Versi Gabungan ( Sanathana Sarathi & Booklet )
Orang-orang menjalani berbagai kesulitan dan bekerja keras siang malam demi uang. Mereka bahkan diam-diam menipu atau menempuh berbagai cara yang tidak halal untuk mendapatkan uang. Rasa sombong1) dan penyimpangan mental2) mereka membuat mereka semakin menderita. Selama dunia berada dalam keadaan yang buruk3)seperti itu, manusia tidak dapat menghindari penderitaan. Ia hanya dapat mencapai kedamaian dan kemakmuran bila ia menepati perkataannya, dan pikirannya penuh kebaikan hati. Manusia tidak bisa memperoleh penampakan Tuhan dengan pikiran yang resah dan penuh keraguan
( Puisi bahasa Telugu ).
( Puisi bahasa Telugu ).
Perwujudan kasih!
Dewasa ini perhatian seluruh dunia berpusat pada uang. Dari siswa sampai penjual sayuran, setiap orang mengejar uang. Kita tidak dapat mengatakan secara pasti, siapa yang lebih menghasratkan uang, orang ini atau orang itu. Akan tetapi, setiap orang menganggap uang sebagai segala-galanya dalam hidupnya. Orang-orang bekerja keras dan menanggung berbagai kesulitan dengan senang hati demi mendapatkan uang, tetapi tidak ada yang menjalani kesulitan demi Tuhan.
Tuhan melindungi semuanya. Mungkin seseorang mempunyai uang berapa pun banyaknya, tetapi hidup yang dilewatkan tanpa Tuhan itu tidak berharga. Namun, sedikit sekali orang yang mengutamakan Tuhan dalam hidupnya dan menyadari bahwa Tuhan adalah sumber serta pemelihara segala makhluk. Lebih sedikit lagi orang yang merenungkan Tuhan.
Tuhan Ada dalam Setiap Makhluk Sebagai Kasih
Itulah sebabnya Aku menyarankan dilangsungkannya kidung suci ( bhajan ). Mungkin ada beberapa di antara para peserta yang pikirannya melantur pada waktu kidung suci berlangsung dan tidak melantunkan nama Tuhan dengan perasaan, lagu, dan irama yang semestinya. Mungkin bahkan ada beberapa orang yang menempuh jalan tidak benar setelah mereka ikut kidung suci. Akan tetapi, pada umumnya orang-orang akan berkonsentrasi kepada Tuhan bila mereka menyanyikan kemuliaan-Nya.
Ada banyak jenis gelombang di lautan, tetapi air dalam semua gelombang itu sama. Demikian pula orang-orang mungkin mempunyai jenis pikiran yang berbeda, tetapi Tuhan yang sama ada dalam mereka semua. Ada banyak makhluk, tetapi prinsip atma dalam mereka semuanya sama.
Mereka yang mengikuti kebenaran ini ( dan menerapkan pengetahuan ini dalam kehidupan mereka sehari-hari ) sesungguhnya adalah bakta sejati.
Intisari segenap Veda terletak pada pemantapan kebenaran ini ( dengan mempelajari dan berusaha menghayatinya ). Sayang, kini sedikit sekali orang yang memahaminya.
Jangan pernah meninggalkan kebenaran. Bila kebenaran dan kebajikan menyatu, manusia akan menghayati kedamaian dan kasih. Kebenaran merupakan dasar untuk semua nilai kemanusiaan yang lain yaitu kebajikan ( dharma ), kedamaian ( shaanti ), kasih ( prema ), dan tanpa kekerasan ( ahimsa ). Sesungguhnya kebenaran ( dalam pengertian kenyataan sejati atau kesadaran semesta, keterangan penerjemah ), adalah dasar segala sesuatu. Satyameva advitiiyam Brahma. Artinya, ‘kebenaran adalah Brahman Yang Maha Esa, tiada duanya’. Kebenaran mewujud dalam bentuk kasih.
Perwujudan kasih!
Kasih tidak datang dari suatu tempat di luar. Kasih ada dalam hati setiap makhluk. Manusia tidak bisa hidup tanpa kasih. Kasih ini mengambil berbagai bentuk yang berbeda sesuai dengan pertalian antar individu, misalnya: antara suami dan istri, ibu dan anak, antar teman, dan sebagainya. Walaupun bentuknya berlainan, kasih itu sama. Pada dasarnya kasih ada sebagai energi yang tidak terlihat dalam semua manusia.
Bila ada orang yang bertanya kepadamu, di manakah Tuhan, engkau dapat berkata bahwa Tuhan ada dalam hati segala makhluk dalam bentuk kasih. Kasih ini menunjukkan prinsip kemenunggalan. Hidup yang dijiwai kasih, ditempuh dengan mengikuti prinsip kasih, adalah hidup yang benar. Hidup yang ditempuh tanpa mengamalkan prinsip kasih itu tidak berharga. Kasih adalah sumber segala keutamaan, dan segala keutamaan terkandung dalam kasih.
Ini sebuah contoh kecil. Beberapa hari yang lalu Shourie ( mantan anggota pengurus Sri Sathya Sai Centra Trust ) meninggalkan raga. Banyak orang mengikuti prosesi perabuannya. Ketika jasadnya dikremasi, kelima unsur alam tubuhnya kembali menunggal dengan sumbernya: unsur tanah menunggal dengan tanah, api dengan api, udara dengan udara, dan seterusnya. Akhirnya apa yang tersisa? Hanya timbunan abu! Tetapi prinsip atma dalam dirinya ( dalam konteks ini yaitu jivaatma ‘jiwa individu’ ) mengikuti jalan ( evolusi spiritual )-nya yang suci.
