ‘keterampilan’. Hanya mereka yang menggunakan kebajikan-kebajikan ini untuk tujuan yang luhur adalah manusia sejati.


Sifat Manusia yang Sejati adalah Satyam, Jnaanam, dan Anantam

Kekuatan kosmis terletak dalam pusar Tuhan. Karena itu, Beliau dikenal sebagai Hiranyagarbha ‘kesadaran semesta yang bersinar keemasan, yang merupakan sumber segenap ciptaan’. Karena Tuhan penuh kecemerlangan dan sinar ketuhanan, maka Beliau disebut perwujudan keindahan dan kecemerlangan. ( Dari antara semua makhluk ), kehidupan sebagai manusia itu paling luhur karena ia diberkati dengan prinsip Hiranyagarbha.

Tuhan juga dikenal sebagai Prajapati karena Beliau adalah pencipta seluruh alam semesta. Agar dapat memahami prinsip ketuhanan, engkau harus memahami arti mendalam yang terkandung pada setiap nama Tuhan. Tuhan mempunyai bermacam-macam nama dan setiap nama mengandung arti yang mendalam. Itulah sebabnya leluhur kita zaman dahulu biasa menamai anak-anaknya dengan nama-nama Tuhan.

Kini manusia berusaha mencari Tuhan dan menyelidiki sifat-sifat Tuhan. Bila Tuhan ada di dalam batinmu, perlukah engkau mencari Beliau? Tuhan adalah perwujudan kasih. Kebenaran adalah wujud dan sifat Beliau yang sejati. Satyaannaasti paro dharmah, artinya ‘tiada darma yang lebih mulia daripada mengikuti kebenaran’. Akan tetapi, kini manusia tidak mampu memahami arti kebenaran. Untuk memuaskan aneka keinginannya, ia menganggap hal yang tidak benar sebagai kebenaran. Pertama-tama manusia harus berusaha memahami sifatnya yang sejati yaitu satyam ‘kebenaran’, jnaanam ‘pengetahuan’, dan anantam ‘ketidakterbatasan’. Tuhan telah menganugerahkan berbagai kitab suci kepada manusia”: Veda, Shaastra, Puraana, dan Itihasa agar ia menyadari kenyataan bahwa sesungguhnya ia bersifat Tuhan.

Setiap manusia di dunia ini diberkati dengan kebenaran, kebajikan, dan kasih. Ia adalah perwujudan sat ‘eksistensi’, chit ‘kesadaran’, dan aananda ‘kebahagiaan’. Sifat-sifat ini sesungguhnya merupakan sifat Tuhan. Sat adalah hal yang tidak berubah dan abadi. Chit adalah chaitanya ‘kesadaran’. Atma adalah istilah lain untuk menyebut Tuhan. Brahma merupakan sinonimnya. Tuhan ada dalam setiap manusia dalam wujud chaitanya ‘kesadaran’. Hanya orang yang memahami prinsip chaitanya ini merupakan manusia sejati. Sat chit aananda dan satyam jnaanam anantam merupakan kata yang berbeda, tetapi artinya sama.

Di dunia ini kita jumpai berbagai aliran filsafat seperti atheisme, dualisme, non-dualisme, non-dualisme yang terbatas, dan sebagainya. Nama suci Keshava ( salah satu sebutan Sri Krishna ) paling penting di antara semuanya. Intisari segala aliran filsafat terkandung di dalamnya. Nama ini terdiri dari tiga aksara yaitu ka + esa + va yang masing-masing melambangkan trinitas suci Brahma, Iishvara, dan Vishnu. Karena itu, Keshava melambangkan prinsip penciptaan, pemeliharaan, dan penghancuran. Manusia dapat memahami dirinya yang sejati bila ia merenungkan nama suci Keshava dan memahami maknanya.

Kaum bijak kita zaman dahulu melakukan penelitian yang mendalam dan penyelidikan batin untuk memahami Tuhan. Akhirnya mereka menyatakan kepada dunia, “Vedaaham etam Purusham mahaantam Aadityavarnam tamasah parastaat.” ‘Dengan pandangan batin saya telah melihat Yang Mahatinggi yang bersinar dengan kecemerlangan semilyar surya dan melampaui tamas ‘kegelapan kekaburan batin’. Mereka mengimbau manusia agar berusaha memperoleh penampakan Tuhan. Sejak saat itu manusia mulai percaya kepada Tuhan. Akan tetapi, seiring dengan berlalunya waktu, keyakinannya mulai menyusut. Ia menderita kesedihan karena tidak percaya kepada Tuhan.

