NATAL 2001

Wacana Bhagawan pada hari Natal, 25 Desember 2001.


TIDAK ADA AGAMA
YANG MENGAJARKAN KEBENCIAN


Bila orang-orang membuang kebencian dan kekerasan, meningkatkan kasih, dan memperoleh kebijaksanaan untuk menyadari kesatuan seluruh umat manusia, maka dunia sungguh akan menjadi surga.

( Puisi bahasa Telugu ).

Perwujudan kasih!

Satyam bruuyaat, priyam bruuyaat, Na bruuyaat satyamapriyam,

Artinya,

‘Ucapkan kebenaran, berbicaralah dengan ramah,
dan jangan mengucapkan
kebenaran yang tidak menyenangkan’.


Ketiga hal ini masing-masing berkaitan dengan nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual. Manusia merupakan gabungan ketiga nilai ini. Sesungguhnya ia tidak dapat disebut manusia, jika ia tidak mempunyai nilai-nilai ini.

Sebagaimana tidak akan ada lautan tanpa gelombang, dan tidak ada matahari tanpa sinar, demikian pula tanpa kasih, seseorang tidak dapat disebut manusia. Sebagaimana gelombang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lautan dan sinar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari matahari, maka demikian pula halnya kasih merupakan asas yang paling mendasar bagi manusia. Karena itu, manusia harus memenuhi hidupnya dengan kasih. Janganlah ia membenci siapa pun atau melakukan kekerasan. Hatinya harus penuh belas kasihan. Yang penuh daya ‘welas asih’ adalah hridaya ‘hati’. Ego dan aneka keinginan yang tidak terbatas menyebabkan timbulnya sifat-sifat jahat dalam diri manusia. Orang yang memiliki ego tidak akan mempunyai welas asih di dalam hatinya.


Sifat Sejati Manusia

Manusia itu bukan sekadar individu ( vyashti ). Ia merupakan bagian dari masyarakat ( samashti ). Ia tidak dapat hidup sendirian. Mau tak mau ia tergantung pada masyarakat. Karena itu, janganlah ia menempuh hidup yang mementingkan diri. Ia harus mempertimbangkan waktu serta keadaan dan menempuh hidupnya secara harmonis dengan masyarakat. Alam ( prakriti ) itu merupakan gabungan antara individu ( vyashti ), masyarakat ( samashti ), ciptaan ( srushti ), dan Tuhan ( Parameshti ). Individu harus melayani masyarakat dan ( dengan pandangan batinnya ) berusaha melihat Tuhan dalam ciptaan.

Yesus berkata bahwa hidup manusia itu tidak ada gunanya, jika ia tidak menyadari dan melaksanakan kewajibannya kepada masyarakat.

Di mana ada kesatuan, di situ terdapat kemurnian,
Di mana ada kemunian, di situ terdapat ketuhanan,
Di mana ada ketuhanan, di situ terdapat kebahagiaan.

Manusia harus menyadari hubungan yang erat dan tidak terpisahkan antara persatuan, kemurnian, dan ketuhanan. Leluhur kita zaman dahulu mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman karena kemurnian hatinya. Namun, karena pengaruh Zaman Kali, manusia modern memecah belah kesatuan menjadi aneka perbedaan.

Menurut Vedaanta, manusia merupakan gabungan bhuutaakaashah, chittaakaashah, dan chidaakaashah. Segala hal yang kasat mata berkaitan dengan bhuutaakaashah. Namun, segala yang dapat dilihat ini pasti akan lenyap. Ini berarti bhuutaakaashah itu bersifat sementara dan fana. Matahari, bintang-bintang, dan bima sakti yang puluhan juta kilometer jauhnya dari bumi juga merupakan bagian dari bhuutaakaashah. Sungai-sungai, lautan, hutan, dan pegunungan semuanya merupakan bagian dari buutaakaashah. Bhuutaakaashah mencakup segala benda di alam semesta, segala unsur ( bhuuta ), dan segala makhluk hidup.