Segala sesuatu ada di dalam Brahman ( kesadaran semesta ). Brahman itu Maha Esa tiada duanya. Karena itu, bila ada yang bertanya kepadamu, siapa namamu, engkau harus menjawab, “Aham Brahmaasmi. Aku Brahman. Aku tidak punya nama lain.”
Orang-orang menyebut Tuhan dengan berbagai nama seperti Raama, Krishna, Goovinda, Naaraayana, tetapi Brahman itu Maha Esa. Brahma satyam jagan mithya. Artinya ‘hanya Brahmanlah kebenaran, seluruh alam semesta ini adalah maya’. ( Segala yang tampak sebagai alam semesta ini pada hakikatnya adalah kesadaran Yang Mahabesar ).
Nama diberikan sesuai dengan kesukaan orang. Seorang ibu memberikan berbagai nama kepada anak-anaknya dan memanggil mereka dengan nama-nama itu. Demikian pula di dunia ini kita memanggil orang-orang dengan beragam nama. Akan tetapi, Tuhan hanya mempunyai satu nama yaitu Brahman.
Agar dapat menyadari Brahman ( kesadaran semesta ), engkau harus menjadi Brahman ( melepaskan diri dari kungkungan kesadaran individu, dan menunggal dengan kesadaran semesta, keterangan penerjemah ). Bila manusia menyadari prinsip Brahman, maka ia sendiri menjadi Brahman. Semua nama Tuhan seperti: Raama, Krishna, Goovinda, Naaraayana, dan sebagainya, hanya menunjuk kepada Brahman. Karena itu, janganlah kita terlalu mementingkan nama.
Kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih adalah prinsip-prinsip yang suci. Bila kita mengikuti prinsip yang suci ini, kita bisa dekat dengan Tuhan.
Renungkan nama Brahman yang mana saja sambil merasakan bahwa Brahman ( sebagai kesadaran semesta ) ada dalam semuanya. Mungkin engkau mengenali orang lain dengan nama apa saja, tetapi Brahman ada dalam mereka semua karena Brahman ada di mana-mana. Ke mana pun kita memandang, kita hanya melihat Brahman. Brahmanlah satu-satunya kenyataan yang sejati. Karena itu, kita harus selalu merenungkan Brahman. Kalian semua harus melantunkan, “Namah Shivaaya ... Namah Shivaaya ... Namauh Shivaaya.” Prinsip Brahman ada dalam Mantra Pachakshari ( Namah Shivaaya ) yang suci ini.
Selama sebulan ini Aku telah melihat Iishvaraammaa dan Pedda Venkama Raju. Mereka juga menampakkan diri di hadapan-Ku ketika Aku sedang menuju Pendapa Sai Kulwant. Bahkan sekarang pun mereka hadir di sini. Pedda Venkama Raju mengenakan sarung kuning, sedangkan Iishvaraammaa mengenakan sari kuning. Mereka mengenakan pakaian berwarna kuning karena kini mereka tinggal di ( surga ) Vaikuntha. Setiap orang di Vaikuntha mengenakan pakaian berwarna kuning. Bahkan Satyajit yang tidur di kamar-Ku telah melihat mereka. Mereka berdua mengenakan pakaian kuning. Warna kuning melambangkan prinsip Brahman. Itulah sebabnya Vishnu dilukiskan sebagai pithambara dhari ‘mengenakan pakaian berwarna kuning’.
Hari ini sebenarnya Aku akan mengeluarkan linggam berwarna kuning dari tubuh-Ku. Tetapi, ketika Aku sedang menuju pendapa, semua siswa, bakta, dan penghuni ashram memohon, “Swami! Swami tidak perlu mengeluarkan lingga karena kami tidak tega melihat penderitaan yang Swami alami. Kami hanya ingin melihat Swami yang penuh kebahagiaan.”
Hati-Ku murni sepenuhnya. Apa pun yang Kukehendaki pasti terjadi. Hati orang-orang yang bersifat duniawi selalu tidak mantap dan mudah terombang-ambing. Akan tetapi, hati Sai mantap dan tidak berubah. Bagaimana bisa ada perubahan dalam prinsip kebenaran? Tidak ada yang dapat memahami prinsip kebenaran yang abadi ini.
Pernah ada seorang yogi yang menguasai Veda dan kitab-kitab suci lain setelah berusaha keras mempelajarinya. Ketika ditanya, apa yang telah dipelajarinya, ia berkata bahwa ia telah menguasai semua Veda, Puraana ( buku mitologi ), serta kitab-kitab suci lainnya. Tetapi, dari mana asal semua kitab suci ini? Semua ini berasal dari Shabda. Apakah bentuk Shabda pramula? Itulah Pranava atau Om. Tuhan mewujud dalam Shabda. Segala bentuk energi yang lain berasal dari Pranava.
Demikian pula suara damaru 4), alat musik Shiva—bila Beliau melakukan tarian kosmis 5) --mengandung suara segala alat musik. Pada waktu melakukan tarian kosmis, Shiva mengambil suatu wujud dan hanya Tuhanlah yang dapat mengambil wujud itu. Janganlah kira pernah melupakan wujud yang suci itu. Ada nyanyian yang melukiskan tarian kosmis Shiva.