Ia yang disebut sebagai Allah oleh kaum Muslim, Sebagai Yehovah oleh orang Kristen, Yang dipuja oleh bakta Vishnu sebagai Tuhan dengan mata bak daun bunga teratai, Yang dikenal sebagai Sambhu oleh mereka yang memuja Shiva, Dengan cara apa pun Beliau dipuja, Beliau menanggapinya dengan senang hati, Beliau menganugerahkan kemasyhuran serta kemujuran, Dan melimpahkan kebahagiaan serta sukacita. Beliau adalah ( kesadaran semesta ) Yang Maha Esa, Diri Yang Mahatinggi. Ketahuilah Beliau sebagai Paramaatma.

( Puisi bahasa Telugu ).


Tuhan itu Maha Esa. Beliau mempunyai banyak nama. Berbagai agama yang berbeda muncul, tetapi semuanya membawa manusia menuju Tuhan ( kesadaran semesta ) yang sama.

Agama ada banyak, tetapi tujuannya satu. Pakaian ada banyak, tetapi benang itu satu. Perhiasan ada banyak, tetapi emas itu satu. Sapi ada banyak, tetapi air susu satu. Makhluk ada banyak, tetapi napas itu satu. Kasta ada banyak, tetapi umat manusia itu satu.

( Puisi bahasa Telugu ).


Karena itu, bila setiap orang menyelidiki sifatnya yang sebenarnya, ia dapat menghayati kebenaran.


Masa Kanak-kanak Yesus

Yesus adalah tokoh yang mulia. Beliau menyatakan bahwa Beliau adalah putra Tuhan, tetapi Beliau tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Ketika Yesus lahir, tiga bangsawan bijak dari Timur mengikuti petunjuk bintang hingga tiba di sebuah kandang sapi di Bethlehem tempat Yesus yang masih bayi terbaring di palungan. Beliau memancarkan aura suci yang cemerlang. Orang bijak yang pertama berkata, “Anak ini akan mencintai Tuhan.” Orang bijak kedua berkata, “Ia akan dikasihi Tuhan.” Yang ketiga berkata, “Ia akan mengasihi semuanya. Ia tidak berbeda dari Tuhan.” Orang yang mencintai Tuhan adalah utusan Tuhan, orang yang dikasihi Tuhan adalah putra Tuhan, dan orang yang memahami ( serta menghayati ) prinsip kemenunggalan menyatu dengan ( kesadaran ) Tuhan. Inilah makna yang terkandung pada pernyataan yang disampaikan dalam Alkitab. Engkau sebagaimana anggapanmu, engkau sebagaimana anggapan orang lain, dan engkau yang sesungguhnya. Arti pernyataan ini harus kaupahami.

Yesus kecil diasuh dan dibesarkan oleh Bunda Maria, sedangkan ayah Beliau bekerja sebagai tukang kayu. Pada waktu itu ada perayaan di Yerusalem dan Yesus kecil dibawa ke sana oleh orang tua Beliau. Mereka kehilangan Yesus di antara orang banyak. Mereka tidak dapat menemukan Beliau walaupun telah berusaha mencarinya ke berbagai tempat. Wajarlah bila Bunda Maria sangat cemas. Akhirnya mereka pergi ke tempat ibadah untuk berdoa. Alangkah herannya mereka ketika melihat Yesus kecil sedang berjalan keluar dari tempat ibadah.

Rupanya selama itu Yesus berada di dalam tempat ibadah mendengarkan darmawacana yang diberikan oleh Rabbi di situ. Sang ibu yang merasa khawatir memegang putranya dan mulai mengajukan berbagai pertanyaan tentang apa yang dilakukannya selama itu. Yesus kecil menjawab, “Ibu, mengapa Ibu takut? Selama ini saya berada di tangan Tuhan. Saya mendengarkan sabda Tuhan yang dijelaskan oleh Rabbi di tempat ibadah.” Demikianlah sejak masih kanak-kanak pikiran Yesus sudah terarah kepada Tuhan.