Bhuutaakaashah ( yang seluas itu ) diliputi oleh chittaakaashah dan merupakan bagian yang sangat kecil darinya. Engkau dapat membayangkan betapa luasnya chittaakaashah. Mungkin engkau heran bagaimana bisa demikian. Segala benda yang luar biasa besarnya seperti misalnya matahari, bintang gemintang, lautan, pegunungan, dan sebagainya, berada dalam chittakaashah dalam wujud yang kecil sekali. Dengan demikian, dunia yang kasat mata ini berada di dalam dirimu sebagai sesuatu yang kecil. Bhuutaakaashah dan chittaakaashah masing-masing berkaitan dengan badan dan pikiran. Kedua hal ini mempunyai dasar asasi yang disebut chidaakaashah. Chidaakaashah ini melampaui bhuutaakaashah serta chittaakaashah berkaitan dengan atma. Manusia merupakan gabungan ketiga hal ini: bhuutaakaashah ‘badan’, chittaakaashah ‘pikiran’, dan chidaakaashah ‘atma’. ( Hadirin bertepuk tangan ). Yang pertama menunjukkan dirimu menurut anggapanmu ( yaitu badan ), yang kedua menunjukkan dirimu menurut anggapan orang lain ( pikiran ), dan yang ketiga menunjukkan dirimu yang sesungguhnya ( atma ).

Manusia itu tidak lemah. Ia memiliki kemampuan yang tidak terbatas, walaupun hal itu tidak disadarinya. Orang-orang menyangkal keberadaan atma karena atma tidak dapat dilihat. Chidaakaashah melambangkan atma. Ia tidak berwujud, tidak berubah, dan melampaui ruang serta waktu. Vedaanta melukiskannya sebagai nirgunam, niranjanam, sanaatana niketanam, nitya, suddha, buddha, mukta, nirmala swaruupinam. Artinya ‘tidak bersifat, murni, tempat tinggal terakhir, abadi, tidak bercela, menyadari kenyataannya yang sejati, bebas ( dari perbudakan pada keinginan dan kelekatan ), dan pada hakikatnya suci tak bernoda’.

Bhuutaakaashah berkaitan dengan jagrat ‘tahap jaga’, chittaakaashah berkaitan dengan swapna ‘tahap mimpi’, dan chidaakaashah berhubungan dengan sushupti ‘tahap tidur lelap’. Chidaakaashah merupakan keadaan bahagia yang intens. Engkau mengalami kedamaian dan kebahagiaan chidaakaashah dalam keadaan tidur nyenyak. Itulah kebahagiaan atma. Manusia yang merupakan gabungan antara bhuutaakaashah, chittaakaashah, dan chidaakaashah sesungguhnya mempunyai kemampuan yang tidak terhingga besarnya, tetapi ia menjadi lemah bila ia menyamakan dirinya dengan tubuh.

Jika engkau menyatakan, “Ini badanku, ini pikiranku,” berarti engkau berbeda dari badan dan pikiran tersebut. Sesungguhnya engkau ( atma ) adalah penguasa mereka. Kuasai pikiranmu dan jadilah penguasa pikiran. Bagaimana manusia yang ( sesungguhnya ) menguasai segala sesuatu menganggap dirinya rendah dan lemah?

Wujud sejati manusia adalah chidaakaashah, bukan bhuutaakaashah atau chittaakaashah. Bhuutaakaashah, chittaakaashah, dan chidaakaashah berkaitan dengan pratyaksham ‘hal yang langsung’, paroksham ‘hal yang tidak langsung’, dan pavitram ‘hal yang suci’. Yang suci itu adalah atma. Atma melampaui nama dan wujud. Ini dilukiskan sebagai shabda Brahmamayi, charaa charamayi, jyotirmayi, vaangmayi, nityaanandamayi, paraatparamayi, maayaamayi, dan shriimayi ‘Atma adalah perwujudan suara premordial ( Om ), segala yang bergerak dan tidak bergerak, kecemerlangan, kemampuan bicara, kebahagiaan kekal, Yang Mahakuasa, kemampuan maya, keindahan, dan kekayaan’.


Yesus Menyampaikan Ajaran Kasih dan Pelayanan kepada Umat Manusia

Atma melampaui batasan wujud. Buddha dan Yesus mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk mendapatkan penghayatan atma. Buddha menyadari bahwa nama, wujud, dan pertalian jasmani itu bersifat sementara. Beliau menasihati agar manusia jangan sampai teperdaya oleh hal-hal semacam itu.

Yad drishyam tannashyam
‘segala hal yang kasat mata pasti akan binasa’.