Manusia Harus Mengingat Tuhan Sebagai Orang Tuanya
Tarian kosmis Paarvatii dan Iishvara sangat mempesona. Tidak ada yang dapat melakukannya selain mereka. Paarvatii dan Iishvara adalah ibu dan ayah bagi jagat raya. Kita akan bebas dari segala penderitaan bila kita selalu mengingat mereka. Akan tetapi, dewasa ini tidak ada yang mengingat mereka. Jadi, bagaimana orang-orang bisa mendapat perlindungan?
Suatu kali ketika Shiva dan Paarvatii sedang menjelajah angkasa, mereka melihat seorang lelaki sedang menebang cabang pohon yang didudukinya. Ketika orang itu hampir jatuh, Paarvatii mohon agar Shiva menyelamatkannya. “Oh Swami! Mohon selamatkan orang itu bila ia jatuh.” Namun, Shiva menjawab, “Engkaulah yang pertama melihatnya. Engkau jugalah yang menyadari bahwa ia akan tewas bila jatuh. Karena itu, tanggung jawabmulah untuk menyelamatkannya.” Kemudian Paarvatii mengajukan saran, “Swami, bila orang jatuh, ia akan berteriak memanggil Amma ( ibu ) atau Appa ( ayah ). Bila orang itu memanggil Amma, saya akan menyelamatkannya, tetapi kalau ia memanggil Appa, Paduka harus menyelamatkannya.” Iishvara menyetujui saran ini. Ketika dahan itu patah, Shiva dan Paarvatii keduanya maju untuk menyelamatkannya. Akan tetapi, ketika jatuh, orang itu tidak mengucapkan Amma atau Appa, ia berteriak, “Ayyo ( aduh ).” Walaupun Shiva dan Paarvatii keduanya menunggu untuk menyelamatkannya, ia tidak memanggil mereka.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini yaitu: kita harus selalu mengingat orang tua kita. Orang yang tidak mengingat orang tuanya bahkan pada masa yang sulit adalah orang yang benar-benar bodoh.
Iishvara dan Paarvatii adalah Ayah dan Ibu seluruh jagat raya. Bila engkau selalu mengingat mereka, engkau tidak akan menghadapi kesulitan atau penderitaan apa pun. Sayangnya, kini orang-orang tidak mengingat orang tua mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat perlindungan.
Bila ajal kita tiba, kita harus mengingat Tuhan sebagai Ibu atau Ayah kita. Mereka yang mengingat Tuhan sebagai orang tua mereka benar-benar terberkati. Jangankan Tuhan sebagai ayah dan ibu jagat raya, dewasa ini orang-orang bahkan tidak mengingat orang tua ( jasmani ) mereka sendiri. Mengapa engkau harus mengingat ibumu? Ibulah yang mengandungmu di rahimnya selama sembilan bulan dan melahirkan engkau. Ia mengasuh dan membesarkan engkau dengan menanggung segala kesulitan. Orang yang tidak mengingat ibunya dengan rasa terimakasih adalah orang gila. Demikian juga ayahmu menanggung berbagai kesulitan untuk menyekolahkan dan membesarkan engkau. Mungkinkah hidupmu maju tanpa memperoleh pendidikan dari guru di sekolah? Karena itu, setiap orang harus mengingat orang tuanya. Engkau boleh mengingat atau tidak mengingat orang lain, tetapi engkau harus mengingat orang tuamu.
Amanat Shivaraatri
Iishvaraammaa adalah ibu tubuh ini. Kata Iishvaraammaa artinya adalah ‘ibu Iishvara ( Tuhan )’. Dalam sejarah Avatar, Ibu Iishvaraammaa melambangkan sifat keibuan yang suci. Demikian pula Venkama berarti ‘penguasa tujuh bukit’. Dengan demikian Peda Venkama Raju dan Iishvaraammaa berdua melambangkan orang tua surgawi. Kini mereka berdua berada di Vaikuntha.
Swami adalah inkarnasi Paarvatii dan Iishvara. Dalam Sai Avatar tiga serangkai, yang pertama adalah Shirdi Sai, yang kedua Parti Sai ( Bhagawan Sri Sathya Sai Baba ), dan yang ketiga kelak adalah Prema Sai. Prema Sai akan merupakan Avatar yang terpenting karena Beliau akan mempersatukan seluruh umat manusia. Kalian semua tahu bahwa kasih adalah kekuatan yasng mempersatukan semuanya. Sayangnya kini engkau tidak menjumpai persatuan ( ekatva ) di mana pun juga. Kemana pun engkau memandang, hanya ada perselisihan dan pertikaian. Hanya bisa ada kesatuan yang menyeluruh bila kasih dalam hati manusia diungkapkan. Kemudian semuanya akan bersatu. Akan ada persatuan dalam kasta, kebudayaan, dan negeri.
Bila ada yang bertanya kepadamu, engkau berasal dari mana, janganlah engkau berkata bahwa engkau datang dari Mysore, Andhra Pradesh, atau Tamil Nadu. Engkau harus berkata bahwa engkau datang dari Bhaarat. Dengan bangga engkau harus menyatakan, “Bhaarat adalah tanah airku.” Bhaarat adalah tempat tinggal semua orang. Sesungguhnya Prashaanti Nilayam telah menjadi tempat tinggal orang-orang dari seluruh dunia.