Setelah beberapa waktu, Yusuf, bapak ( angkat ) Beliau meninggal. Bunda Maria berkata kepada Yesus, “Sekarang karena ayah-Mu meninggal, Engkau harus meneruskan pekerjaannya agar kita mendapat nafkah.” Akan tetapi, Yesus tidak berminat meneruskan pekerjaan ayah Beliau. Bunda Maria pun tidak ingin menentang kecenderungan alami putranya. Suatu hari Yesus muda pergi ke puncak sebuah bukit yang sunyi. Sang ibu sangat cemas, bahkan sedih sekali karena putranya tidak kelihatan. Selama itu Yesus duduk dan merenungkan Tuhan. Setelah beberapa waktu Beliau kembali. Dalam perjalanan pulang di pantai Laut Galilea, Beliau berjumpa dengan sekelompk pria yang sedang cemas. Ketika Yesus yang masih muda bertanya kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka khawatir, mereka berkata bahwa mereka adalah nelayan dan sudah agak lama tidak memperoleh seekor ikan pun dalam jaring mereka. Yesus berkata, “Ikuti Aku, adakah air yang tidak mempunyai ikan?” Beliau pergi ke perahu-perahu mereka dan mengarahkan mereka ke tengah samudra. Dimintanya mereka melepaskan jala di tempat tertentu. Alangkah heran dan sangat gembira para nelayan itu ketika mendapati bahwa jala mereka ternyata penuh ikan. Peristiwa ini menimbulkan keyakinan yang besar dalam hati para nelayan. Karena itu, keyakinan perlu sekali bagi umat manusia.

Di mana ada keyakinan, di situ terdapat kasih. Di mana ada kasih, di situ terdapat kebenaran. Di mana ada kebenaran, di situ terdapat kedamaian. Di mana ada kedamaian, di situ terdapat kebahagiaan jiwa. Di mana ada kebahagiaan jiwa, di situlah Tuhan berada.


Ajaran Suci Yesus

Yesus dapat menanamkan keyakinan yang demikian besar pada orang-orang itu. Yesus menamai salah seorang nelayan itu sebagai Petrus. Dalam diri Petrus berkembanglah kasih yang mendalam dan keyakinan yang kuat pada Yesus.

Sejak saat itu para nelayan biasa mengajak Yesus berlayar mencari ikan dan setelah kembali pada sore hari, Yesus menjelaskan berbagai masalah spiritual kepada mereka. Ketika ayah Petrus meninggal, ibunya merasa sangat sedih. Yesus menghibur ibu Petrus dengan berkata, “Kematian adalah busana kehidupan, karena itu mengapa Anda mengucurkan air mata? Kematian itu seperti berganti pakaian. Karena itu, jangan sedih. Badan jasmani ini datang dan pergi. Karena itu, jangan membuang-buang ( energi ) pikiran Anda untuk memikirkan hal-hal yang bersifat sementara ini. Penghuni yang bersemayam di dalam tubuh sesungguhnya adalah Tuhan.”

“Tubuh terbentuk dari lima unsur alam dan cepat atau lambat pasti akan binasa, tetapi penghuni yang bersemayam di dalamnya tidak lahir atau pun mati. Beliau sama sekali tidak memiliki kelekatan. Sesungguhnya yang bersemayam di dalamnya adalah Tuhan Dalam bentuk atma.”

( Puisi bahasa Telugu ).


Dengan cara seperti ini Yesus memberikan darmawacana dan menanamkan keyakinan kepada orang-orang di sekeliling Beliau. Demikianlah komunitas nelayan itu melewatkan waktu mereka dengan bahagia bersama Yesus.

Pada waktu itu seseorang yang bernama Mateus, pemungut pajak bagi orang Romawi, biasa mengunjungi para nelayan tersebut untuk melaksanakan tugasnya. Dalam kunjungannya, ia juga biasa mendengarkan darmawacana Yesus dan ajaran-ajaran itu dicatatnya. Akhirnya ia menjadi murid Yesus.

Setelah beberapa waktu Yesus mulai dihambat dan ajaran Beliau ditentang. Siapa saja yang mengenakan badan jasmani tidak dapat menghindari pasang surut kehidupan. Manusia tidak bisa hidup tanpa kesulitan. Kematian mengikuti kelahiran, dan kesengsaraan mengikuti kebahagiaan dengan kepastian yang sama.

“Sukhaduhkhee sameekrthwaa Laabhaalaabhau jayaa jayau.”

Artinya,
‘Manusia harus tetap tenang dalam suka dan duka,
untung dan malang, kemenangan dan kekalahan’.


