MAHASIVARATRI 2008 (Pagi)

Wacana Bhagawan Sri Sathya Sai Baba Pada Perayaan Shivaraatri, 7 – 3 – 2008 ( Pagi )

TANAMKAN PIKIRAN YANG BAIK DAN PERASAAN MULIA DI DALAM HATIMU

Manusia lahir dari karma 1). Ia hidup dan mati dalam karma. Karmalah yang bertanggung jawab atas kelahiran, kehidupan, dan kematian manusia, Sebagai aspek Tuhan yang menguasai kehidupan manusia, karma menguasai segala tahap kehidupan manusia. Karma bertanggung jawab atas suka duka manusia.

( Puisi bahasa Telugu ).


Sesungguhnya karma ( dalam arti kegiatan ) dapat diibaratkan dengan napas hidup manusia. Karma adalah kehidupan manusia. Dari pagi sampai malam manusia sibuk melakukan berbagai kegiatan. Namun, sebelum melakukan tindakan apa pun, pertama-tama ia harus memahami akibat apa yang mungkin timbul dari perbuatan itu, kemudian barulah hal itu ia lakukan. Inilah tugas utama manusia. Sifat perbuatan yang kaulakukan menentukan jenis hasil yang kauperoleh. Sebagaimana perbuatannya, maka demikianlah hasilnya. Bila manusia melakukan perbuatan baik, ia akan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, bila ia melakukan perbuatan dengan niat yang jahat, akibatnya pasti akan buruk.


Manusia Harus Bertingkah-laku Sebagai Manusia

Kelelawar terbang di angkasa seperti berbagai unggas lain yang hinggap di cabang-cabang pepohonan untuk beristirahat. Namun, tidak seperti burung lain, kelelawar bergantung pada cabang pohon dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Adakah orang yang mengikat mereka secara terbalik seperti ini karena benci? Atau adakah orang yang secara paksa menaruh kepala mereka di bawah? Tidak. Itu nasib akibat karma mereka.

Demikian pula, bila manusia mempunyai pikiran jahat dan melakukan perbuatan yang jahat, pasti ia akan mendapat hasil yang buruk. Akan tetapi, bila ia mempunyai pikiran yang baik dan melakukan perbuatan yang baik, ia akan mendapat hasil yang baik sesuai dengan sifat perbuatannya. Bila kita melihat kelelawar, mereka kelihatan seperti unggas yang lain. Namun, nasib mereka berbeda, tidak seperti burung lain yang terbang dengan bebas.

Kita tidak dapat melepaskan diri dari akibat aneka perbuatan kita. Akan tetapi, orang-orang melakukan perbuatan yang tidak baik dan mengharapkan hasil yang baik. Tidak mungkinlah mendapatkan hasil yang baik dengan melakukan perbuatan jahat. Juga tidak ada yang menginginkan hasil buruk setelah melakukan perbuatan yang baik. Namun, setiap perbuatan ada hasil atau akibatnya sesuai dengan sifat perbuatan itu.

Sebuah contoh kecil, bila engkau menuliskan jawaban yang benar pada pertanyaan ujian yang diberikan gurumu, engkau akan mendapat nilai yang baik. Bila engkau melakukan kesalahan, nilaimu akan dikurangi. Demikian pula, orang yang lahir sebagai manusia, sebelum melakukan tindakan apa saja, harus menyelidiki apa yang baik dan apa yang buruk. Melakukan perbuatan baik adalah tugas utama manusia. Melakukan perbuatan yang jahat atau tidak baik menunjukkan kecondongan pada sifat-sifat kebinatangan.

Engkau harus selalu mengingatkan dirimu sendiri bahwa engkau adalah manusia dan hanya melakukan perbuatan yang pantas bagi seorang manusia. Sebelum melakukan perbuatan apa saja, engkau harus bertanya kepada dirimu sendiri, “Apakah aku bertingkah laku seperti manusia atau seperti binatang?” Setelah kauperiksa dengan baik, barulah perbuatan itu kaulakukan.