Buddha mempelajari berbagai kitab suci dan menemui banyak cendekiawan, tetapi Beliau tidak merasa puas. Akhirnya Beliau tiba pada kesimpulan bahwa manusia hanya dapat mencapai nirvana dengan menggunakan kelima indranya secara baik. Latihan rohani apa pun tidak dapat memberikan hasil yang diinginkan, jika manusia menyalahgunakan indranya. Miliki pandangan yang baik dan suci. Ucapkan perkataan yang baik. Dengarkan hal-hal yang baik saja. Pikirkan gagasan-gagasan yang luhur. Tidak ada latihan spiritual yang lebih mulia daripada hal ini. Inilah ajaran Buddha. Yesus juga mengajarkan hal yang sama.

Para nelayan berharap agar Yesus mengabulkan keinginan-keinginan duniawi mereka. Petrus ingin memperoleh ikan lebih banyak. Namun akhirnya ia menyadari bahwa keinginan duniawi itu sia-sia dan tidak penting. Ia berusaha melampaui tingkat badan dan pikiran sesuai dengan ajaran Yesus. Yesus memberitahu para nelayan agar membuang rasa benci dan agar mereka mengasihi, menolong, serta melayani semuanya. Beliau menasihati mereka agar meningkatkan keyakinan pada prinsip kemanunggalan. Banyak murid Yesus menafsirkan ajaran-ajaran Beliau menurut pendapat mereka sendiri.

Ketika sedang disalibkan, Yesus mendengar suara surgawi, “Semuanya satu, putra-Ku terkasih. Bersikaplah sama kepada semuanya.” Ketika Bunda Maria menangis, Yesus berkata kepada beliau, “Kematian adalah busana kehidupan.” Meninggal itu ibarat berganti pakaian. Adakah kaujumpai orang mengenakan pakaian yang itu-itu juga dari hari ke hari? Sebagaimana engkau berganti pakaian setiap hari, demikian pula engkau berganti tubuh dari kelahiran ke kelahiran. Tubuh itu dapat mati, tetapi tidak demikian halnya dengan azas kehidupan ( yang menghuninya ). Atma itu abadi dan tidak bersifat dualisme. Menyadari sifat atma yang merupakan kemanunggalan semesta merupakan kebijaksanaan sejati, demikian dikatakan oleh Yesus.

Advaita darshanam jnaanam.
‘Penghayatan kemanunggalan semesta merupakan kebijaksanaan sejati’.

Ekam eva advitiyam Brahma.
‘Tuhan itu Maha Esa, tiada duanya’.

Karena perasaan-perasaan duniawi dan kecenderungannya yang mengarah ke dunia luar ( pravritti ), maka manusia menghubungkan Tuhan dengan berbagai nama dan wujud. Sesungguhnya hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kidung suci kita bernyanyi,

“Ek Prabhu kee aneek naam.”
‘Tuhan Yang Maha Esa mempunyai aneka nama’.

Buanglah kelekatan pada tubuh. Hanya dengan demikianlah engkau dapat meningkatkan kelekatan pada atma. Karena engkau diberkahi dengan badan jasmani, engkau harus melaksanakan kewajiban-kewajibanmu dengan tekun. Meskipun demikian, jangan teperdaya oleh perasaan bahwa hal ini langgeng.

Segala pertalian jasmani itu bagaikan awan yang berlalu dan dapat berubah. Hanya kebenaranlah yang tidak berubah. Itulah chidaakaashah, prinsip atma. Atma ini tidak berubah dan tidak mempunyai wujud tertentu. Engkau dapat mengalaminya dalam wujud yang kaupilih. Misalnya saja seorang ibu mempunyai sari buah manis yang akan dibagikan kepada keempat putranya. Putra pertama minta sari buah yang bewarna merah, putra kedua minta sari buah bewarna hijau, putra ketiga minta sari buah yang hitam, dan putra keempat minta sari buah yang putih. Lalu apa yang dilakukan ibu tersebut? Sebagai ibu yang cerdas, dituangkannya sari buah yang sama ke dalam gelas bewarna merah, hijau, hitam, dan putih untuk memuaskan hati para putranya. Tubuh kita dapat diibaratkan dengan aneka gelas bewarna itu. Janganlah kita terpengaruh oleh berbagai perbedaan tubuh. Kita harus menyadari bahwa atma di dalam aneka tubuh itu satu dan sama, dan kita harus meningkatkan kasih kepada Tuhan. Gelas dan warnanya mungkin berbeda-beda, tetapi sari buah yang manis ( atma ) di dalam semua wadah itu satu dan sama.