Ketika Aku berkunjung ke Afrika Timur, Idi Amin bertanya, Aku datang dari mana. Aku tidak berkata bahwa Aku datang dari Karnataka atau Andhra Pradesh. Kukatakan kepadanya, “Aku datang dari Bhaarat.” Bila semua memupuk perasaan bahwa ia putra tanah airnya, maka seluruh negeri akan makmur. Tidak lama lagi seluruh India akan bersatu dan segala perselisihan akan lenyap. Persatuan kasta, kebudayaan, dan negeri itu penting. Bila ada persatuan di antara ketiga hal ini, maka kita semua akan kompak dan hidup rukun dalam semangat persaudaraan. Sejarah Bhaarat menunjukkan semangat persatuan ini, Dalam kisah Raamaayana, ketika paayasam ‘bubur manis’ bagian Sumitraa disambar seekor rajawali, Kausalyaa dan Kaikeyii membagikan paayasam mereka kepada Sumitraa. Sementara Kausalyaa melahirkan Ramaa, dan Kaikeyii melahirkan Bharata, Sumitraa melahirkan Lakshmana dan Shatrughna. Lakshmana mengabdi Raama, dan Shatrughna membantu Bharata. Dengan demikian ketiga permaisuri Dasharatha dan keempat putra mereka memberikan kepada dunia, teladan terluhur dalam persatuan dan kasih.
Sesuai dengan tradisi mulia yang diberikan dalam Raamaayana, kita harus selalu memelihara persatuan, persaudaraan, moralitas, dan spiritualitas.
Nama Sumitraa berarti ia adalah teman yang baik bagi semuanya dan teladan segala keutamaan. Demikian pula, nama lain untuk Siitaa, Vaidehii, mengandung arti bahwa ia adalah putri ( raja ) Videha atau ‘orang yang telah melampaui kesadaran jasmani’.
Nama-nama yang diberikan dalam Raamaayana, Mahaabhaarata, Bhaagavata, dan kitab-kitab suci lain memberitahukan berbagai keutamaan mulia yang dimiliki orang yang menyandang nama itu. Demikian pula Tuhan disebut dengan berbagai nama yang berbeda, dan semua nama itu mengandung makna batiniah yang tersembunyi serta mendalam. Nama tubuh ini Sathya Sai. Nama ini mengandung makan batiniah yang mendalam dan berarti ‘ia yang bertumpu pada kebenaran’ ( satya shayii ).
Karena itu, kita semua harus bersatu. Anak megeri mungkin berbicara dalam berbagai bahasa yang berbeda, menempuh bidang studi yang berlainan, tetapi semuanya harus mengikuti prinsip satu negeri, satu kasta, dan satu kebudayaan,
Pertikaian yang ada sekarang telah timbul karena orang-orang terkotak-kotak berdasarkan kasta, bahasa, dan kebudayaan. Amanat penting dalam perayaan Shivaraatri ini adalah seluruh Bhaarat harus mencapai persatuan.
Perwujudan kasih.
Ke mana pun engkau pergi, engkau harus berkata dengan bangga bahwa engkau putra India, mengikuti kebudayaan India, dan berbicara dalam bahasa negeri itu. Pahami prinsip kemenunggalan, tingkatkan keyakinanmu pada prinsip itu, dan tempuh hidupmu sesuai dengan pemahaman tersebut. Harus ada persatuan dalam kasta, kebudayaan, dan di dalam negeri. Hanya dengan demikianlah negeri kita akan mencapai kemajuan yang diinginkan.
Nama Bhaarat terdiri dari dua suku kata: bha dan rat. Bha berarti ‘Tuhan’, dan rat ( rathi ) berarti ‘kasih’. Karena itu, Bhaarat adalah negeri orang-orang yang mencintai Tuhan. Engkau harus memahami kebenaran ini dan mencamkannya dalam hatimu.
Bhagawan menyanyikan kidung suci, “Hari bhajan bina ... “ dan seterusnya. Siapa saja yang ingin memiliki kedamaian harus ikut serta dalam kidung suci. Hanya kidung sucilah yang dapat memberikan kedamaian sejati kepada kita.
Wacana Bhagawan pada perayaan Shivaraatri di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 6 – 3 – 2008 ( sore ).
Penjelasan Penerjemah
1. Yang dimaksud dengan rasa sombong dalam konteks ini yaitu mempunyai banyak uang sering membuat orang menjadi sombong.
2. Penyimpangan mental dalam konteks ini yaitu orang yang mempunyai banyak uang lalu merasa tidak aman, takut kepada orang-orang yang tidak memiliki uang sebanyak yang dimilikinya.
3. Keadaan yang buruk dalam konteks ini adalah kesalahpahaman karena orang-orang mengira bahwa uanglah yang memberikan kebahagiaan.
4. Damaru: alat musik seperti gendang yang dibawa Shiva melambangkan pirnsip shabda Brahman atau pranava ( Om ). Kelima unsur alam dan segenap ciptaan timbul dari pranava.
5. Tarian kosmis Shiva ( tandava ) melambangkan penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan alam semesta.
6. Trisula: tombak bermata tiga yang dibawa Shiva melambangkan tiga sifat alam ( sattva, rajas, dan tamas ), dan tiga aspek waktu ( masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang ).
7. Mata ketiga Shiva melambangkan bahwa Beliau Mahatahu.
Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro
Klik : Liputan Mahasivaratri 6 Maret 2008
Tuhan melindungi semuanya. Mungkin seseorang mempunyai uang berapa pun banyaknya, tetapi hidup yang dilewatkan tanpa Tuhan itu tidak berharga. Namun, sedikit sekali orang yang mengutamakan Tuhan dalam hidupnya dan menyadari bahwa Tuhan adalah sumber serta pemelihara segala makhluk. Lebih sedikit lagi orang yang merenungkan Tuhan.