Seorang manusia harus melakukan perbuatan yang sesuai dengan kelahirannya sebagai manusia. Bila perbuatanmu berlawanan dengan sifat-sifat kemanusiaan, bahkan para tetanggamu akan menegur dengan berkata, “Setelah lahir sebagai manusia, mengapa engkau bertingkah laku seperti binatang?” Dengan demikian, manusia akan ditertawakan dan dihukum oleh orang-orang lain, jika ia bertingkah laku seperti binatang. Karena itu, manusia harus membawa diri dan bertingkah laku sebagai seorang manusia sejati.

Merupakan aib bagi sifat kemanusiaan, bila setelah lahir sebagai manusia, seseorang bertingkah laku seperti binatang. Manusia harus membawa diri dan bertingkah laku sebagaimana layaknya manusia. Perbuatan baik akan memberikan hasil yang baik dan perbuatan jahat akan mendatangkan hasil yang buruk.


Jangan Lupa Bahwa Engkau Manusia

Tuhan tidak perlu menghukummu untuk perbuatan buruk yang kaulakukan. Perbuatan burukmu sendiri akan memberimu hukuman. Tidak mungkinlah engkau mendapat hasil yang baik dari perbuatan yang buruk dan sebaliknya.

Kita harus memahami kebenaran bahwa kita lahir sebagai manusia hanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Kata manava terdiri dari suku kata: ma, na, dan va. Ma berarti ‘kebodohan’ ( dalam arti tidak mengetahui kenyataan yang sejati ), na berarti ‘tanpa’, dan va berarti ‘bertingkah laku’. Seorang manusia adalah orang yang bertingkah laku tanpa kebodohan. Orang yang lahir sebagai manusia harus membawa diri dan bertingkah laku sebagai manusia; ia harus berbicara dengan ramah dan lemah lembut.

Ada berbagai jenis unggas. Beberapa di antara mereka berkicau merdu dan membuat semua yang mendengarnya senang. Akan tetapi, ada jenis-jenis lain seperti gagak yang tidak disukai orang dan selalu diusir bila mereka mulai berkaok-kaok. Orang ingin mendengarkan kicau burung kukuk berapa pun lamanya. Apa arti semua ini? Dengan perkataan yang ramah dan tingkah laku yang baik, kita membuat diri kita disayang oleh semua orang / makhluk. Perlakuan yang kita terima dari orang-orang lain sesuai dengan perkataan dan perbuatan kita.

Kita lahir sebagai manusia hanya untuk melakukan perbuatan yang baik. Manusia harus selalu menolong sesama manusia. Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti atau merugikan. Walaupun mengetahui semboyan ini, kadang-kadang kita menyakiti atau merugikan orang lain secara sengaja. Ini kesalahan yang lebih besar. Tuhan telah menganugerahkan pikiran, akal budi, kemampuan persepsi, dan daya ingat kepada manusia untuk digunakan dengan baik. Karena itulah Vedaanta mengatakan, “Manah eva manushyaanaam kaaranam bandha-mokshayoh,” artinya, ‘Pikiranlah yang menyebabkan manusia diperbudak ( oleh keinginan dan kelekatan duniawi ), atau bebas ( dari segala keinginan dan kelekatan duniawi, dan dari lingkaran kelahiran serta kematian )’.

Pikiran yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia, harus diletakkan di jalan yang benar. Bukan sifat manusialah untuk mengecam orang lain, menertawakan mereka, atau menyakiti mereka. Manusia harus sama sekali tidak mempunyai sifat jahat. Bahkan binatang pun membantu manusia dengan berbagai cara. Bila binatang pun memberikan bantuan yang besar kepada manusia, apa hebatnya bila manusia menolong sesama manusia? Setelah lahir sebagai manusia, kita harus mengasihi sesama manusia sebagai saudara dan saudari kita. Itulah ciri khas manusia sejati.

Yang pertama dan terpenting, manusia harus mematuhi perintah Tuhan. Prinsip ketuhanan yang sama ada dalam semua manusia. Daivam maanusha ruupena. Artinya, ‘Tuhanlah yang mengambil wujud manusia ini’. Manusia harus mengikuti secara mutlak, perintah Tuhan yang menjelma sebagai manusia. Engkau harus mendengarkan perintah Tuhan, bukannya ( perkataan ) teman-teman yang mungkin akrab denganmu.