Cepat atau lambat tubuh pasti akan binasa. Jika engkau melekat pada tubuh, engkau akan sengsara. Agar dapat mencapai keabadian dan menghayati kebahagiaan jiwa, engkau harus melampaui nama dan wujud. Karena tubuh merupakan alat untuk melaksanakan tugasmu, engkau harus memelihara dan menjaganya. Namun, jangan terlalu melekat atau mencemaskannya. Kebodohan ( menganggap tubuh sebagai diri sejati, keterangan penerjemah ) merupakan pangkal penyebab kecemasan. Apa yang harus terjadi pasti akan terjadi. Karena itu, jangan pernah memberi peluang pada rasa cemas. Tingkatkan keyakinanmu pada prinsip atma dan hayati kebahagiaan jiwa. Inilah ajaran utama Yesus.


Semuanya adalah Anak-anak Tuhan
Mateus adalah salah seorang dari keduabelas murid Yesus. Ia bekerja sebagai pemungut pajak dan biasa mengumpulkan pajak dari para nelayan. Setiap hari Yesus memberikan berbagai pelajaran suci kepada para nelayan. Mateus mencatat semua ajaran Beliau. Catatan ini menjadi kitab suci ( Perjanjian Baru, keterangan penerjemah ). Kemudian banyak orang membuat berbagai tambahan dalam Perjanjian Baru itu berdasarkan perasaan-perasaan mereka sendiri.

Yesus tidak pernah menyatakan bahwa Beliau adalah Tuhan atau Master. Beliau selalu menyebut Tuhan sebagai Bapak Beliau. Yesus menunjukkan jalan untuk menghayati kemanunggalan dalam keanekaragaman. Beliau selalu menyatakan bahwa Tuhan meliputi segala-galanya.

Kira-kira lima ratus tahun yang lalu ( di India Utara ) ada seseorang yang sudah mencapai penghayatan kesunyataan dan ia terus menerus menyatakan, “Aku Tuhan, Aku Tuhan.” Orang-orang heran mendengar pernyataan ini dan menganggapnya orang gila. Ada sejumlah cendekiawan ( pandit ) yang beranggapan bahwa ia berkata demikian karena ego dan mereka menjadi benci kepadanya. Mereka merasa walaupun telah mempelajari berbagai kitab suci dan memperoleh pengetahuan, mereka tidak berani membuat pernyataan semacam itu. Para cendekiawan itu menghadap raja dan mengadukan orang tersebut. Siapa yang dapat disebut cendekiawan sejati?

Pandita samadarshina.
‘Cendekiawan ( sejati ) adalah orang yang memiliki keseimbangan batin’.

Namun, para cendekiawan tersebut tidak memiliki keseimbangan batin dan mereka mengancam raja bahwa mereka akan meninggalkan kerajaan tersebut, jika orang itu tidak dihukum. Raja bertanya kepada mereka, apa yang dapat dilakukannya. Atas permintaan para cendekiawan tersebut, raja memerintahkan agar kedua kaki orang itu dipotong. Orang itu tidak merasa sakit ketika kedua kakinya dipenggal. Ia terus berkata, “Aku Tuhan, Aku Tuhan.” Bahkan darah yang mengalir dari badannya pun menyatakan, “Aku Tuhan, Aku Tuhan.” Setelah itu raja menyesal karena telah menuruti perkataan para cendekiawan yang bodoh. Raja insaf bahwa orang itu adalah bakta sejati. Akhirnya raja memujinya dan menyetujui pernyataan bakta Tuhan yang sejati ini. Yesus juga menderita karena perbuatan orang-orang yang tidak memahami kebenaran.

Sejak semula Yesus tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Beliau hanya berkata bahwa Tuhan adalah Bapak Beliau. Beliau mengajarkan kepada orang-orang bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Esa dan semua adalah anak-anak Tuhan. Para imam mengadukan Yesus kepada Gubernur. Imam-imam itu tahu bahwa hal yang dikatakan Yesus benar. Akan tetapi, mereka tidak mendukung Yesus untuk menjaga agar kedudukannya aman. Gubernur mengeluarkan keputusan agar Yesus disalibkan, tetapi kemudian ia menyesal. Ketika Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga setelah disalibkan, ia mencanangkan ketuhanan Beliau.