Tuhan Ada dalam Setiap Makhluk Sebagai Kasih
Itulah sebabnya Aku menyarankan dilangsungkannya kidung suci ( bhajan ). Mungkin ada beberapa di antara para peserta yang pikirannya melantur pada waktu kidung suci berlangsung dan tidak melantunkan nama Tuhan dengan perasaan, lagu, dan irama yang semestinya. Mungkin bahkan ada beberapa orang yang menempuh jalan tidak benar setelah mereka ikut kidung suci. Akan tetapi, pada umumnya orang-orang akan berkonsentrasi kepada Tuhan bila mereka menyanyikan kemuliaan-Nya.
Ada banyak jenis gelombang di lautan, tetapi air dalam semua gelombang itu sama. Demikian pula orang-orang mungkin mempunyai jenis pikiran yang berbeda, tetapi Tuhan yang sama ada dalam mereka semua. Ada banyak makhluk, tetapi prinsip atma dalam mereka semuanya sama.
Ekaatmaa sarva-bhuutaantaraatma.
Artinya,
‘Atma yang Maha Esa ada dalam semua makhluk’.
Ekam sat vipraah bahudhaa vadanti.
Artinya,
‘Kebenaran itu satu, tetapi kaum bijak menyebutnya dengan berbagai nama’.
Artinya,
‘Atma yang Maha Esa ada dalam semua makhluk’.
Ekam sat vipraah bahudhaa vadanti.
Artinya,
‘Kebenaran itu satu, tetapi kaum bijak menyebutnya dengan berbagai nama’.
Mereka yang mengikuti kebenaran ini ( dan menerapkan pengetahuan ini dalam kehidupan mereka sehari-hari ) sesungguhnya adalah bakta sejati.
Intisari segenap Veda terletak pada pemantapan kebenaran ini ( dengan mempelajari dan berusaha menghayatinya ). Sayang, kini sedikit sekali orang yang memahaminya.
Jangan pernah meninggalkan kebenaran. Bila kebenaran dan kebajikan menyatu, manusia akan menghayati kedamaian dan kasih. Kebenaran merupakan dasar untuk semua nilai kemanusiaan yang lain yaitu kebajikan ( dharma ), kedamaian ( shaanti ), kasih ( prema ), dan tanpa kekerasan ( ahimsa ). Sesungguhnya kebenaran ( dalam pengertian kenyataan sejati atau kesadaran semesta, keterangan penerjemah ), adalah dasar segala sesuatu. Satyameva advitiiyam Brahma. Artinya, ‘kebenaran adalah Brahman Yang Maha Esa, tiada duanya’. Kebenaran mewujud dalam bentuk kasih.
Perwujudan kasih!
Kasih tidak datang dari suatu tempat di luar. Kasih ada dalam hati setiap makhluk. Manusia tidak bisa hidup tanpa kasih. Kasih ini mengambil berbagai bentuk yang berbeda sesuai dengan pertalian antar individu, misalnya: antara suami dan istri, ibu dan anak, antar teman, dan sebagainya. Walaupun bentuknya berlainan, kasih itu sama. Pada dasarnya kasih ada sebagai energi yang tidak terlihat dalam semua manusia.
Bila ada orang yang bertanya kepadamu, di manakah Tuhan, engkau dapat berkata bahwa Tuhan ada dalam hati segala makhluk dalam bentuk kasih. Kasih ini menunjukkan prinsip kemenunggalan. Hidup yang dijiwai kasih, ditempuh dengan mengikuti prinsip kasih, adalah hidup yang benar. Hidup yang ditempuh tanpa mengamalkan prinsip kasih itu tidak berharga. Kasih adalah sumber segala keutamaan, dan segala keutamaan terkandung dalam kasih.
Ini sebuah contoh kecil. Beberapa hari yang lalu Shourie ( mantan anggota pengurus Sri Sathya Sai Centra Trust ) meninggalkan raga. Banyak orang mengikuti prosesi perabuannya. Ketika jasadnya dikremasi, kelima unsur alam tubuhnya kembali menunggal dengan sumbernya: unsur tanah menunggal dengan tanah, api dengan api, udara dengan udara, dan seterusnya. Akhirnya apa yang tersisa? Hanya timbunan abu! Tetapi prinsip atma dalam dirinya ( dalam konteks ini yaitu jivaatma ‘jiwa individu’ ) mengikuti jalan ( evolusi spiritual )-nya yang suci.
Segala sesuatu ada di dalam Brahman ( kesadaran semesta ). Brahman itu Maha Esa tiada duanya. Karena itu, bila ada yang bertanya kepadamu, siapa namamu, engkau harus menjawab, “Aham Brahmaasmi. Aku Brahman. Aku tidak punya nama lain.”
Orang-orang menyebut Tuhan dengan berbagai nama seperti Raama, Krishna, Goovinda, Naaraayana, tetapi Brahman itu Maha Esa. Brahma satyam jagan mithya. Artinya ‘hanya Brahmanlah kebenaran, seluruh alam semesta ini adalah maya’. ( Segala yang tampak sebagai alam semesta ini pada hakikatnya adalah kesadaran Yang Mahabesar ).