Kesenangan merupakan interval di antara dua penderitaan. Kehidupan manusia ( dianugerahkan ) untuk menyelidiki kenyataan tertinggi dan bukan hanya untuk makan, minum, serta beranak-pinak. Setiap manusia harus berusaha mengetahui sifat batinnya ( preema atau ‘kasih suci’ keterangan penerjemah ) dan berusaha memahami identitas atau kenyataan dirinya yang sejati ( kesadaran semesta, keterangan penerjemah ). Yesus mengajarkan kebenaran suci semacam itu. Karena itu, Beliau menjadi sangat terkenal dan disukai oleh orang-orang pada masa itu. Menjadi populer di dunia ini secara otomatis menimbulkan iri hati dan kedengkian. Iri hati, kesombongan, dan egoisme adalah sifat-sifat jahat yang akhirnya akan membawa kehancuran. Tidak ada yang akan memaafkan orng-orang yang berperangai seperti itu.

Janganlah engkau mencaci-maki atau menertawakan orang lain. Sifat-sifat manusiawi dalam diri manusia hanya akan berkembang bila ia memupuk keseimbangan batin. Kini manusia mengalami penderitaan yang tak terhingga karena ia kurang meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan. Yang memiliki kemampuan bawaan untuk membakar disebut api. Demikian pula hanya orang yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan adalah seorang manusia. Orang yang tidak mempunyai nilai-nilai kemanusiaan sama sekali bukan manusia. Mungkin engkau berpendidikan tinggi dan memegang jabatan tinggi, tetapi bila engkau tidak mempunyai nilai-nilai kemanusiaan, engkau akan dianggap kejam dan tidak berperikemanusiaan. Karena itu, pertama-tama buanglah semua sifat yang jahat.


Jauhkan Dirimu dari Rasa Dengki dan Tingkatkan Keutamaan yang Mulia

Hari ini “Utusan Sathya Sai” ( perhimpunan alumni Perguruan Tinggi untuk Wanita, Kampus Anantapur ) merayakan peringatan hari jadinya. Mereka tidak boleh memberi peluang pada berbagai kecenderungan jahat seperti iri hati ( asuya ), kemarahan ( krodha ), dan kebencian ( dwesha ). Anggota-anggota mereka yang bekerja di mancanegara menempuh hidup yang patut diteladani. Hari ini kalian telah mendengarkan pembicaraan yang disampaikan oleh mantan mahasiswi kita yang tinggal di Jepang dan Amerika. Pikiran dan perasaan mereka luhur. Pembicaraan mereka menyenangkan. Pembicara dari Jepang ( alumnus yang mengikuti suaminya tinggal di Jepang ) memiliki gelar Ph.D. Mereka berpendidikan tinggi, meskipun demikian sikap dan tingkah laku mereka rendah hati dan penurut. Bakti dan kepasrahan mereka patut ditiru.

Apa gunanya memiliki gelar akademis yang tinggi dan ijazah kesarjanaan, jika seseorang tidak membuang sifat-sifat buruknya seperti iri hati dan suka menggunjing orang lain? Aku betul-betul merasa jijik pada kelakuan semacam itu. Dengan kasih, semangat, dan perasaan-perasaan yang suci kalian telah mendirikan organisasi dengan nama Sathya Sai untuk berdarmabakti bagi sesama manusia. Tidak diragukan lagi, banyak pekerjaan baik yang dilaksanakan, tetapi jagalah agar perasaan-perasaan yang luhur itu tidak merosot menjadi perasaan-perasaan buruk. Aku tidak mementingkan pekerjaanmu. Yang penting bagi-Ku adalah sifat-sifatmu.