Semua adalah Perwujudan Tuhan

Pada mulanya orang-orang Romawi menyebut Yesus “persona” artinya ‘yang suci’. Kata “person” ‘orang’ dalam bahasa Inggris berasal dari kata “persona” ini. Karena sifat ketuhanan terdapat dalam setiap orang, maka semuanya disebut “person”. Itulah sebabnya Aku menyebutmu sebagai perwujudan Tuhan. Aku dan engkau itu satu. Semuanya merupakan ( perwujudan ) Tuhan. Roh Tuhan ada dalam setiap orang. Tidak ada orang yang tidak memiliki sifat ketuhanan. Tidak ada prinsip kehidupan tanpa Tuhan. Tuhan bersemayam dalam setiap makhluk.

Sarvatah paanipaadam Tat sarvato’kshi shiromukham, Sarvatah shruthimalloke Sarvamaa vrtya tishthati.

‘Dengan tangan, kaki, mata, kepala, mulut, dan telinga memenuhi segala sesuatu,
Tuhan meliputi seluruh alam semesta’.
( Bhagawad Gita XIII, 14 ).


Tuhan meliputi segala wujud.

Alkitab dan Quran mengandung ajaran suci ini. Namun orang-orang bodoh yang tidak memahami ajaran kitab-kitab tersebut menempuh jalan yang tidak benar.

Beliau diketahui sebagai Allah oleh kaum Muslim, Sebagai Yehovah oleh orang Kristen, Sebagai Tuhan yang bermata bak daun bunga teratai oleh pemuja Wishnu, Sebagai Shambhu oleh mereka yang memuja Shiva, Sebagai apa pun Tuhan dipuja, Beliau menanggapinya dengan senang hati Dan menganugerahkan rahmat kemasyhuran serta keberuntungan, melimpahkan kebahagiaan dan sukacita. Beliau adalah Yang Maha Esa Diri Sejati Yang Mahatinggi, Ketahuilah Beliau sebagai Paramaatma.

( Puisi bahasa Telugu ).


Engkau memberikan berbagai nama dan wujud kepada Tuhan untuk kepuasan hatimu sendiri, tetapi sebenarnya Tuhan itu Maha Esa. Ajaran Raama, Krishna, Mohammad, atau Yesus dimaksudkan untuk kebebasan manusia. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan atau menyuruh orang menjahati makhluk lain. Sejumlah orang yang busuk hati menyalahtafsirkan ajaran suci itu dan mengumbar diri dalam berbagai perbuatan jahat. Semua jiwa mulia telah mengajarkan hal-hal yang baik. Mereka tidak berkhotbah atau mengajarkan agar membenci. Tuhan tidak pernah memberitahu siapa pun untuk membunuh yang lain. Tidak seorang pun berhak membunuh makhluk lain karena atma yang sama bersemayam dalam semuanya.

Ada orang-orang yang karena perasaannya sendiri yang keji melakukan berbagai kejahatan mengerikan atas nama Tuhan. Ini tidak baik untuk siapa pun. Kasihi semuanya, bantu dan layani semuanya. Jangan mengatakan apa pun yang jahat. Lebih baik diam daripada mengucapkan perkataan yang kasar. Engkau dapat nyucikan waktu dengan berbicara secara ramah, menyenangkan, dan lemah lembut. Engkau tidak dapat selalu mengikuti kemauan orang lain, tetapi engkau dapat selalu berbicara dengan sopan dan ramah. Tiada Tuhan yang lebih mulia daripada kasih. Kasih adalah Tuhan, Tuhan adalah kasih. Hiduplah dalam kasih.

Buanglah sifat-sifat jahat. Orang-orang yang keji berusaha menyalahkan Tuhan untuk kekejiannya. Ini merupakan tanda kebodohan. Orang semacam itu jangan kauindahkan. Percayalah pada dirimu yang sejati. Jika tidak, engkau tidak dapat mempunyai kasih kepada Tuhan.