Kita lahir sebagai manusia. Penampilan kita juga sebagai manusia. Karena itu, kita harus membawa diri dan bertingkah laku sebagai manusia. Jangan pernah menyakiti atau merugikan siapa pun dengan pikiran, perkataan, atau perbuatanmu. Bersikap dan bertingkah lakulah sebagai manusia dan junjung tinggi sifat kemanusiaanmu.

Dalam kasta atau kebudayaan apa pun engkau tergolong, dapatkan kebaikan sesuai dengan hal ini. Karena engkau lahir dan hidup di antara manusia, engkau harus mengikuti sifat-sifat kemanusiaan. Hanya dengan demikianlah hidupmu sebagai manusia akan berguna.

Bila engkau melupakan sifat-sifat kemanusiaanmu, maka japa, tirakat, yoga, dan yajna yang kaulakukan, berapa pun banyaknya, semuanya tidak berguna. Apa pun latihan spiritual yang mungkin kaulakukan, engkau hanya dapat disebut manusia bila engkau menjunjung tinggi sifat-sifat kemanusiaanmu.


Pertama, Capailah Kesatuan dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

Hanya perbuatan yang menyenangkan Tuhanlah yang harus kaulakukan. Hanya dengan demikianlah hidupmu sebagai manusia akan bermakna. Jantuunaam nara janma durlabham. Artinya, ‘di antara semua makhluk hidup, kelahiran sebagai manusia itu paling langka’. Kelahiran sebagai manusia yang sangat berharga dan langka ini jangan kausia-siakan.

Sifat kemanusiaanmu akan hilang sama sekali bila engkau memperturutkan diri melakukan kebohongan, ketidakadilan, dan kejahatan. Karena itu, engkau harus mempunyai pikiran, perkataan, dan pandangan yang baik. Lihatlah hal yang baik, lakukan perbuatan yang baik, dan jadilah orang yang baik. Inilah makna yang terkandung dalam kehidupan manusia.

Ada orang-orang yang mungkin kelihatan baik dan tersenyum, tetapi pandangan mereka penuh niat jahat. Ini tidak baik.

Manasyeekam vachasyeekam, karmanyeekam mahaatmanaam,

Manasyanyat vachasyanyat, karmanyanyat duraatmanaam.

Artinya,

‘Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya selaras sepenuhnya adalah orang-orang yang mulia.

Mereka yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya tidak selaras adalah orang yang jahat.’


Harus ada kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatanmu. Bila engkau mempunyai kesatuan ini, maka engkau akan mencapai kemurnian, dan kemurnian akan membawamu menuju Tuhan. Karena itu, untuk mencapai Tuhan, engkau harus murni. Mengatakan satu hal lalu melakukan lainnya itu tidak baik. Ini sama sekali bukan kesatuan dalam perkataan dan perbuatan. Bagaimana engkau bisa murni tanpa kesatuan itu? Karena itu, bila engkau ingin menjadi murni, engkau harus mempunyai kesatuan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Misalkan ada orang yang mengecammu, engkau harus beranggapan bahwa hal ini pun demi kebaikanmu. Apa pun yang dilakukan orang lain, anggaplah bahwa semua itu untuk kebaikanmu.

Lakukan segala kegiatanmu untuk menyelamatkan hidupmu. Engkau harus menjaga agar tidak kehilangan sifat-sifat kemanusiaanmu. Mungkin engkau kehilangan harta apa saja, tetapi jangan kehilangan harta sifat-sifat kemanusiaanmu. Tempuh hidupmu dengan selalu tersenyum dan dengan bahagia. Akan tetapi, tertawa tanpa perlu juga tidak baik.

Engkau harus melakukan segala kegiatanmu dengan niat yang baik. Bila engkau melakukan perbuatan baik, pikiranmu juga akan baik. Bila manasmu penuh dengan pikiran yang baik, semua pikiran buruk akan lenyap. Karena itu, engkau harus selalu memupuk hanya pikiran-pikiran yang baik. Ini akan membuat kesehatanmu menjadi baik. Kita harus mengasihi semua makhluk. Kasihi semuanya, bantu dan layani semuanya. Bila engkau mengikuti prinsip ini, kesehatanmu akan selalu baik.