Di mana pun engkau berada, entah di rimba atau di angkasa, di kota atau di desa, engkau harus memupuk perasaan-perasaan yang mulia. Iri hati adalah sifat yang sangat jelek. Orang yang memiliki kedengkian hidupnya tidak akan berjalan mulus. Sesungguhnya kedengkian itu ibarat hidup dalam kematian. Selain itu, bila engkau mempunyai sifat-sifat buruk lain yaitu suka bergunjing, engkau pasti akan menderita. Mengapa engkau mengecam orang lain? Sebagai gantinya, kecamlah sifat-sifat burukmu sendiri. Buanglah perasaan-perasaan yang jahat dan berbagai pikiran yang buruk. Engkau tidak boleh menganggap orang lain bersifat jahat dan menyebarluaskan fitnah semacam itu. Walaupun sudah Kunasihati berulang-ulang, banyak orang yang tetap tidak berubah. Aku muak pada tingkah laku mereka selama lima – enam tahun terakhir ini. Apa gunanya mendirikan organisasi? Kalian mempunyai Organisasi Darmabakti Sri Sathya Sai ( Sathya Sai Seva Samithi ) dan kelompok kidung suci ( Bhajan Mandali ). Kalian melakukan bakti sosial dan menyelenggarakan studi grup. Akan tetapi, semua itu tidak ada gunanya bila pengabdian itu tidak dijiwai oleh kasih di dalam hatimu. Kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam kasih. Sebaliknya, orang-orang meningkatkan kebencian terhadap satu sama lain. Orang jahat semacam itu patut dihukum sebagai contoh, karena orang-orang lain juga menjadi rusak akibat ulahnya.

Aku bersedia memberimu apa saja, bahkan hidup-Ku, asalkan engkau membuang sifat-sifat burukmu. Bila engkau menggunakan nama Sathya Sai, betapa mulia seharusnya organisasi itu berfungsi! Betapa besar rasa hormat yang seharusnya kautimbulkan dalam masyarakat. Siapa pun yang mendirikan organisasi dengan nama Sathya Sai harus mengikuti prinsip kebenaran. Bila engkau bekerja di bahwa panji Sathya Sai, tetapi menyimpang dari jalan kebenaran, apa gunanya? Hanya bila engkau meningkatkan kasih dan menempuh jalan kebenaran serta moralitas, maka organisasi itu berkembang dan jaya. Karena itu, setidak-tidaknya mulai hari ini pupuklah keutamaan kejujuran, kasih, dan moralitas. Inilah tugasmu yang pertama dan terpenting. Tidak patutlah melakukan kegiatan jahat dengan menggunakan nama organisasi yang suci.

Tuhan dipuja dengan berbagai nama seperti:

“Satya dharma paraayanaaya namah.”

Artinya,
‘Hormat bakti kepada Beliau yang menegakkan kebenaran dan kebajikan’.

“Satya swaruupaaya namah.”

Artinya,
‘Hormat bakti kepada Beliau pengejawantahan kebenaran’.

“Preema swaruupaaya namah.”

Artinya,
‘Hormat bakti kepada Beliau pengejawantahan kasih’,
dan sebagainya.


Nama-nama ini mengandung banyak makna. Tuhan adalah perwujudan kasih. Sesungguhnya manusia juga perwujudan kasih Tuhan. Kasih adalah sifat utama manusia. Hidupmu tidak bermakna bila engkau tidak meningkatkan kasih. Menggunjing dan memfitnah orang lain adalah kelakuan yang tercela. Pada zaman dahulu wanita tidak mempunyai sifat-sifat jahat. Akan tetapi, dewasa ini wanita pun tidak terlepas dari penyakit ini. Sungguh memalukan! Menurut pendapat-Ku, ini adalah penyimpangan yang ditimbulkan oleh pendidikan modern.
“Walaupun cerdas dan berpendidikan tinggi, orang yang bodoh tidak akan mengetahui jati dirinya dan orang yang keji tidak akan membuang sifat-sifat jahatnya. Pendidikan modern hanya menimbulkan perdebatan, bukan kebijaksanaan yang menyeluruh. Apa gunanya memperoleh pendidikan duniawi, bila hal itu tidak dapat membawamu menuju keabadian? Dapatkan pengetahuan yang akan membuat engkau abadi.”

( Puisi bahasa Telugu ).

Bila engkau bergaul dengan orang-orang yang berkecenderungan jahat, engkau pun akan menjadi jahat.

“Tyaja durjana samsargam. Bhaja saadhu samaagamam. Kuru punyam ahoraatram.”

Artinya,
‘Hindari teman yang tidak baik,
Bergaullah dengan teman-teman yang baik,
Dan siang malam lakukan perbuatan yang berpahala.”