Karena cacat dalam sistem pendidikan modern, dari hari ke hari kasih dalam diri manusia semakin berkurang dan kebencian meningkat. Manusia melupakan kebenaran ( ya-thaartha ) sehingga ia membuat dirinya berada dalam bahaya ( anartha ). Ia telah melupakan sifat-sifat kemanusiaan ( maanavatva ) dan meningkatkan berbagai kecenderungan hewani ( pashutva ). Spiritualitas sejati terletak pada usaha untuk menghancurkan aneka kecenderungan hewani ( pashut-va ) dan mengubah sifat-sifat kemanusiaan ( maanavatva ) menjadi sifat-sifat ketuhanan ( Daivatva ). Tidak mungkinlah manusia mencapai ketuhanan, jika ia tidak membuang sifat-sifat kebinatangannya. Kini manusia bertingkah laku seperti hewan karena sifatnya yang mementingkan diri. Jadi, bagaimana ia dapat menikmati kebahagiaan? Ia akan selalu tenggelam dalam kesengsaraan. Semakin engkau mengasihi orang lain, akan semakin besarlah sukacita yang kaualami. Semakin engkau membenci, akan semakin sengsaralah hidupmu.

Pahamilah bahwa Tuhan adalah perwujudan kasih dan demikian pula halnya dengan manusia.

Daivam maanusha ruupena.
‘Tuhan mengambil wujud manusia’.

Jadi, engkau adalah ( perwujudan ) Tuhan. Bahkan dalam margasatwa pun terdapat sifat-sifat ketuhanan. Jika kaudengarkan lenguhan sapi dengan penuh perhatian, akan kaudengar bahwa sapi itu mengatakan, “Ambaa,” ( memanggil Tuhan sebagai Ibu Jagat Raya ). Ini membuktikan bahwa Tuhan bersemayam dalam diri mereka.


Kidungkan Nama Tuhan dan Selamatkan Hidupmu

Perwujudan Kasih!

Ketika Yesus berusia dua belas tahun, orang tua Beliau mengajak Beliau pergi ke Yerusalem. Di sana banyak orang telah berkumpul untuk ikut serta dalam suatu perayaan. Setelah beberapa waktu, Bunda Maria tidak mendapati putra beliau, Yesus, di samping beliau. Maria mengira Yesus tersesat di antara orang banyak. Dengan kebingungan orang tua Yesus mencari Beliau. Mereka merasa sedih dan cemas karena tidak menemukan Beliau. Akhirnya mereka menemukan Yesus sedang mendengarkan wacana seorang pendeta di sebuah sinagoga dengan penuh perhatian. Bunda Maria sangat senang menemukan Beliau. Maria segera memeluk putra beliau sambil menitikkan air mata gembira. Pada waktu itu Yesus berkata, “Ibu, mengapa Ibu cemas, jika Saya beserta dengan Tuhan, Bapak Saya?”

Pada masa itu orang-orang biasa mengorbankan burung dara di tempat ibadat Yerusalem karena mengira bahwa Tuhan akan senang. Yesus memberitahu mereka bahwa kekerasan tidak akan pernah dapat mendekatkan mereka kepada Tuhan. Yesus berusaha menghentikan kebiasaan yang kejam ini. Beliau pergi ke tempat penjualan burung dara dan melepaskan semua unggas itu ( dari sangkarnya ). Orang-orang yang merasa dirugikan memusuhi Beliau. Akan tetapi, Yesus tetap melakukan hal itu tanpa mengindahkan permusuhan mereka. Pujian atau kecaman tidak Beliau anggap penting karena hal itu hanya berkaitan dengan badan, bukan diri sejati.

Hal semacam ini juga dikisahkan dalam Mahaabhaarata. Paandava menyadari bahwa Krishna adalah penyelamat mereka, karena itu dalam raajasuya yajna mereka menghaturkan persembahan utama ( agratambulam ) kepada Sri Krishna. Pada waktu itu Shishupaala yang jahat mulai mencaci maki Beliau. Ketika Krishna sedang menerima persembahan ini, Shishupala berkata kepada Krishna,

“Apa Anda kira Anda layak memperoleh kehormatan ini karena Anda mencuri sari para gadis penggembala sapi ketika mereka sedang mandi? Atau apakah Anda kira Anda layak karena Anda melewatkan segenap waktu Anda bersama para penggembala sapi? Jangan membesar-besarkan diri, tutup mulut!”

( Puisi bahasa Telugu ).