Kesehatan itu perlu bagi manusia. Kesehatan tidak terbatas pada badan jasmani saja, tetapi juga mencakup kesehatan mental. Jangan pernah makan makanan yang tidak sepatutnya. Makanlah hanya makanan yang baik, suci, dan telah dikuduskan dengan dipersembahkan lebih dahulu kepada Tuhan. Jangan mempersembahkan makanan yang tidak pantas kepada Tuhan. Persembahkan kepada Tuhan hanya makanan yang suci dan sattvik 2), dalam wadah yang bersih. Engkau memperoleh hasil sesuai dengan persembahan yang kaulakukan.

Sebagaimana perbuatan kita, maka demikianlah hasil yang kita peroleh. Tidak mungkinlah mendapat hasil yang baik dengan melakukan perbuatan yang buruk. Karena itu, kita harus melakukan berbagai perbuatan yang baik dan mengalami hasil yang baik. Hanya dengan demikianlah kita dapat mempunyai kesehatan yang baik. Bila kita makan makanan yang baik ( sattvika ), kita akan mempunyai pikiran-pikiran yang baik. Akan tetapi, dewasa ini orang-orang mengatakan satu hal dan melakukan hal lain.

Suatu kali seorang sannyaasi, ‘pertapa Hindu’, datang ke suatu rumah dan meminta makanan. Nyonya rumah berkata kepadanya, “Anakku terkasih, pergilah ke sungai dan mandi. Sementara itu, Ibu akan menyiapkan makanan untukmu.” Sannyaasi ini adalah contoh orang yang malas. Ia berkata kepada ibu itu, “Bu! Untuk sannyaasi seperti kami, Goovindeeti sada snaanam, ‘melantunkan nama Tuhan itu sama dengan mandi’.” Nyonya rumah yang cerdas itu memberinya jawaban yang tepat, “Goovindeeti sada bhoojanam. ‘Melantunkan nama Tuhan itu sama dengan makan’. Karena itu, Anda boleh pergi.” Tidak ada artinya mengatakan Goovindeeti sada snaanam untuk membenarkan kemalasan kita dan tidak mandi. Bila engkau berkata bahwa melantunkan nama Tuhan itu sama dengan mandi, engkau juga harus menerima bahwa melantunkan nama Tuhan itu sama dengan makan. Kita harus mengikuti norma-norma kesopanan dan kepatutan dalam hidup kita.


Pahami Pentingnya Pergaulan dengan Teman yang Baik


Mungkin kadang-kadang engkau mendapat berbagai pikiran yang buruk. Engkau harus segera mengubahnya menjadi pikiran yang baik. Untuk ini, pergaulan dengan teman yang baik itu perlu. Ada pepatah sebagai berikut. “Katakan kepadaku siapa temanmu, akan kukatakan kepadamu, orang macam apa engkau.” Bila engkau bergaul dengan teman-teman yang baik, engkau menjadi baik. Sebaliknya, bila engkau bergaul dengan teman-teman yang tidak baik, engkau juga menjadi tidak baik. Karena itu, selalulah mempunyai teman yang baik. Bagaimana orang lain bisa menerima engkau sebagai orang yang baik, bila engkau merokok, minum minuman keras, dan makan daging?

Bila engkau ingin menjadi orang yang baik, lakukan hanya perbuatan yang baik. Apa pun jenis perbuatan yang kaulakukan, engkau akan mendapat hasil atau akibat yang sama.

Kehidupan sebagai manusia itu suci sekali dan diperoleh sebagai hasil kumpulan pahala dari banyak kehidupan sebelumnya.

Ribuan orang telah berkumpul di sini. Untuk apa? Hanya untuk Tuhan. Banyak orang juga berkumpul di tempat-tempat lain seperti misalnya warung minuman keras. Akan tetapi, di tempat semacam itu engkau tidak bisa mempunyai pikiran yang baik. Karena itu, engkau harus selalu mempunyai teman-teman yang baik.

Engkau harus bergaul dengan teman-teman yang baik dan memupuk perasaan-perasaan yang baik. Jangan mempunyai rasa iri, dengki, marah, dan sombong. Tidak hanya itu, engkau harus mempunyai rasa terimakasih untuk segala hal yang baik yang dilakukan orang lain kepadamu. Rasa terimakasih itu penting sekali. Orang yang mempunyai rasa terimakasih akan memperoleh hasil yang baik di mana pun ia berada.