Ketiga prinsip ini penting sekali bagi manusia. Karna adalah pejuang yang hebat dalam Mahaabhaarata. Sesungguhnya ia bahkan lebih unggul daripada Arjuna. Walaupun demikian, mengapa ia mendapat nama buruk? Karena ia berteman dengan orang-orang yang berhati busuk seperti Duryodhana dan Dushshaasana. Akhirnya ia tewas secara mengenaskan di medan laga. Berbagai senjata sakti ( asthra ) yang dikuasainya tidak ada yang dapat menyelamatkannya. Karena itu, segenap pendidikanmu tidak banyak faedahnya, jika pikiranmu tidak kauarahkan pada jalan yang benar. Karena itu, anak-anak-Ku terkasih, mahasiswa dan mahasiswi, tingkatkan sifat-sifat yang luhur. Tanpa kebajikan, tidak ada gunanya kalian memperoleh harta.

“Harta yang berlebih-lebihan menimbulkan rasa keakuan dan kesombongan yang pada gilirannya menimbulkan berbagai sifat jahat. Bila harta meninggalkan seseorang, egonya juga lenyap dan Sebagai hasilnya, sifat-sifat jahatnya pun lenyap.

( Puisi bahasa Telugu ).

Kehebatan seseorang tidak terletak pada kemampuannya mengumpulkan harta. Peningkatan sifat-sifat luhurlah yang paling penting. Jangan banyak bicara. Semakin engkau bicara tanpa guna, akan semakin besar kecondonganmu pada sifat-sifat buruk.

Tidak ada gunanya bergabung dengan organisasi darmabakti, jika engkau tidak meningkatkan keutamaan dan mengubah tingkah lakumu menjadi baik. Ada orang-orang yang bicaranya manis, tetapi di dalam hatinya jahat. Sifat yang bertentangan seperti itu tidak mendatangkan kemajuan ( spiritual ) bagimu. Pertama-tama engkau harus meningkatkan kelembutan dan kebaikan hati. Ada dikatakan

hrid + daya = hridaya.

Hati ( hridaya )-mu harus penuh welas asih ( daya ). Engkau hanya layak disebut manusia bila hatimu penuh welas asih.


Teladani Berbagai Keutamaan Mulia yang Dimiliki Yesus

Yesus Kristus meningkatkan sifat-sifat luhur semacam itu. Dengan penuh kasih Beliau menolong sejumlah orang yang miskin dan sengsara. Sesungguhnya sejumlah orang yang melarat mencari bantuan dan perlindungan Beliau. Dalam proses itu Beliau harus menghadapi kemurkaan beberapa musuh. Engkau harus tetap menolong orang-orang sekalipun engkau mengalami berbagai kesulitan.

Jangan pernah menghina atau mencerca orang lain karena atma yang sama ada dalam semua makhluk. Bila engkau mencaci-maki atau memperlakukan makhluk lain dengan kejam, itu sama saja dengan mencaci-maki dan berlaku kejam kepada dirimu sendiri. Bila engkau tidak menyukai seseorang, jauhi orang itu, tetapi jangan pernah mencerca atau berlaku kasar/kejam kepadanya. Berapa pun banyaknya pekerjaan baik yang kaulakukan, tidak akan ada gunanya bila engkau tidak melenyapkan sifat-sifat burukmu.

Bila engkau tidak dapat berbuat baik kepada orang lain, setidak-tidaknya ucapkan perkataan-perkataan yang baik. Engkau tidak bisa selalu menuruti kemauan orang lain, tetapi engkau dapat selalu berbicara dengan santun dan ramah. Bila kaujumpai seseorang yang menderita, berusahalah menolongnya. Hari ini giliran ia yang menderita, tetapi besok mungkin saja giliranmu. Ingatlah selalu hal ini. Tidak ada yang dapat melepaskan diri dari rasa sakit dan penderitaan.

Selalulah berdoa untuk kesejahteraan semua makhluk. Dalam kaitan inilah maka diucapkan doa universal, “Lookaah samastaah sukhinoo bhavantu.*” Artinya, ‘Semoga seluruh alam semesta berbahagia’.

Hatimu harus kauubah menjadi hiranyagarbha ( hatimu harus kaulapangkan tanpa batas hingga merangkum segala makhluk dan mengharapkan kesejahteraan semuanya, keterangan penerjemah ). Engkau hanya dapat menjadi orang yang baik bila kautingkatkan sifat-sifat yang baik. Engkau tidak perlu menjadi orang yang hebat, tetapi engkau harus bercita-cita untuk menjadi orang yang baik. Engkau harus mendapatkan kasih semua makhluk. Salah satu doa yang ditujukan kepada Tuhan berbunyi sebagai berikut.