Ketika mendengar Shishupaala mencaci maki Krishna seperti ini, Dharmaraaja mulai menitikkan air mata. Krishna melemparkan piring persembahan yang dihaturkan kepada Beliau itu ke arah Shishupaala. Piring itu memenggal lehernya. Bukan senjata cakra Sri Krishnalah yang menewaskan Shishupala sebagaimana anggapan beberapa orang. Pada saat itu darah Shishupaala memercik pada kaki Krishna. Melihat kejadian ini, Dharmaraaja merasa bingung. Ia berkata, “Krishna, Shishupaala mencaci maki Paduka dengan tiada putusnya. Bagaimana darahnya bisa memercik pada kaki Paduka?” Krishna menjawab sambil tersenyum, “Dharmaraaja, pujian atau celaan hanya berkaitan dengan badan, bukan dengan atma. Lagi pula selama ini Shishupaala selalu memikirkan Saya dan mengulang-ulang nama Saya. Mungkin ia melakukan hal itu dengan rasa benci, tetapi Saya tidak mempedulikan hal itu. Yang paling penting yaitu ia mengucapkan nama Saya sepanjang waktu.”

“Pada Zaman Kali ini mengidungkan nama Tuhan merupakan satu-satunya cara untuk mencapai kebebasan ( dari lingkaran kelahiran dan kematian ). Hanya nama Tuhanlah yang akan menyelamatkan kita”

( Puisi bahasa Sanskerta ).


Tugas hebat apa saja dapat dicapai dengan mengidungkan nama Tuhan. Untuk melakukan latihan spiritual seperti meditasi dan tapa, diperlukan waktu dan tempat tertentu. Akan tetapi, untuk mengidungkan nama Tuhan, tidak diperlukan waktu atau tempat khusus. Di mana pun engkau berada dan apa pun yang sedang kaulakukan, engkau dapat mengidungkan nama Tuhan.
Sarvaadaa sarva kaaleeshu, Sarvatra Hari chintanam.
‘Renungkan Tuhan di mana saja, sepanjang waktu,
dalam segala keadaan’.

Salah seorang pembicara sebelum ini, anggota “Messengers of Sathya Sai” ( perhimpunan alumni Sri Sathya Sai Women College, Anantapur ) mohon agar Swami jangan pernah melupakan mereka. Mengira bahwa Tuhan melupakan seseorang itu hanya imajinasimu sendiri. Itu merupakan cerminan, reaksi, dan gema perasaan-perasaan batinmu. Tuhan tidak pernah melupakan siapa pun. Hanya baktalah yang ingat atau melupakan Tuhan. Tuhan mengasihi semuanya secara sama. Karena itu, tingkatkan kasihmu. Buanglah segala kecenderungan yang tidak baik.

Sistem pendidikan modern menimbulkan sifat-sifat yang tidak baik dalam diri para pelajar dan mahasiswa. Orang yang memiliki sifat-sifat buruk sama sekali tidak dapat disebut pelajar atau mahasiswa. Seperti yang telah dikatakan oleh Srinivasan, para pelajar dan mahasiswa Sai tidak seperti itu. Ada beberapa orang yang mengaku-ngaku sebagai pelajar dan mahasiswa perguruan Sai, lalu melakukan berbagai perbuatan jahat. Akan tetapi, para pelajar dan mahasiswa kita sangat luhur budinya dan sarat dengan sifat-sifat mulia. Tidak ada yang dapat menuding dan menuduh mereka.

Dewasa ini banyak orang menyalahgunakan nama Sai demi keuntungan pribadi mereka dengan mengaku-ngaku sebagai bakta Sai. Bagaimanapun juga mereka mengidungkan nama Tuhan, walaupun niatnya buruk. Hanya pengulang-ulangan nama Tuhan akan membebaskan engkau ( dari lingkaran kelahiran dan kematian ). Jangan memberi peluang pada sifat jahat apa pun. Jangan pernah menuduh orang lain. Tempuhlah hidupmu dengan penuh kasih. Anggaplah kasih sebagai Tuhan. Tidak ada yang lebih luhur daripada kasih.


Bhagawan menyudahi wacana Beliau dengan kidung suci, “Prema Mudita Manase Kaho.”


Dari wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashanti Nilayam, pada hari Natal, 25 Desember 2001.


Alih bahasa: T.Retno Buntoro