Ada orang yang bahkan mengkhianati mereka yang telah berbuat baik kepadanya. Ini tidak baik. Kita harus bersyukur sekalipun untuk kebaikan kecil yang dilakukan kepada kita. Hidupmu akan sia-sia bila engkau tidak mempunyai rasa terimakasih.

Tingkatkan sifat-sifat yang baik. Kemana pun engkau pergi, engkau harus bersikap dan bertingkah laku dengan perasaan yang baik, dan menolong serta melayani semuanya. Seandainya pun engkau bertemu dengan musuhmu, engkau harus menyampaikan salammu kepadanya. Kemudian, ia pun akan memberikan tanggapan yang sama. Sebaliknya, bila engkau berbicara kepadanya dengan sikap tidak hormat, ia juga akan bersikap tidak hormat kepadamu. Seluruh hidup kita merupakan reaksi, cerminan, dan gema. Bila engkau ingin mencapai hasil yang baik, engkau harus menempuh hidup yang baik.

Bila engkau bekerja keras dan belajar dengan baik, engkau akan mendapat rangking pertama. Akan tetapi, jika engkau tidak belajar dengan baik, bagaimana engkau bisa mendapat nilai yang baik? Bila engkau tidak belajar dengan baik, tetapi memperoleh nilai yang baik, orang-orang mungkin sangsi dan mengira engkau menjiplak dalam ujian.

Suara hatimu adalah saksi bahwa engkau mendapat nilai yang baik karena telah menulis jawaban soal-soal ujianmu dengan baik. Karena itu, lakukan perbuatan yang baik dan alami kebaikan. Hanya dengan demikianlah hidupmu sebagai manusia akan bermakna. Tempuh hidupmu sebagai manusia.

Engkau tidak perlu berdoa kepada Tuhan memohon perlindungan. Kebaikanmu akan melindungi engkau. Kebaikanmulah yang akan menopang dan membantumu dalam hidupmu. Manasuku manasu sakshi. Artinya, ‘pikiran adalah saksi bagi pikiran’. Kita tidak memerlukan saksi yang lain. Para ahli hukum berkata, saksi, saksi, saksi. Tetapi saksi macam apa? Tidak selalu saksi yang benar. Saksi kita yang sejati hanyalah pikiran kita.

Apakah untuk memperoleh uang, atau untuk meningkatkan kebajikan, tindakan kita harus patut, adil, dan berbudi. Hanya perbuatan yang dapat diterima oleh suara hati kitalah yang harus kita lakukan. Kepuasan batin ( bahwa kita telah melakukan perbuatan yang baik dan benar ) itu penting sekali. Kita hanya dapat melakukan pengorbanan diri bila kita mempunyai kepuasan batin.


Para siswa!

Sejak usia ini engkau harus memupuk perasaan-perasaan yang baik. Inilah pendidikan yang benar. Tidak ada gunanya membaca buku-buku yang tebal tanpa meningkatkan perasaan-perasaan yang baik. Ada banyak siswa yang tampaknya asyik belajar sepanjang waktu. Tetapi, tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya sedang mereka baca. Engkau harus membaca/mempelajari suatu buku hanya setelah mengetahui bahwa buku itu baik bagimu. Jangan membaca buku-buku yang mengajarmu agar menempuh jalan yang bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.


Lakukan Segala Kegiatanmu untuk Menyenangkan Tuhan

Kalian semua siswa. Karena itu, kalian hanya bertujuan memperoleh pendidikan. Tetapi pendidikan macam apa? Aatma vidhyaa ‘pendidikan mengenai diri sejati’. Engkau harus belajar untuk mendapatkan kepuasan batin.

Sejumlah siswa asyik membaca siang malam. Tetapi tidak seorang pun tahu apa yang mereka pelajari. Mereka memegang buku-buku yang besar, dan dalam buku yang besar itu mereka selipkan buku-buku picisan. Itulah yang mereka baca. Orang tua mereka merasa senang karena mengira, “Anak kita membaca Mahaabhaarata!” Jangan melakukan hal yang buruk seperti itu. Bila engkau berbuat demikian, engkau tidak akan dihormati dalam masyarakat. Tidak hanya itu, hidupmu sendiri akan rusak.