“Hiranyagarbhaaya namah.”

‘Segala sesuatu berada di dalam Tuhan, sembah sujud kepada Beliau’.

Tuhan dikasihi semua makhluk. Beliau selalu gembira dan bahagia. Tuhan tidak mempunyai rasa benci kepada siapa pun. Apa pun yang Beliau lakukan, selalu demi kebaikanmu. Setiap orang harus memupuk kasih suci semacam itu bagi orang dan makhluk lain.

Selalulah menempuh jalan kebenaran dan moralitas. Bangsa yang tidak bermoral pasti akan merosot dan hancur. Tidak cukuplah bila engkau mempunyai rasa cinta kepada tanah air, seiring dengan itu engkau juga harus menempuh hidup yang bermoral. Sekadar memberikan wacana tentang moralitas tidak cukup, moralitas harus menjiwai segala kegiatan yang kaulakukan.

Dapatkan Kebaikan Hati Seiring dengan Sifat-sifat yang Mulia

Perwujudan kasih!

Hati Tuhan tidak tergerak oleh kata-kata manis belaka. Engkau harus menerapkan perkataan yang manis itu dalam pelaksanaan. Mungkin engkau adalah penceramah yang sangat hebat, tetapi bila hal yang kaukhotbahkan tidak kaulaksanakan, semua itu tidak ada gunanya. Engkau harus menjadi pahlawan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Itulah yang akan membuat Aku senang.

Yesus Kristus dan Nabi Mohammad adalah tokoh-tokoh yang sangat mulia. Bagaimana mereka bisa demikian agung dan baik? Hanya karena perbuatan-perbuatan mereka yang baik. Karena itu, engkau harus berusaha menjadi orang yang baik hati, seiring dengan keluhuran dan kebesaran. Sesungguhnya kebaikan ( hati ) itu lebih mulia daripada kehebatan.

Banyak jiwa-jiwa mulia yang lahir di negeri Bhaarat ini. Dalam salah satu kidungnya yang terkenal, Santo Tyaagaraaja bernyanyi sebagai berikut, “Endaro mahanubhavulu, andariki vandanamulu ….” Artinya, ‘Ada beberapa jiwa yang mulia, saya bersujud di hadapan mereka semua’. Santo besar seperti Tyaagaraaja memperlihatkan kerendahan hati seperti itu. Ia juga seorang penggubah lagu yang hebat. Dalam salah satu kidung sucinya ia melukiskan kebesaran Tuhan sebagai berikut.
“Engkau tidak terlukiskan dan tidak dapat dipahami oleh manusia. Mungkinkah menduga kebesaran dan kemuliaan-Mu? Selama ini saya menanti belas kasihan-Mu. Oh Tuhan, mohon dengarkan doa saya dan selamatkan saya. Engkaulah yang menghidupkan kembali putra guru–Mu yang sudah meninggal. Engkaulah yang menundukkan Naga Kaaliya, membebaskan Vasudeva dan Devakii, serta menyelamatkan Draupadii dari pelecehan. Engkau mengabulkan aneka keinginan Kuchela. Engkau membuat Kubjaa yang buruk rupa menjadi jelita. Engkau melindungi Paandava dan menyelamatkan 16.000 goopikaa. Engkau tidak dapat dilukiskan dan tidak dapat dipahami oleh manusia. Oh Krishna, bahkan Brahma pun tidak mampu melukiskan kemuliaa-Mu. Selama ini saya berdoa memohon belas kasihan-Mu.”

( Nyanyian bahasa Telugu ).


Bila perasaan-perasaan luhur timbul dari lubuk hati, hal itu terungkap sebagai puisi bakti yang indah sekali.


Berdoalah untuk Kesejahteraan Orang/Makhluk Lain

Perwujudan kasih!