Nama diberikan sesuai dengan kesukaan orang. Seorang ibu memberikan berbagai nama kepada anak-anaknya dan memanggil mereka dengan nama-nama itu. Demikian pula di dunia ini kita memanggil orang-orang dengan beragam nama. Akan tetapi, Tuhan hanya mempunyai satu nama yaitu Brahman.
Agar dapat menyadari Brahman ( kesadaran semesta ), engkau harus menjadi Brahman ( melepaskan diri dari kungkungan kesadaran individu, dan menunggal dengan kesadaran semesta, keterangan penerjemah ). Bila manusia menyadari prinsip Brahman, maka ia sendiri menjadi Brahman. Semua nama Tuhan seperti: Raama, Krishna, Goovinda, Naaraayana, dan sebagainya, hanya menunjuk kepada Brahman. Karena itu, janganlah kita terlalu mementingkan nama.
Kebenaran, kebajikan, kedamaian, dan kasih adalah prinsip-prinsip yang suci. Bila kita mengikuti prinsip yang suci ini, kita bisa dekat dengan Tuhan.
Renungkan nama Brahman yang mana saja sambil merasakan bahwa Brahman ( sebagai kesadaran semesta ) ada dalam semuanya. Mungkin engkau mengenali orang lain dengan nama apa saja, tetapi Brahman ada dalam mereka semua karena Brahman ada di mana-mana. Ke mana pun kita memandang, kita hanya melihat Brahman. Brahmanlah satu-satunya kenyataan yang sejati. Karena itu, kita harus selalu merenungkan Brahman. Kalian semua harus melantunkan, “Namah Shivaaya ... Namah Shivaaya ... Namauh Shivaaya.” Prinsip Brahman ada dalam Mantra Pachakshari ( Namah Shivaaya ) yang suci ini.
Selama sebulan ini Aku telah melihat Iishvaraammaa dan Pedda Venkama Raju. Mereka juga menampakkan diri di hadapan-Ku ketika Aku sedang menuju Pendapa Sai Kulwant. Bahkan sekarang pun mereka hadir di sini. Pedda Venkama Raju mengenakan sarung kuning, sedangkan Iishvaraammaa mengenakan sari kuning. Mereka mengenakan pakaian berwarna kuning karena kini mereka tinggal di ( surga ) Vaikuntha. Setiap orang di Vaikuntha mengenakan pakaian berwarna kuning. Bahkan Satyajit yang tidur di kamar-Ku telah melihat mereka. Mereka berdua mengenakan pakaian kuning. Warna kuning melambangkan prinsip Brahman. Itulah sebabnya Vishnu dilukiskan sebagai pithambara dhari ‘mengenakan pakaian berwarna kuning’.
Hari ini sebenarnya Aku akan mengeluarkan linggam berwarna kuning dari tubuh-Ku. Tetapi, ketika Aku sedang menuju pendapa, semua siswa, bakta, dan penghuni ashram memohon, “Swami! Swami tidak perlu mengeluarkan lingga karena kami tidak tega melihat penderitaan yang Swami alami. Kami hanya ingin melihat Swami yang penuh kebahagiaan.”
Hati-Ku murni sepenuhnya. Apa pun yang Kukehendaki pasti terjadi. Hati orang-orang yang bersifat duniawi selalu tidak mantap dan mudah terombang-ambing. Akan tetapi, hati Sai mantap dan tidak berubah. Bagaimana bisa ada perubahan dalam prinsip kebenaran? Tidak ada yang dapat memahami prinsip kebenaran yang abadi ini.
Pernah ada seorang yogi yang menguasai Veda dan kitab-kitab suci lain setelah berusaha keras mempelajarinya. Ketika ditanya, apa yang telah dipelajarinya, ia berkata bahwa ia telah menguasai semua Veda, Puraana ( buku mitologi ), serta kitab-kitab suci lainnya. Tetapi, dari mana asal semua kitab suci ini? Semua ini berasal dari Shabda. Apakah bentuk Shabda pramula? Itulah Pranava atau Om. Tuhan mewujud dalam Shabda. Segala bentuk energi yang lain berasal dari Pranava.
Demikian pula suara damaru 4), alat musik Shiva—bila Beliau melakukan tarian kosmis 5) --mengandung suara segala alat musik. Pada waktu melakukan tarian kosmis, Shiva mengambil suatu wujud dan hanya Tuhanlah yang dapat mengambil wujud itu. Janganlah kira pernah melupakan wujud yang suci itu. Ada nyanyian yang melukiskan tarian kosmis Shiva.
Shiva tenggelam dalam kebahagiaan yang tak terhingga. Parameshvara, Sambashiva tenggelam dalam kebahagiaan luar biasa. Beliau menari-nari menarikan tandava. ( Dewa Resi ) Narada mengiringinya dengan tampura, dan rambut Shiva yang dikempalkan bersinar cemerlang. Sambil membawa trisula 6), Shiva menari. Tadhim, tadhim, tadhim, tadhimtaka. Shiva, Dengan Dewi Sarasvatii memainkan vina, Dewa Indra meniup suling, Dan Vishnu memainkan mridangga. Dhimi dhimi dhimi dhimitaka. Shiva, Dengan sungai Gangga mengalir melalui konde pertapa Beliau, Mata ketiga 7) bersinar di dahi Beliau, Dan tasbih kristal di leher berkilau cemerlang, Shiva tenggelam dalam sukacita yang tak terhingga, Menari-nari, tarian kosmis.