Yang pertama dan terpenting, siswa harus mengendalikan rasa marah mereka. Setelah itu, mereka harus meningkatkan kesabaran. Tidak hanya ini, mereka harus selalu tenang dan damai. Hanya bila hatimu damai, engkau akan dapat memahami arti yang benar dalam subjek yang kaupelajari.

Pada usia ini para siswa memiliki hati yang suci. Persembahkan hatimu yang suci kepada Tuhan. Mungkin engkau tidak dapat menyenangkan setiap orang di dunia ini, tetapi engkau harus menyenangkan Tuhan. Bila engkau membayar kembali utangmu, orang yang meminjamkan uang itu puas. Tetapi, jangan hanya mengembalikan uang, engkau juga harus memberikan kasihmu kepadanya. Engkau harus mempunyai rasa terimakasih. Hanya dengan demikianlah engkau bisa berkata bahwa engkau telah membayar utangmu.

Setiap orang ingin bahagia. Akan tetapi, di manakah kebahagiaan? “Hari bhajan bina sukha shaanti nahin,” artinya, ‘tiada suka cita dan kedamaian tanpa melantunkan nama Tuhan’. Itulah sebabnya Guru Nanak mulai menyelenggarakan kelompok kidung suci. Bila banyak orang menyanyikan kemuliaan Tuhan bersama-sama, setidak-tidaknya beberapa di antara mareka akan dapat memusatkan pikiran kepada Tuhan dan memperoleh kepuasan batin. Mungkin ada beberapa orang yang tertidur selama kidung suci berlangsung, beberapa orang lain pikirannya melantur kian kemari. Akan tetapi, setidak-tidaknya akan ada satu orang yang pikirannya terpusat kepada Tuhan. Karena itu, menyanyikan kidung suci dalam kelompok merupakan kegiatan yang sangat baik dan akan memenuhi hatimu dengan kebahagiaan jiwa.

Kemarin Shivaraatri. Shivaraatri berarti malam suci yang membawa kebaikan; malam untuk meningkatkan keutamaan. Siang dan malam datang silih berganti, tetapi setiap malam bukan Shivaraatri. Malam yang kaulewatkan untuk melantunkan nama Tuhan adalah Shivaraatri yang sesungguhnya. Itulah malam yang mendatangkan kebaikan bagimu. Karena itu, setidak-tidaknya pada Shivaraatri, engkau harus memupuk perasaan yang baik dalam hatimu.

Wacana Bhagawan di Pendapa Sai Kulwant, Prashaanti Nilayam, 7 – 3 – 2008 ( pagi ).

Penjelasan:

1. Karma berarti:
1. perbuatan manusia,
2. nasib ( baik atau buruk ) yang diakibatkan oleh perbuatan orang itu sendiri.

Ada tiga jenis karma:

1. Sanchita: kumpulan karma dari berbagai kehidupan yang lampau. Sanchita karma dapat diibaratkan dengan permadani yang masih tergulung. Akibat buruk sanchita karma dapat dihindari dengan karunia Tuhan karena akibat-akibat itu belum terbentang untuk dijalani.

2. Prarabdha: sebagian dari karma masa lampau yang harus dijalani/dilunasi dalam kehidupan sekarang. Prarabdha karma dapat diibaratkan dengan permadani terbentang yang sedang dijalani/dilewati manusia. Dalam hal ini karunia Tuhan hanya dapat meringankan atau memberi kekuatan agar orang itu dapat menanggungnya dengan tabah.

3. Agami: karma manusia dalam kehidupan sekarang ini yang akan menimbulkan akibat dalam kehidupannya kelak. Untuk mencegah agar agami karma ini tidak terus bertambah, manusia perlu menempuh karma yoga, yaitu melakukan segala kegiatannya sebagai persembahan kepada Tuhan.

2. Makan sattvik adalah:

§ Makanan yang murni dan diperoleh secara halal.

§ Tidak tercemar oleh kekerasan baik dalam cara memperolehnya maupun dalam pengolahannya.

§ Memberikan kesehatan dan kekuatan.

§ Tidak terlalu asin, asam, dan pedas.

§ Lezat.

§ Membantu meningkatkan sifat-sifat kemanusiaan yang luhur dalam diri orang yang memakannya.

Diterjemahkan oleh : Ibu Dra. Retno Buntoro


Klik: Liputan Mahasivaratri pagi tanggal 7 Maret 2008