Kini engkau tidak menjumpai kedamaian di mana pun juga di dunia ini. Engkau hanya melihat serpihan! Sesungguhnya orang-orang menghancurkan hati mereka sendiri hingga menjadi serpihan. Jadi, bagaimana mereka dapat memperoleh kedamaian? Hanya ada satu penyelesaikan bagi masalah ini. Kasihilah Tuhan. Percayalah kepada Tuhan. Berpasrah dirilah kepada Beliau. Abdikan seluruh hidupmu kepada Tuhan dan lakukan segala kegiatanmu sebagai persembahan bagi Beliau. Usahakan agar segala kegiatanmu bermanfaat dan membantu makhluk lain. Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti atau merugikan. Engkau tidak bisa berkata bahwa tidak ada masalah dalam hidupmu. Siapa yang tahu apa yang akan menimpamu saat berikutnya? Bila engkau ingin agar selalu bahagia, berdoalah untuk kesejahteraan orang dan makhluk lain. Inilah latihan spiritual yang sesungguhnya. Kehidupan spiritual tidak hanya berarti menyanyikan kidung suci dan melakukan puja. Tingkatkan sifat-sifat yang luhur. Selalulah siap dan suka menolong makhluk lain serta dapatkan nama yang baik. Yesus mendapat nama baik seperti itu dengan mengorbankan tubuh Beliau di salib. Kalian pun harus bersedia melakukan pengorbanan yang besar seperti itu. Bila engkau tidak melakukan pengorbanan ( mati raga atau tyaaga ) dan mengumbar diri dalam kesenangan sensual ( bhooga ), engkau akan mengakhirinya dengan penyakit ( rooga ). Sesungguhnya mati raga ( tyaaga ) adalah yooga yang sejati, sedangkan mengumbar kesenangan sensual ( bhooga ) adalah penyakit ( rooga ). Jangan menjadi korban penyakit. Tingkatkan semangat mati raga ( tyaaga ) dan capailah yooga ‘persatuan dengan Tuhan’.


Murnikan Hatimu dengan Kasih Tanpa Pamrih

Siswa terkasih!

Siapa saja yang telah meningkatkan keutamaan kasih, tidak akan pernah dibenci oleh orang atau makhluk lain. Bahkan binatang buas pun tidak akan membahayakan engkau bila engkau memiliki kasih. Para resi agung zaman dahulu melewatkan hidup mereka dengan damai di dalam rimba belantara di antara binatang-binatang buas. Binatang-binatang buas itu berkelahi di antara mereka sendiri, tetapi mereka sama sekali tidak menyakiti atau membahayakan para resi tersebut. Apa sebabnya? Para resi itu mempunyai satu senjata yaitu kasih yang melindungi mereka dari binatang-binatang buas ini. Sesungguhnya binatang-binatang buas ini juga mencintai para resi agung tersebut. Yang harus diperoleh manusia adalah senjata kasih yang hebat ini. Hanya kasihlah yang dapat melindungi kita, bukan bom atom atau bom hidrogen.

Ambillah Aku sebagai contoh. Aku hanya mempunyai satu senjata yaitu kasih. Karena kasih ini, jutaan orang dari segala penjuru dunia datang mengerumuni Aku. Pernahkah Aku mengirim undangan kepadamu? Tidak. Hanya kasih-Ku yang murni dan tidak bercelalah yang menarikmu datang ke sini. Sesungguhnya hati-Ku adalah magnet yang sangat kuat. Karena kekuatan kasih dalam magnet itulah, maka semua butir-butir besi ini tertarik ke tempat ini. Agar tertarik oleh magnet, butir-butir besi itu harus bebas dari karat dan debu. Ada orang-orang yang berpikir, “Swami menyebut diri Beliau magnet yang sangat kuat, tetapi Beliau tidak mampu menarik kami.” Kesalahannya terletak pada mereka sendiri. Hati mereka berkarat. Mereka hanya akan tertarik oleh magnet kasih Swami bila mereka telah membersihkan hatinya.

Bagaimana engkau dapat melenyapkan karat dan debu yang terkumpul di dalam hati? Hanya dengan menggosok serta memulasnya dengan kasih. Entah orang India atau orang dari mancanegara, semua harus memurnikan hatinya dengan kasih, dan kasih itu harus tanpa pamrih sepenuhnya. Bila engkau meningkatkan kasih tanpa pamrih seperti itu, engkau dapat menarik seluruh dunia. Sifat mementingkan diri adalah tiadanya kasih, dan kasih adalah tiadanya sifat mementingkan diri. Karena itu, tempuhlah hidup yang penuh kasih.

Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Preema mudita manase kahoo.”

Dari Wacana Bhagawan pada hari Natal, di Prashaanti Nilayam, 25- 12 – 2002.

* “Lookaah samastaah sukhinoo bhavantu.* kini menjadi "Samastaah lookaah sukhinoo bhavantu"

Alih Bahasa : Retno T. Buntoro