( Puisi bahasa Telugu ).
( Puisi bahasa Telugu ).
Manusia Harus Mengingat Tuhan Sebagai Orang Tuanya
Tarian kosmis Paarvatii dan Iishvara sangat mempesona. Tidak ada yang dapat melakukannya selain mereka. Paarvatii dan Iishvara adalah ibu dan ayah bagi jagat raya. Kita akan bebas dari segala penderitaan bila kita selalu mengingat mereka. Akan tetapi, dewasa ini tidak ada yang mengingat mereka. Jadi, bagaimana orang-orang bisa mendapat perlindungan?
Suatu kali ketika Shiva dan Paarvatii sedang menjelajah angkasa, mereka melihat seorang lelaki sedang menebang cabang pohon yang didudukinya. Ketika orang itu hampir jatuh, Paarvatii mohon agar Shiva menyelamatkannya. “Oh Swami! Mohon selamatkan orang itu bila ia jatuh.” Namun, Shiva menjawab, “Engkaulah yang pertama melihatnya. Engkau jugalah yang menyadari bahwa ia akan tewas bila jatuh. Karena itu, tanggung jawabmulah untuk menyelamatkannya.” Kemudian Paarvatii mengajukan saran, “Swami, bila orang jatuh, ia akan berteriak memanggil Amma ( ibu ) atau Appa ( ayah ). Bila orang itu memanggil Amma, saya akan menyelamatkannya, tetapi kalau ia memanggil Appa, Paduka harus menyelamatkannya.” Iishvara menyetujui saran ini. Ketika dahan itu patah, Shiva dan Paarvatii keduanya maju untuk menyelamatkannya. Akan tetapi, ketika jatuh, orang itu tidak mengucapkan Amma atau Appa, ia berteriak, “Ayyo ( aduh ).” Walaupun Shiva dan Paarvatii keduanya menunggu untuk menyelamatkannya, ia tidak memanggil mereka.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini yaitu: kita harus selalu mengingat orang tua kita. Orang yang tidak mengingat orang tuanya bahkan pada masa yang sulit adalah orang yang benar-benar bodoh.
Iishvara dan Paarvatii adalah Ayah dan Ibu seluruh jagat raya. Bila engkau selalu mengingat mereka, engkau tidak akan menghadapi kesulitan atau penderitaan apa pun. Sayangnya, kini orang-orang tidak mengingat orang tua mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mendapat perlindungan.
Bila ajal kita tiba, kita harus mengingat Tuhan sebagai Ibu atau Ayah kita. Mereka yang mengingat Tuhan sebagai orang tua mereka benar-benar terberkati. Jangankan Tuhan sebagai ayah dan ibu jagat raya, dewasa ini orang-orang bahkan tidak mengingat orang tua ( jasmani ) mereka sendiri. Mengapa engkau harus mengingat ibumu? Ibulah yang mengandungmu di rahimnya selama sembilan bulan dan melahirkan engkau. Ia mengasuh dan membesarkan engkau dengan menanggung segala kesulitan. Orang yang tidak mengingat ibunya dengan rasa terimakasih adalah orang gila. Demikian juga ayahmu menanggung berbagai kesulitan untuk menyekolahkan dan membesarkan engkau. Mungkinkah hidupmu maju tanpa memperoleh pendidikan dari guru di sekolah? Karena itu, setiap orang harus mengingat orang tuanya. Engkau boleh mengingat atau tidak mengingat orang lain, tetapi engkau harus mengingat orang tuamu.
Amanat Shivaraatri
Iishvaraammaa adalah ibu tubuh ini. Kata Iishvaraammaa artinya adalah ‘ibu Iishvara ( Tuhan )’. Dalam sejarah Avatar, Ibu Iishvaraammaa melambangkan sifat keibuan yang suci. Demikian pula Venkama berarti ‘penguasa tujuh bukit’. Dengan demikian Peda Venkama Raju dan Iishvaraammaa berdua melambangkan orang tua surgawi. Kini mereka berdua berada di Vaikuntha.
Swami adalah inkarnasi Paarvatii dan Iishvara. Dalam Sai Avatar tiga serangkai, yang pertama adalah Shirdi Sai, yang kedua Parti Sai ( Bhagawan Sri Sathya Sai Baba ), dan yang ketiga kelak adalah Prema Sai. Prema Sai akan merupakan Avatar yang terpenting karena Beliau akan mempersatukan seluruh umat manusia. Kalian semua tahu bahwa kasih adalah kekuatan yasng mempersatukan semuanya. Sayangnya kini engkau tidak menjumpai persatuan ( ekatva ) di mana pun juga. Kemana pun engkau memandang, hanya ada perselisihan dan pertikaian. Hanya bisa ada kesatuan yang menyeluruh bila kasih dalam hati manusia diungkapkan. Kemudian semuanya akan bersatu. Akan ada persatuan dalam kasta, kebudayaan, dan negeri.
Bila ada yang bertanya kepadamu, engkau berasal dari mana, janganlah engkau berkata bahwa engkau datang dari Mysore, Andhra Pradesh, atau Tamil Nadu. Engkau harus berkata bahwa engkau datang dari Bhaarat. Dengan bangga engkau harus menyatakan, “Bhaarat adalah tanah airku.” Bhaarat adalah tempat tinggal semua orang. Sesungguhnya Prashaanti Nilayam telah menjadi tempat tinggal orang-orang dari seluruh dunia.
Ketika Aku berkunjung ke Afrika Timur, Idi Amin bertanya, Aku datang dari mana. Aku tidak berkata bahwa Aku datang dari Karnataka atau Andhra Pradesh. Kukatakan kepadanya, “Aku datang dari Bhaarat.” Bila semua memupuk perasaan bahwa ia putra tanah airnya, maka seluruh negeri akan makmur. Tidak lama lagi seluruh India akan bersatu dan segala perselisihan akan lenyap. Persatuan kasta, kebudayaan, dan negeri itu penting. Bila ada persatuan di antara ketiga hal ini, maka kita semua akan kompak dan hidup rukun dalam semangat persaudaraan. Sejarah Bhaarat menunjukkan semangat persatuan ini, Dalam kisah Raamaayana, ketika paayasam ‘bubur manis’ bagian Sumitraa disambar seekor rajawali, Kausalyaa dan Kaikeyii membagikan paayasam mereka kepada Sumitraa. Sementara Kausalyaa melahirkan Ramaa, dan Kaikeyii melahirkan Bharata, Sumitraa melahirkan Lakshmana dan Shatrughna. Lakshmana mengabdi Raama, dan Shatrughna membantu Bharata. Dengan demikian ketiga permaisuri Dasharatha dan keempat putra mereka memberikan kepada dunia, teladan terluhur dalam persatuan dan kasih.
Sesuai dengan tradisi mulia yang diberikan dalam Raamaayana, kita harus selalu memelihara persatuan, persaudaraan, moralitas, dan spiritualitas.
Nama Sumitraa berarti ia adalah teman yang baik bagi semuanya dan teladan segala keutamaan. Demikian pula, nama lain untuk Siitaa, Vaidehii, mengandung arti bahwa ia adalah putri ( raja ) Videha atau ‘orang yang telah melampaui kesadaran jasmani’.
Nama-nama yang diberikan dalam Raamaayana, Mahaabhaarata, Bhaagavata, dan kitab-kitab suci lain memberitahukan berbagai keutamaan mulia yang dimiliki orang yang menyandang nama itu. Demikian pula Tuhan disebut dengan berbagai nama yang berbeda, dan semua nama itu mengandung makna batiniah yang tersembunyi serta mendalam. Nama tubuh ini Sathya Sai. Nama ini mengandung makan batiniah yang mendalam dan berarti ‘ia yang bertumpu pada kebenaran’ ( satya shayii ).
Karena itu, kita semua harus bersatu. Anak megeri mungkin berbicara dalam berbagai bahasa yang berbeda, menempuh bidang studi yang berlainan, tetapi semuanya harus mengikuti prinsip satu negeri, satu kasta, dan satu kebudayaan,
Pertikaian yang ada sekarang telah timbul karena orang-orang terkotak-kotak berdasarkan kasta, bahasa, dan kebudayaan. Amanat penting dalam perayaan Shivaraatri ini adalah seluruh Bhaarat harus mencapai persatuan.
Perwujudan kasih.
Ke mana pun engkau pergi, engkau harus berkata dengan bangga bahwa engkau putra India, mengikuti kebudayaan India, dan berbicara dalam bahasa negeri itu. Pahami prinsip kemenunggalan, tingkatkan keyakinanmu pada prinsip itu, dan tempuh hidupmu sesuai dengan pemahaman tersebut. Harus ada persatuan dalam kasta, kebudayaan, dan di dalam negeri. Hanya dengan demikianlah negeri kita akan mencapai kemajuan yang diinginkan.
Nama Bhaarat terdiri dari dua suku kata: bha dan rat. Bha berarti ‘Tuhan’, dan rat ( rathi ) berarti ‘kasih’. Karena itu, Bhaarat adalah negeri orang-orang yang mencintai Tuhan. Engkau harus memahami kebenaran ini dan mencamkannya dalam hatimu.
Bhagawan menyanyikan kidung suci, “Hari bhajan bina ... “ dan seterusnya. Siapa saja yang ingin memiliki kedamaian harus ikut serta dalam kidung suci. Hanya kidung sucilah yang dapat memberikan kedamaian sejati kepada kita.
Wacana Bhagawan pada perayaan Shivaraatri di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 6 – 3 – 2008 ( sore ).
Penjelasan Penerjemah
1. Yang dimaksud dengan rasa sombong dalam konteks ini yaitu mempunyai banyak uang sering membuat orang menjadi sombong.
2. Penyimpangan mental dalam konteks ini yaitu orang yang mempunyai banyak uang lalu merasa tidak aman, takut kepada orang-orang yang tidak memiliki uang sebanyak yang dimilikinya.
3. Keadaan yang buruk dalam konteks ini adalah kesalahpahaman karena orang-orang mengira bahwa uanglah yang memberikan kebahagiaan.
4. Damaru: alat musik seperti gendang yang dibawa Shiva melambangkan pirnsip shabda Brahman atau pranava ( Om ). Kelima unsur alam dan segenap ciptaan timbul dari pranava.
5. Tarian kosmis Shiva ( tandava ) melambangkan penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan alam semesta.
6. Trisula: tombak bermata tiga yang dibawa Shiva melambangkan tiga sifat alam ( sattva, rajas, dan tamas ), dan tiga aspek waktu ( masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang ).
7. Mata ketiga Shiva melambangkan bahwa Beliau Mahatahu.
Diterjemahkan oleh : Dra. Retno Buntoro
Klik : Liputan Mahasivaratri 6 Maret 2008